Pertunjukan Gagal

1682 Kata
❝Sahabatmu adalah pantulan dirimu.❞ *** Setelah mimpi buruk dikejer Mimi Peri yang naik anjing komplek, Aly bangun kepagian dan tidak bisa tidur lagi. Jangan heran dengan mimpi Aly. Mimpi Aly memang terbilang aneh-aneh. Pernah waktu itu ia mimpi menggagalkan pernikahan Raisa-Hamish. Pernah juga mimpi nembak Dakota. Mimpi basah juga pernah---mimpi main hujan sampai basah maksudnya. Nah kemarin malam, Aly mimpi aneh juga. Dia mimpi, di mimpi dia, dia lagi mimpi terus di mimpi itu dia masih mimpi, dan dia bilang, ah cuma mimpi. Sehabis sholat subuh barsama Ayah dan Bunda, Aly langsung ke kamar Bakpia---adik kesayangannya. Kebiasaan Alyviah memang susah dibangunkan kalau lagi masa PMS. Di saat cewek lain lebih cepat bangun karena PMS, Alyviah malah sebaliknya. Namun, sayang sungguh sayang, Alyviah gagal dibangunkan. Sejak subuh tadi, Ayah, Bunda, dan Bi Anis juga sudah mencoba membangunkan Via. Via itu panggilan kesayangan buat Alyviah, tapi Aly lebih suka manggil adiknya dengan sebutan Alip, bukan Pia, Bakpia atau apalah. Ayah, Bunda, dan Bi Anis juga lebih suka manggil dengan sebutan Alip. Jadi, Via itu panggilan kesayangan dari siapa? Bukan Via Vallen, ya, please! Setelah memberi sarapan ayam di halaman belakang, Aly kembali ke kamarnya. Namun, saat sudah masuk kamar, Aly teringat sesuatu. "Alip, Abang datang dengan misi," tutur Aly tersenyum jahil berjalan ke luar kamar. Kebetulan kamar Alyviah dan Aly tetanggaan, jadi akses Aly lebih mudah untuk menjahili adiknya. Kalau dengan cara halus Alyviah tidak bisa dibangunkan, mungkin Alyviah butuh cara kasar. Kakak-adik tidak saling menjahili rasanya kurang seru, kurang enak, kurang sedap. Bagaikan sayur tanpa garam, bagai laut tanpa air, bagai sawah tanpa petani, bagai aku tanpa kamu. "Kamu bangunin adek kamu tuh, Bang. Nanti telat repot sendiri," perintah Ayah saat berpapasan di depan kamar Aly. Ayah dan Bunda baru saja dari kamar Alyviah dan nyaris menyerah membangunkannya. Ini kedua kalinya Ayah dan Bunda mendatangi kamar Alyviah karena kali pertama, gagal. "Siap, Yah. Abang ke dapur dulu." Aly mengacungkan tangannya di kening ala-ala hormat. Langkah Aly terhenti saat Bunda memanggilnya. "Mau ngapain, Sayang?" tanya Bunda. "Mau pinjem panci sama centong sayur Bi Anis." Ayah dan Bunda cuma menggelengkan kepalanya. Tanpa Aly jelaskan, mereka sudah sangat paham. Aly pun melangkahkan kakinya ke dapur. Ia mencari peralatan perangnya---peralatan masak. Setelah mendapatkan panci dan centong sayur Bi Anis, ia hendak kembali ke kamar adiknya. Namun, tiba-tiba makhluk halus kasat mata menepuk pundak Aly---mengagetkan Aly dan menghentikan langkahnya yang hendak ke kamar Alyviah. "Woy, Bang!" "Anjir! Ngagetin aja lo, Njul." Aly memperhatikan penampilan Julian yang telah memakai seragam tanpa dasi, baju dikeluarkan, rambut acak-acakan. "Elah, pagi-pagi udah rapi aja, Lo." Rapi dari mananya coba? "Masuk lewat mana lo? Nembus dinding ya lo?" tanya Aly beruntun. "Sorry, Bang, tadi Bunda yang bukain pintu. Ini kan rumah gue juga, Bang. Bokap dan Nyokap keluar kota, cuma ada Bi Inem di rumah," jelas Julian. "Enak aja rumah lo!" ucap Aly tak terima. "Kata Bunda, anggep aja rumah sendiri. Salah gue dimana, Bang?" "Semerdeka lo aja, Njul! Eh bantuin gue, yok." Julian yang mengerti maksud Aly langsung mengangguk. "Kuy!" Aly dan Julian langsung menuju kamar Alyviah. Sesampainya mereka berdua di kamar Alyviah, mereka langsung membuka pintu yang memang tidak dikunci. Suasana kamar Alyviah sangat berantakan. Bantal guling sudah berada di dekat pintu kamar mandi kamarnya. Itu bantal guling punya kaki? Selimut dan boneka Baymax kesayangannya sudah berserakan di lantai. Rambutnya berantakan seperti kuntilanak yang belum keramas. Alyviah baru belajar berhijab. Dia berhijab ketika sekolah dan keluar rumah saja. Aly dan Ayah tidak pernah memaksakan