KSM – 1
Jam baru menunjukkan pukul 05:00. Sinar matahari masih mencuri pandang seakan ingin memperlihatkan keindahannya atau tidak.
Di sebuah kost-kostan bebas terdapat sepasang kekasih yang masih betah berada di dalam mimpi hingga dering alarm ponsel berbunyi menganggu tidur seorang gadis.
Annisa bergegas bangun untuk mematikan alarm dan membangunkan kekasihnya.
"Mas, bangun kamu harus berangkat kerja." Annisa membangunkan Shakeel yang masih betah berada di alam mimpi.
"Mas, buruan bangun nanti kamu terlambat," sambungnya lagi.
"Hemm...."
"Mas, kamu susah banget sih bangunnya ... setiap hari loh kamu terlambat pergi kerja."
"Ia ... ia. Ini juga aku sudah bangun. Hanya mataku saja yang enggak mau terbuka," sanggahnya.
"Terserah kamu lah!"
"Cerewet banget sih sayang. Masih pagi juga. Cium dulu baru aku bangun."
Cup!
Sebuah morning kiss mendarat di pipi Shakeel. Membuat pria yang hanya mengenakan boxser itu segera bangkit dari tidurnya.
Begini lah rutinitas pagi sepasang kekasih yang menghalalkan segalanya hal atas nama CINTA.
Khairunnisa seorang gadis mungil dengan tinggi 153. Memiliki kulit putih serta mata bulat itu terpaksa harus terjerumus dalam lembah dosa.
Bersama sang pujaan hati Shakeel Indraguna. Anak pertama dari dua bersaudara. memiliki tinggi 170 serta kulit sawo matang.
Empat bulan lalu mereka bertemu di sebuah kafe kawasan Kampung Malam yang biasanya di gunakan para anak muda untuk nongkrong.
Shakeel merasa tertarik pada Annisa saat pandangan pertama. Shakeel pria polos yang belum pernah pacaran.
Datang dari kampung untuk mengadu nasib. Berharap dapat merubah kehidupan keluarga di kampung.
Karena salah berteman ia terjerat dengan pergaulan bebas kota industri itu.
Bergaul dengan teman-teman yang merasa bahwa s*x diluar nikah adalah sebuah permainan yang biasa dilakukan.Membuat pria itu penasaran dan ingin merasakannya.
Tatapan matanya jatuh pada wanita berkerudung dengan stripped tee dan denim skirt serta belt di lengkapi dengan sneaker shoes membuat Shakeel sulit untuk memalingkan wajahnya dari gadis itu.
Teman-teman Shakeel yang sadar akan ketertarikannya terhadap wanita berkerudung itu pun memberikan lampu hijau pada Shakeel.
Mereka mengatakan bahwa semua wanita yang ada ditempat ini sama saja. Bisa diajak bermalam tanpa bayaran.
Hanya modal traktir minuman saja maka surga dunia akan jadi bayarannya.
Annisa yang sama polosnya dengan Shakeel pun mendapatkan wejangan tak bermutu itu dari temannya.
Tanpa sepengetahuan Shakeel ternyata Annisa juga menyukai pria itu pada pandangan pertama.
Karena memiliki getaran yang sama membuatnya luluh untuk mengenal Shakeel lebih jauh.
Namun, bukan berarti Annisa memberikan segalanya diawal kepada Shakeel. Segalanya berjalan seiring waktu.
Shakeel yang memang menyukai Annisa diawal membuatnya mengejar wanita itu agar mau menjadi kekasihnya.
Sebulan berlalu mereka telah menjalin kasih. Terlihat jelas memang di raut wajah dan tatapan mata Shakeel bahwa dia sangat mencintai Annisa.
Namun, sayang akibat petuah tak beradab dari para teman-temannya membuat hubungan mereka malah merambat dari yang hanya sekedar ciuman berubah menjadi menghabiskan malam bersama.
Pertama kali melakukannya Shakeel heran karena Annisa masih perawan.
Sementara Shakeel juga baru pertama kali merasakan sensasi berada dalam gua setelah sekian lama bermain tunggal.
Merasa bahwa Annisa bukan wanita sembarangan membuat cinta Shakeel tumbuh semakin besar.
Malah pria itu juga berubah menjadi posesif.
Kenikmatan akan tubuh Annisa seolah menjadi candu untuk Shakeel.
Begitu pun sebaliknya. Membuat sepasang manusia itu lupa pada konsekuensi berzina yang akan datang.
"Gak usah pergi kerja hari ini ya, Mas," pinta Annisa memelas. Wanita itu sudah berdiri memeluk pinggang Shakeel.
