❝Ini hati, bukan jeroan.❞
-Julian-
***
Alyviah punya sahabat terbaik yang sangat dikasihaninya---maksudnya dikasihinya. Bahkan sejak dia dan sahabatnya masih jadi zigot, mereka sudah buat rencana menjadi sepasang sahabat. Dari SD sampai SMA selalu satu sekolah walaupun jarang sekelas.
Mengapa tidak sahabatan dari TK? Karena sahabatnya itu tidak TK. Menurut Mama sahabatnya, sahabatnya itu tidak perlu TK karena dari umur 4 tahun, ia sudah lancar membaca dan menulis. Kasihan, masa kecil kurang ayunan dan perosotan.
Julian Wiratama biasa dipanggil Panjul, tetangga sekaligus sahabat Alyviah---sahabat lima langkah Alyviah yang paling pengertian. Sahabatku memang dekat. Lima langkah dari rumah. Tak perlu kirim surat. Sms juga ga usah. Kalau rindu bertemu. Tinggal ngomong depan pintu. Tangan tinggal melambai sambil bilang helo sobat. Jangan nyanyi, please.
Dulu, saat masih SMP, Alyviah sempat suka sama sahabatnya sendiri. Ya! Dia menyukai Julian. Tapi dia lebih memilih untuk mengabaikan perasaannya. Sulit, tapi, berusaha ikhlas.
Alyviah takut persahabatannya yang sudah dibangun kokoh dari zaman masih berudu, hancur hanya karena perasaan suka yang belum jelas. Anggap saja cinta monyet masa SMP.
Memang benar, tidak ada istilah sahabatan antara cewek dan cowok. Pasti salah satunya ada yang memendam rasa. Tidak melibatkan perasaan dalam hubungan persahabataan itu sungguh langka.
Tapi, itu dulu, sekarang Alyviah sudah move on ke Rafka si es batu. Oh tidak! Jangan sebut Rafka si es batu, sebut saja ia gunung es berjalan. Es batu terlalu murahan sebagai sebutan untuk cowok seganteng dia.
Alyviah yang merasa gabut sendirian di kamar lantas beranjak dari tempat tidurnya. "Malem-malem gini tumben banget Julian ga spam chat. Gue jadi kangen." Ia langsung mencari benda pipih kesayangannya berlogo samsul. Bukan logo apel dimakan ulat. Setelah itu ia mengirimkan sebuah---ralat---beberapa pesan untuk sahabat lima langkahnya itu.
LINE
To: Panjul
WOY
jul, panjul
p
p
p
julian yan
yantok
sombong lo
read elah
bales panjul
For : Me
apasih sayang?
To: Panjul
ebuset, jones lumutan lo Njul. Ga ada yang dipanggil sayang ye paham banget gue
For: Me
gue ke rumah lo ya lip, kangen gue
Read
For: Me
Lip buka pintu gue udah didepan
Read
For: Me
anjir, read aja terus lip
Read
Alyviah keluar kamar, Julian pasti sudah melangkah pergi ke rumahnya. Ia menuruni tangga kemudian berjalan menuju pintu depan.
tok tok tok
"Assalamu'alaikum Bunda, Julian ganteng mengunjungi Bunda." Terdengar suara ketukan pintu bersamaan dengan suara Julian. Julian memang memanggil Bunda Alyviah dengan sebutan Bunda. Begitu pun sebaliknya.
Bukannya langsung membukakan pintu, Alyviah malah berniat menjahili Julian. Ia kembali menaiki tangga, kembali ke atas, ke kamar Aly. Lalu menggeledah kamar Aly, mencari topeng zombie punya abangnya itu.
Setelah mendapatkan topeng itu, Alyviah segera turun ke bawah untuk mengagetkan Julian. Kebetulan, Alyviah hanya berdua dengan Bi Anis---Bibi kesayangannya. Tapi, Bi Anis sudah bertelur di kamar---tidur. Ayah dan Bunda lagi malem jum'atan---yasinan, jangan berpikir yang aneh-aneh. Sedangkan Aly belum pulang, masih pacaran di bawah kolong jembatan.
cklek
Julian kaget sampai terduduk ketika melihat muka manusia bertopeng zombie tepat di hadapannya bersamaan saat pintu dibuka. "HAHAHA si b**o. Muka lo jelek banget, Njul," ucap Alyviah sambil terbahak.
"Anjir! s****n! Awas aja lo, gue bales ntar," ancam Julian kemudian kembali berdiri.
"Ga takut gue." Alyviah langsung lari menuju kamarnya meninggalkan Julian yang masih memasang wajah kesalnya.
Sesampainya Alyviah di muka tangga, ia berhenti karena merasa tidak dikejar. "Njul, ga ada niat buat ngejer gue gitu?" tanya Alyviah tanpa dosa. Julian hanya berjalan santai masuk ke rumahnya tak berniat mengejarnya.
"Males banget," cetus Julian memutar bola matanya.
"Elah ngambek? Gue peluk nih."
"Sini, peluk dulu." Julian merentangkan tangan.
"Ih! Ogah banget gue, udah ah jangan ngambek lagi. Gue ada gula merah noh di dapur."
"Lo pikir gue semut? Dasar debu kipas angin!"
"Daripada elo, kutu bunting!"
"Cukup Mas Bram cukup. Hana ga kuat," ucap Julian memelas.
"Najis!" umpat Alyviah yang membuat Julian terkekeh geli.
"Njul, temenin gue nonton sekalian gue mau curhat." Alyviah langsung menarik tangan Julian menuju ruang TV.
"Gue mau asal nonton FSoG," ucap Julian setelah duduk di sofa ruang TV rumah Alyviah.
"Kapir lu! Dasar mesum." Alyviah langsung melayangkan bantal sofa ke muka ganteng Julian. Lagi-lagi Julian hanya terkekeh.