Alyviah. Pelan-pelan saja, itu kata Ayah. Karena hijrah butuh proses. Dan Julian sudah biasa melihat Alyviah tidak berhijab seperti sekarang. Jangan dihujat! Do'akan saja si Alip istiqomah. "Eh ada tamu," ucap Alyviah sambil mengucek matanya. Pandangannya masih samar saat melihat Aly dan Julian yang datang tanpa permisi. Ia mendadak terbangun karena merasa sudah tidak nyaman. Sepertinya (maaf) roti jepangnya sudah penuh. Aly dan Julian hanya bisa menghela napas panjang. Pertunjukkan yang telah mereka rencanakan gagal total. Alyviah mendadak bangun. Julian dan Aly hanya bisa cengo dibuatnya. Alyviah memperhatikan panci dan centong yang ada di tangan abangnya. "Lo bedua ngapain? Ini kamar bukan dapur! Mau masak aer? Biar mateng," tanya Alyviah sambil menggeliat dan merentangkan tangannya ke atas. Kok imut sih, batin Julian. "Bagus, deh kalo lo udah bangun, ga sia-sia tenaga gue," ujar Aly pembelaan. "Buset, Njul. Tutup mata lo. Gue mau nyari jilbab. Dosa gue." Alyviah yang tersadar langsung meraih hijab instan yang tergantung di balik pintu kamarnya. "Telat kali, Lip! Yaudah yuk, Bang, turun sarapan. Anggep aja rumah sendiri. Jangan sungkan," ajak Julian cengengesan. "Rumah lo banget ya, Njul! Yaudah siap-siap gih, Dek. Gue sama Julian duluan." Alyviah mengangguk. **** Ayah, Bunda, Alyviah, dan Aly sedang menyantap sarapan di ruang makan. Julian kemana? Bukannya tadi ia berada di rumah Alyviah? Setelah ditelepon Bi Inem tadi, Julian izin pulang ke rumahnya karena mendadak kucingnya mau lahiran. Julian harus menguatkan kucing kesayangannya dan sigap mengelap keringat si meong. "Masukin ke Tupperware aja nasi goreng buat Julian, Dek. Kasian nanti kelaperan," saran Bunda setelah mengelap mulutnya memakai tissue. Mereka sekeluarga telah selesai sarapan. "Iya, Bunda." Selesai makan, Alyviah memasukkan nasi goreng ke dalam tupperware. Ia menyimpan bekal untuk Julian ke dalam ransel hitam-putihnya. Kemudian berjalan ke teras rumahnya menunggu Julian datang menjemput. Waktu telah menunjukkan pukul 06.45 WIB namun Julian tak kunjung datang. Karena jarak sekolah dan rumah Alyviah lumayan jauh, ia memutuskan untuk pergi duluan naik ojek dekat komplek, daripada telat, urusannya panjang. Sesampainya di pangkalan ojek, tak ada satu pun Tukang Ojek yang mangkal. Alyviah sedikit cemas dibuatnya. Ia menoleh ke kiri berharap ada Mamang Ojek yang datang. Namun terdengar suara motor berhenti di sebelah kanan Alyviah. "Naik." Suara seseorang mengagetkan Alyviah setelah menghentikan motornya. Orang itu membuka helm fullface-nya. "Astaghfirullah, kaget gue, Bang. Gue nunggu ojek aja, Bang," tolak Alyviah secara halus karena merasa tidak enak. Dan ternyata orang itu adalah Rafka. Iya Rafka. "Duluan." Alyviah mendengkus kesal saat melihat cowok itu melesat pergi, meninggalkannya tanpa basa-basi dan hanya bilang, duluan. "Buset! Paksa, kek. Bujuk, kek. Tarik, kek. Seret, kek. Ga peka banget jadi cowok, untung ganteng." Biasa, perempuan. Maunya dipaksa. Awal-awal sok-sok an nolak. Jual mahal. Pas ditinggal, ngomel-ngomel. Giliran dipaksa-paksa, lebih marah lagi. Begitulah wanita, susah dimengerti tapi pengertian. "Woy, Alip! Tega banget lo ninggalin gue. Sahabat durhaka lo! Tipis banget cara lo bersahabat," seru Julian yang datang tiba-tiba bersama motor ninja warna merahnya. "Masih tipisan juga badan gue, Njul," ucap Alyviah terkekeh sendiri. "Maaf, Njul. Gue takut telat. Hari ini ulangan harian Fisika Bu Yati. Elo mah enak bisa manjat pager." "Maaf diterima tapi pulang sekolah traktir eskrim stroberi ya." "Sip gampang! Yuk berangkat!" **** Sejak tiba di parkiran sekolah, banyak pasang mata yang menatap Alyviah iri. Ia sudah kebal dikasih tatapan sinis dari fans-fansnya Julian. Alyviah dan Julian berjalan santai tanpa menghiraukan tatapan sinis itu. Julian bukanlah badboy b*****t apalagi goodboy alim di sekolahnya, bukan. Ia hanyalah seorang