"Aku harus kerja, Sayang. Nanti kalau di pecat bagaimana aku bisa nabung untuk pernikahan kita?" ujar Shakeel melepaskan belitan tangan Annisa yang mengunci pinggangnya.
"Tapi aku hari ini pengen manja-manja terus sama kamu," ucap Annisa dengan nada manjanya.
"Aku harus bekerja, Sayang. Kamu itu gimana sih baru aja tadi ngomel bangunin aku suruh kerja. Sekarang malah bilang gak usah."
Shakeel menangkup kedua pipi Annisa kemudian memberikan kecupan lembut di kening kekasihnya.
Berharap hal itu mampu membuat mood sang pemilik hati berubah.
Dengan perasaan kesal yang entah dari mana datangnya membuat Annisa menepis kasar lengan Shakeel.
Hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Gadis itu berjalan menuju kasur dengan menghentakkan kaki ke bumi. Menjatuhkan bokongnya kasar sebelum berbaring membelakangi Shakeel.
Huh ....
Terdengar helaan napas putus asa dari Shakeel. Jika Annisa sudah masuk mode ngambek maka akan sulit untuk di bujuk.
"Sayang, jangan seperti ini. Aku harus bekerja," kata Shakeel mengusap lembut rambut Annisa.
Namun, gadis itu masih bergeming membuat Shakeel terpaksa ikut membaringkan tubuhnya mendekap Annisa.
"Jangan ngambek dong sayang. Kalau kamu ngambek nanti anak kita marah loh."
Lengannya beralih mengusap lembut perut rata Annisa.
"Apaan sih kamu ngomongnya! Belum nikah udah bahas anak aja. Kalau malaikat lewat bagaimana?"
Annisa memalingkan tubuhnya menghadap Shakeel. Matanya menatap tajam manik mata pria yang dicintainya itu.
"Sayang, kalau ngomong itu jangan keras-keras kasihan bayi kita. Nanti dia terkejut."
Semakin melihat wajah kesal Annisa semakin Shakeel bersemangat untuk menggodanya.
"Mas!" teriak Annisa sembari mencubit lengan Shakeel yang sedari tadi mengelus perutnya.
Shakeel hanya tertawa riang melihat wajah kesal kekasihnya itu.
"Ya sudah kalau begitu izinkan aku berangkat kerja sekarang," ucap Shakeel. Memberi kecupan di kening Annisa.
"Pergilah! Aku tiba-tiba muak melihatmu!" Annisa memalingkan wajahnya.
Kalau ia tetap menatap Shakeel terus-terusan hanya akan membuat mood nya benar-benar hancur.
"Adik, lihat itu Mamanya marah-marah terus sama Ayah," ucapnya seolah sedang mengadukan perbuatan Annisa pada sosok yang tidak di ketahui keberadaannya.
"Shakeel! Sudah ku bilang jangan bicara seperti itu!" pekiknya.
"Kenapa? Aku bahkan tidak masalah jika dia hadir dalam hidup kita," ucap Shakeel tanpa beban.
"Sadarlah hai anak Adam! kita belum menikah. Ingat KITA BELUM M-E-N-I-K-A-H!" tegas Annisa penuh penekanan.
"Sudah berapa kali ku katakan. Mari menikah di KUA saja. Setelah tabungan cukup baru kita pulang ke kampung untuk mengadakan resepsi."
Berkali-kali Shakeel membujuk Annisa untuk menikah secara agama dan negara namun gadis itu menolak. Malu katanya jika tak mengadakan resepsi.
"Sudah jam 07:45 sebaiknya kamu pergi kerja sebelum terlambat," ucap Annisa yang malas menjawab perkataan Shakeel.
Selepas Shakeel pergi bekerja kalimat-kalimat yang terucap dari bibir pria itu terus saja berputar-putra di pikiran Annisa.
Berkali-kali di tepisnya pikiran bahwa ia sedang mengandung.
"Aahh ... itu tidak mungkin! Dua minggu lalu saja aku masih datang bulan."
Annisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menepis segala kemungkinan buruk yang terjadi.
Lelah berkutat dengan pikirannya sendiri membuat wanita itu kembali mengarungi alam mimpinya.
Hampir delapan jam ia itu tertidur dengan sangat pulas seperti orang yang tak memiliki sedikit pun beban dalam hidupnya.
Berkali-kali layar ponsel Annisa terlihat menyala. Seperti sedang ada yang menelpon.
Namun, karena ia mengaktifkan mode silent maka hal itu tidak akan mungkin bisa menganggu tidur Annisa.
Jam menunjukkan pukul empat sore saat Shakeel tiba di kost.
Terkejut, hal itu yang di rasakan Shakeel pertama kali saat melihat Annisa yang betah berbaring dengan selimut.
Bahkan bajunya pun masih pakaian kemarin malam. Pikiran pria itu sudah menerawang entah kemana.
"Sayang, kamu kenapa?" ucap Shakeel lembut. Membelai pucuk kepala Annisa agar wanita itu terbangun.
"Sudah pulang?" tanya Annisa dengan suara serak khas bangun tidur.
"Sudah satu jam lalu aku pulang. Kenapa kamu hari ini malas banget? Aku pulang bukannya di sambut dengan senyum serta wajah cantik malah di suguhkan pemandangan kamu yang tertidur pulas," ucap Shakeel pura-pura kesal.
"Aku gak tau, kenapa. Hari ini aku malas aja mau beraktifitas." Annisa mencoba bangun namun kepalanya sungguh berat untuk sekedar diajak duduk.
"Itu pasti karena kamu belum makan ..." ucap Shakeel lirih. Ada rasa sesak di hatinya saat melihat Annisa tidur satu harian tanpa makan dan minum.
"Bawa makanan apa, Mas?" tanya Annisa melirik kantong kresek yang tergeletak di lantai.
"Ayam geprek kesukaan kamu ... makan dulu, ya. Mas mau ganti baju sebentar." Hanya di jawab anggukan kepala oleh Annisa.
Beberapa menit kemudian Shakeel sudah kembali ke kamar. Pemandangan semula ia dapati lagi.
Annisa yang biasanya akan langsung melahap ayam geprek dan nasi hangat kesukaannya kini kembali tidur.
"Kenapa gak di makan, Sayang?" tanya Shakeel menghampiri Annisa.
"Gak tau! Gak pengen makan nasi!" ucapnya ketus.
"Tapi inikan makanan kesukaan kamu," jawab Shakeel bingung.
"Aku gak tau, Mas. Aku gak suka!" bentak Annisa.
Padahal biasanya gadis itu akan selalu berbicara lembut namun kali ini dia seperti bukan dirinya.
Dua minggu berlalu banyak kejadian aneh yang terjadi pada Annisa. Wanita itu bermusuhan dengan nasi.
Di perusahaan setiap jam makan siang Annisa akan lari ke toilet karena benci mencium aroma nasi apalagi melihatnya.
Namun, keadaan berbeda jika Shakeel datang dan menyuapi. Dua porsi Nasi Padang dengan lauk Rendang ditambah Ikan bakar akan habis dalam sekejap.
Terkadang pagi-pagi sekali perut Annisa sudah berbunyi, berontak ingin di isi makanan.
Tak jarang juga wanita itu hanya akan makan buah-buahan selama satu hari penuh.
Tidak timbul kecurigaan oleh Annisa mengapa ia bisa berubah seperti ini.
Shakeel yang memiliki sikap posesif semenjak menautkan hati pada Annisa sudah mencoba berbicara berulang kali agar kekasihnya itu pergi ke Dokter.
Sekedar untuk pemeriksaan biasa. Namun, Annisa selalu saja beralasan agar tidak pergi periksa.
Hari ini entah apa penyebab yang membuat Annisa bolak-balik ke toilet.
Dalam hitungan satu menit bisa tiga kali ke toilet untuk buang air kecil saja.
Sudah pukul 12 siang, artinya setengah hari sudah wanita itu membuang air seni.
Bahkan kini bukan urine normal lagi yang keluar melainkan darah segar.
Kaget! hal itu yang pertama kali di rasakan, Annisa.
Dengan cepat dia membangunkan, Shakeel yang tertidur karena semalaman bergadang main game tembak-tembakan.
Annisa menceritakan gejala yang dialaminya hingga akhirnya, Shakeel memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit.
****
"Ibu Khairunnisa," panggil perawat yang bertugas.
Perawat itu membukakan pintu masuk yang terhubung keruangan dokter.
Mempersilahkan Annisa masuk kedalam, sedangkan Shakeel hanya menunggu di luar Rumah Sakit.
"Siang Bu ... keluhannya apa kalau saya boleh tau?" tanya Dokter bernama Susan.
"Saya dari pagi terus-terusan buang air kecil, Dok. Malahan dua jam terakhir bukan urine yang keluar melainkan darah segar," jelas Annisa.
"Kalau saya boleh tau Ibu pernah melakukan pekerjaan berat, seperti mengangkat sesuatu yang berat misalnya?" tanya Dokter Susan lagi.
"Satu tahun terakhir ini saya memang bekerja mengangkat bin berisi barang, itu pun baru satu tahun terakhir karena posisi saya di pindahkan oleh perusahaan," jelas Annisa.
"Baiklah, kalau begitu. Saya sudah menemukan jawabannya. Di usia 23 tahun memang rentan untuk kita terkena turun peranakan atau bahasa medisnya prolaps uteri."
"Kemungkinan bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya mengangkat beban berat dan gejala yang sering muncul bagi wanita lajang adalah sulit mengontrol buang air kecil."
"Jika kasus ini tidak di selesaikan sampai menikah maka hubungan s*x yang dapat menerbangkan seseorang ke langit ke tujuh itu tidak berlaku pada penderita turun peranakan. Karena hubungan suami istri akan terasa sangat sakit untuk si penderita."
"Sekarang, kamu saya kasih obat untuk meredahkan pendarahannya dulu. Sekalian obat untuk menghancurkan batu urin jika terdapat di dalamnya."
"Saran saya kamu silahkan test urine untuk memeriksa lebih lanjut lagi ... ini resep obatnya, silahkan di ambil ke bawah ya, Bu."
Dokter itu menyerahkan kertas putih data pasien yang sudah berisikan nama obat.
Annisa menyusuri lorong yang membawanya menuju apotik untuk menebus resep obat.
Antrian yang lumayan panjang membuat wanita itu menunggu selama satu jam lebih.
"Sayang," panggil Shakeel. Ia berjalan dengan cepat menghampiri Annisa yang baru saja keluar dari Rumah Sakit.
"Ia …” jawabnya lirih.
"Bagaimana?" tanya Shakeel yang sedari tadi cemas menunggu hasil pemeriksaan.
"Tidak masalah. Sudah di beri obat, ini ATM kamu," ucap Annisa mengembalikan kartu pintar Shakeel.
"Apa benar-benar tidak ada masalah?" Shakeel belum sepenuhnya percaya dengan perkataan Annisa.
"Tidak ada! Untuk lebih pasti, Dokter menyarankan test urine ..." Annisa berkata lirih.
"Sebaiknya kita pergi sekarang untuk mengetahui hasilnya."
"Besok aja ... aku hari ini capek. Badanku lemas semua rasanya."
"Ya sudah kita pulang ke kost. Istirahat saja hari ini, toh kamu juga sudah di beri surat keterangan sakit oleh Doker," titah sang Shakeel yang memang khawatir.
Esok harinya sepasang kekasih itu telah bersiap-siap untuk pergi kembali lagi ke Rumah Sakit.
Annisa mengatakan bahwa dia sudah baik-baik saja. Namun Shakeel tetap memaksa agar melakukan pemeriksaan lanjutan.
Sebenarnya Annisa bukan tidak mau melakukan pemeriksaan lanjutan hanya saja dia takut akan kenyataan yang di terimanya nanti.
Menurut google gejala yang di alami Annisa menunjuk pada dua kemungkinan
Pertama kehamilan. Kedua bisa jadi juga karena turun peranakan. Test urine akan menjawab pertanyaan tersebut.
Setibanya di Rumah Sakit hanya butuh waktu lima menit nama Annisa sudah di panggil untuk melakukan test urine.
Seorang perawat membimbing Annisa menuju toilet dan memberikan wadah untuk menampung urine nya.
Tiga menit kemudian wanita berhijab itu sudah kembali dengan wadah berisi urine di dalamnya.
Suster mengambil sampel tersebut dan mengatakan bahwa Annisa harus menunggu hasilnya sekitar dua jam lagi.
Memasuki jam makan siang sepasang kekasih itu memutuskan untuk mengisi perut yang sedang keroncongan terlebih dulu.
"Kalau kamu hamil, bagaimana?" tanya Shakeel di sela-sela makan siang mereka.
"Apaan sih kamu! gak mungkin lah, kan kamu selalu membuangnya di luar," tepisnya mencoba tegar padahal hatinya sudah di selimuti rasa takut.
"Kalau begitu kamu belum pernah dengar bahwa perawan hamil."
"Sayang, semua manusia normal dengan hormon yang bagus mustahil tidak akan hamil setelah melakukan hubungan s*x berkali-kali."
"Kecuali, memang ada yang salah pada sistem reproduksinya." Shakeel berusaha menjelaskan.
Sebenarnya hati pria itu juga di selimuti akan rasa takut menghadapi buah dari kesalahan yang di perbuat.
"Sudah lah, Mas! Sebaiknya kita kembali ke Rumah Sakit. Aku rasa hasilnya sudah keluar," ucap Annisa yang malas meladeni perkataan Shakeel.
Saat tiba di Rumah Sakit mereka masih harus menunggu 30 menit lagi.
Tibalah saat seorang perawat memanggil nama Annisa untuk memberikan hasil test tersebut.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Shakeel menatap amplop putih di tangan Annisa.