"Curhat apaan, Alip, gayaan pake curhat segala."
"Hmm gue lagi suka sama temen Mapala abang gue, namanya Rafka. Ganteng tapi dingin banget kek es batu."
"Hah! Murahan. Masa kayak es batu!" ejek Julian.
"Es batu memang murah, tapi lumayan sakit kalo ditimpukin ke kepala elo!" kesal Alyviah. "Gimana?" tanyanya meminta pendapat.
"Oh oke," jawab Julian datar.
"Gitu doang, Njul? Ga ada reaksi kimia yang berlebihan gitu? Teriak kek, excited kek."
"Eh apaan gue ga konsen, sorry sorry. Rafka itu temen abang lo Mapala? Anak Mapala, 'kan jorok-jorok, Lip. Jarang mandi, dekil, bau, jorok lah pokoknya."
pletak
Aly datang tiba-tiba mengagetkan mereka berdua dengan jitakannya yang telah mendarat sempurna di kepala Julian. "Sakit, b**o! Ini kepala bukan gendang." Julian meringis.
"Bang, bisa ga sih ketok pintu dulu, ucapin salam dulu. Mentang-mentang baru pulang nge-date, ga inget amanat nenek moyang," omel Alyviah.
"Pintu depan ga lo tutup, Dek. Maaf deh sengaja hehe. Lagian elo, Njul, ngatain anak Mapala kek gitu, gue 'kan jadi kesindir." Julian masih mengusap kepalanya.
"Alah! Emang elo gitu 'kan, Bang? Jarang mandi. Mandi pas mau nge-date doang," ujar Julian membela diri.
"Sembarangan!" kata Aly yang sudah duduk bersandar di sofa. "Emang iya, sih. Ah tapi cogan 'kan bebas yang penting tetep ganteng," bela Aly. Sementara Alyviah dan Julian hanya bisa mendengkus kesal.
"Gue ke kamar dulu, gerah. Jangan apa-apain adek gue, Tan!" ancam Aly beranjak dari sofa, pergi ke kamarnya.
"Buset, ga napsu gue sama adek lo, Bang!"
"JULIAAAAN!!" teriak Alyviah melengking.
"Gue pulang dulu, Lip, ngeri gue, bhay!" Julian langsung ngacir pulang ke rumahnya.
***
Sepulang dari rumah Alyviah, Julian main gitar sambil menyanyikan lagu Kasih tak Sampai dari Padi. Hatinya mendadak sesak ketika mendengar Alyviah---sahabat sekaligus cinta pertamanya curhat tentang orang yang disukainya.
Rasanya ada ribuan paku berkarat yang menancap di dadanya. Sakit banget tapi ga bernanah. Ia berusaha tenang dan bertekad secepatnya ia akan mengungkapkan perasaannya.
Baru beberapa menit yang lalu ia dari rumah Alyviah, tapi rasa kangen sudah datang menghampiri. Ia pun mulai mengirimkan chat pada sahabatnya itu. Mungkin dengan begini, rasa kangennya sedikit terobati.
LINE
To: Alipeak
LIP
ALIP
BA
TA
TSA
mari mengaji
For: Me
apa Panjul? Njul gimana dong kelanjutan cerita gue tadi? gimana menurut lo?
Read
For: Me
njul chat gue bukan Majalah bobo yang cuma lo baca, terus lo liatin doang
To: Alyviah
ga usah diterusin deh Lip, suka sama yang lain aja. Cowok kan masih banyak. Kalo lo ga laku-laku, gue siap nampung elo.
For: Me
bangsul, lo pikir gue korban banjir?
To: Alyviah
kalo lo terusin ngejer es batu, elo bakalan sering nahan hati dan gue ga mau itu.
For: Me
sosweet banget sih njul. Tenang aja lo, gue setrong
To: Alyviah
terserah lo Lip, yang penting gue udah ingetin dari awal. Inget kata-kata gue tadi, gue selalu siap nampung elo.
For: Me
Makasih sahabatkusayang
To: Alyviah
Tapi inget ya lip, kalo lo udah capek ga usah dipaksain. Itu hati bukan jeroan
For: Me
haha siap kapten!
Julian mengakhiri obrolannya dengan Alyviah dan melanjutkan nyanyiannya yang tertunda. Hatinya cukup sakit, tapi ia berusaha santau. Bukankah tidak masalah jika untuk kebahagiaan sahabatnya.
Indah terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Namun bila itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang terbayang
Menyatukan perasaan kita
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
Berdua
Berdua
Sudah... terlambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini
Prokprokprok
"Wow soundtracknya pas sekali pemirsah!" ucap Julian seraya bertepuk tangan sendiri.
Setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai. Memilih untuk diam, memperhatikan dari jauh, atau mengungkapkan. Setiap orang punya caranya sendiri untuk jatuh cinta tanpa membaginya dengan orang yang dia cinta.
Mungkin inilah yang sedang dirasakan Julian, ia harus berpura-pura simpati terhadap Alyviah, padahal ia sendiri juga merasakan getir yang sama.
Sakit.
Siapapun yang menciptakan kata-kata, "Kalau cinta tidak harus memiliki", kau harus bertanggung jawab pada kegalauan yang sedang dirasakan Julian.
"Kenapa gue kayak anak perawan. Mellow-mellow gini. Bukan gue banget haha. Hebat lo, Lip!" Julian tersenyum miris. Ia kembali mengirimkan pesan singkat pada Alyviah. Bukan melalui w******p, tapi melalui SMS.
SMS
To Alipeak
(08127799xxxx)
Besok gue jemput, telat semenit gue tinggal. Paket internet gue abis dimakan rayap.
-cogan
Sent