cowok yang sedang-sedang saja yang kebetulan dikaruniai kegantengan sedikit di atas rata-rata dari Yang Maha Kuasa. Dari ayahnya, mengalir darah Bugis Bone, Jerman, dan Sunda. Dari ibunya, mengalir darah Thailand. Julian berjalan di sebelah Alyviah seraya membuka bungkus permen kesukaannya. Selain pecinta kucing, ia juga suka apapun yang berbau stroberi. Apalagi permen milkita yang rasa stroberi, kemana-mana ia selalu mengantongi permen berwarna pink itu. Alyviah diantar Julian sampai ke bangkunya. Mereka memang tidak sekelas, Julian anak IPS sedangkan Alyviah anak IPA. Tak lupa Alyviah memberikan bekal nasi goreng untuk Julian. Setelah mengantar Alyviah sampai tujuan, Julian pergi ke Rooftop sekolah bergabung dengan Gengnya---Aldo, Chandra, Amrah, Nando, Devon, dan Rio yang pasti sudah nangkring di sana. Alyviah membentuk sebuah Geng di kelas bernama Geng Jeroan. Kalian tahu jeroan? Jeroan adalah bagian dalam atau organ dalam pada hewan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan, hati, limpa, jantung, babat, usus dan lain-lain. Anggota Geng Jeroan teridiri dari Nuha---sahabat paling terdekatnya, Nadhifah---gadis kaku, Syahila si tukang gosip, dan Bianca yang paling rempong. Mereka saling melengkapi. Bianca berpacaran dengan Aly---Abangnya Alyviah. Mereka pacaran sudah hampir setahun. Syahila pacaran sama Nando teman Julian. Alyviah, Nadhifah, dan Nuha belum punya pacar. Jomblo. Eh single. Dulu Aly sempat naksir sama Nuha, tapi ditolak mentah-mentah karena Nuha belum mau pacaran dan tentu saja tanpa sepengetahuan Bianca. Persahabatan macam apa ini? Persahabatan saling menjaga perasaan sesama anggota geng. Nuha yang sudah duduk di sebelah Alyviah, mencolek lengan sahabatnya yang sibuk memainkan ponselnya itu. "Lip, gue nyontek Fisika ntar ya," Nuha memelas memasang puppy eyes andalannya. Alyviah menoleh lantas menyimpan ponselnya di saku seragamnya. "Boro-boro, Hak. Gue semalem keasyikan nonton Strong Woman. Gila! Park Hyung Sik dan Ji Soo ganteng banget terpesona gue sampe lupa belajar. Kita nyontek aja sama Bianca," seru Alyviah semangat. "Sok-sok an nonton Strong Woman, padahal nonton Jodoh Wasiat Bapak." Bianca yang duduk di meja depan Alyviah dan Nuha ikut berceletuk. "Haha jodoh wasiat bapak atau mobil pengantar jenazah, sih?" celetuk Syahilla. Syahilla duduk di bangku belakang Alyviah bersama Nadhifah. "Sama aja. Genti judul doang," jawab Nuha sok tahu. "Kok lo tahu, Hak? Haha ketahuan, elo penonton setai---maksud gue setia." "Kocak lo pada!" ucap Syahilla yang terbahak seraya menggebrak-gebrak meja. "Yaelah, Lip. Elo mau ngandelin gue? Gue aja semalem abis nge-date sama Abang lo hehe mana sempet gue belajar," papar Bianca cengengesan. "Aku udah belajar kok," potong Nadhifah yang pusing melihat perdebatan sahabat-sahabatnya itu. "Untung gue duduk sebangku dengan Nadhifah." Syahila tersenyum bahagia. "Walaupun lo ga belajar, lo pasti bisa kok, Lip. Yakin banget gue, lo kan pinter," Nuha terus meyakinkan. "Iya iya gue contekin." "Makasih, alopyu bibeh" Nuha langsung memeluk Alyviah disusul dengan Nadhifah, Syahila, dan Bianca. Mereka berpelukan seperti Teletubbies yang akan pamit karena matahari akan tenggelam. puuuuuuuuutttttttttttttttttt Tiba-tiba suara gas alam yang terdengar cukup kencang menghentikan adegan pelukan mereka. "Bangsul, bunyi apaan tu?" tanya Nuha melepaskan pelukannya. "Maaf kelepasan hehe," aku Bianca yang kentut tanpa dosa. "Heran gue, bisa-bisanya Bang Aly suka sama cewek macam lo, Bi," ejek Syahila menutup hidungnya. Bau kentut Bianca tidak main-main, bisa merusak pernapasan. "Hehe btw gue nyontek sama siapa dong?" tanya Bianca yang sadar hanya duduk sendirian. Teman sebangkunya hari ini tidak masuk karena sakit cacar. "Sama rumput yang bergoyang siapa tahu diajak goyang!" jawab mereka berempat hampir bersamaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN