❝Dilarang keras mengahakimi pilihan hidup orang lain tanpa memahami alasan mereka.❞
***
Ketika hendak menuju toilet, mata Alyviah menangkap pemandangan yang sangat tidak enak dipandang. Astaghfirullah, ucap Alyviah dalam hati sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Bi Inah yang melihat pemandangan itu hanya bisa membuang muka.
"Iiiii-itu kan," bisik Alyviah. Rafka yang telah mengambil tas carrier dari kamarnya berpapasan dengan Alyviah saat ingin menghampiri Aly di ruang tamu. "Jangan dilihat," tukas Rafka.
Muka Alyviah terlihat sangat pucat dengan butiran keringat menghiasi wajahnya yang ketakutan. "Rrr-raf?" Alyviah gugup, "Iiii-ttu tadi apa?" Rafka masih bersikap tenang.
"Lupain." Rafka menarik tangan Alyviah, menjauh dari tempat itu. "Ikut gue." Bi Inah sudah pergi entah kemana meninggalkan mereka berdua.
degh
Rafka ingin mengajak Alyviah kembali ke ruang tamu. "Ta-tapi Raf." Alyviah membeku, tangannya ditarik Rafka, rasanya seperti lebaran.
"Kenapa?" tanya Rafka.
"Gue kebelet, udah di ujung." Alyviah yang memang ingin buang air kecil daritadi bergegas ke toilet meninggalkan Rafka yang masih mencerna omongan Alyviah. Di ujung? tanya Rafka dalam hati.
Rafka menatap kepergian Alyviah yang telah masuk toilet, ia hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, kemudian ia menatap pintu kamar yang barusan tertutup--kamar yang dilihat Alyviah tadi.
Rafka pun ke ruang tamu untuk menemui Aly--yang sendirian di ruang tamu--sambil menenteng tas cariernya, "Nih." Rafka memberikan tas itu, "lancar apa?" Ternyata Aly tidak sendirian, Aly ditemani Bi Inah mengobrol di ruang tamu.
"Permisi, saya ke belakang lagi, ya, Den," pamit Bi Inah.
"Apanya? Persiapan pelantikan? Ribet. Tas kayak gini aja harus gue yang ngurus," papar Aly. "Si Adit juga kenapa ngajuin gue ke mereka jadi panitia perlengkapan, elo juga, Raf, ikut-ikutan jadiin gue tumbal." Rafka hanya terkekeh pelan mendengarnya.
"Abang!" Suara Alyviah menghentikan perbincangan Aly dan Rafka. "Gue mau pulang." Wajah Alyviah masih terlihat sedikit pucat. Pemandangan aneh sudah merusak suasana hatinya, ditambah lagi Rafka yang tiba-tiba menarik tangannya. Oh Sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Bisa, bisa gila dibuatnya.
Aly yang menyadari perubahan raut muka Alyviah sontak heran. "Kenapa, Dek? Lo sakit?"
Alyviah tidak menjawab. "Abang udah selesai belum? Gue mau pulang."
"Udah nih." Aly menunjukkan tas carrier yang dipinjamnya. "Ayo pulang! Gue pulang dulu, Raf. Thanks, Bro. Bilangin tante Nadya kami pamit," ucap Aly pada Rafka.
"Selow." Rafka masih memperhatikan gelagat aneh Alyviah.
Alyviah berusaha menetralkan detak jantungnya dan mengkondisikan wajahnya. "Pulang dulu, Raf, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Alyviah panjang lebar.
Rafka tersenyum cool dan membuat Alyviah berbicara. "Jangan senyum oi! Kalau gue tambah suka gimana?" frontal Alyviah kepada Rafka yang kembali memasang muka datarnya. "Ayo, Bang, markilang mari kita pulang," tambahnya.
"Ya Allah, Dek," Aly berujar dengan pelan.
***
Di perjalanan pulang, Alyviah masih dibayangi pemandangan aneh tadi. Sepasang kekasih terlarang sedang bermesraan layaknya suami-istri. Ya, Alyviah melihat Nadya dan kekasih terlarangnya sedang begituan tanpa peduli keadaan sekitar. Sebenarnya mereka melakukannya di kamar, tapi mengapa pintunya tidak ditutup?
"Mata gue masih normal, 'kan? Ini angka berapa, Lip?" Alyviah mengacungkan jari telunjuk di hadapan mukanya. "Lah itu angka satu, gue bisa lihat. Tapi tadi cewek vs cewek? Hah! Minus tujuh mata gue nih. Besok ajak Bunda ke dokter mata."
Aly menepikan mobilnya sejenak. Tangan kanan Aly memegang kening Alyviah dan tangan kiri Aly memegang bokongnya sendiri. "Sama kayak p****t gue. Ga panas. Lo gila?"
Alyviah menceritakan semua kejadian yang dialaminya di rumah Rafka. Ia tidak sanggup menyimpannya sendiri. Bukan bermaksud menceritakan aib orang lain, hanya saja, dengan bercerita akan melegakan rasa sesak di dalam d**a dan meringankan beban yang dialami.
"Gue udah tau," ucap Aly sambil melajukan mobilnya kembali. Alyviah sontak kaget, ternyata Abangnya sudah duluan tahu. "Gue udah lumayan lama sahabatan sama Rafka. Gue juga udah pernah ngeliatnya langsung," tambah Aly.
"Gimana ya, menurut gue nih kita juga ga bisa menyalahkan mama Rafka, siapa tahu aja sebenarnya dalam dirinya ada gejolak penolakan yang mungkin dirasainnya," jeda Aly. "Kita ga bisa ngehakimin atau nge-judge mereka, karena setiap orang berhak memilih apa yang terbaik untuk hidupnya meskipun pilihan itu terkadang ga bisa diterima oleh akal manusia ... Sisanya kita serahin sama Allah karena Allah Maha membolak-bolakkan hati. Gue yakin, Rafka dan keluarganya pasti bisa nyelesain masalahnya sendiri. Sekian penjelasan dari Ustadz Maulana. Alhamdu? lillaah." Aly masih fokus menyetir sesekali dipandangnya wajah adik kesayangannya yang terlihat serius memperhatikan.
"Abang kesambet? Kok ngomongnya kayak orang bener hehe, iya, Bang." Alyviah mencoba memahami.
Kening Alyviah mengernyit ketika ia melihat layar ponselnya.
1 New Message
Rafka es cogan
(08118193xxx)
Ga usah dipikirin
"ALLAHUAKBAR. RAFKA CHAT GUE DULUAN. GUE HARUS SUJUD SYUKUR, eh tapi kan gue lagi di mobil. BUNDAAAA, KITA HARUS SYUKURAN AJAK TETANGGA MAKAN NASI TUMPENG PAKEK JEROAN." Dahsyatnya teriakan Alyviah.
"Dek, obat lo abis? Otak lo ketinggalan di rumah Rafka? Saringan mulut lo rusak? Pita suara lo semutan?" Aly geleng-geleng melihat tingkah adiknya.
Beruntung mereka masih di dalam mobil. Alamat dibunuh orang sekampung kalau mendengar teriakan Alyviah yang memekakkan telinga.
"Bodoh amat! Gue read doang haha. Sekali-kali jadi cewek cool. Alyviah si Cool Girl," ucap Alyviah tak menghiraukan Aly sama sekali. Ia sibuk dengan dunianya sendiri.
***
"Lip, temenin!" ajak Nuha menarik tangan Alyviah. Nuha dan Alyviah sering menghabiskan waktu bersama. Lebih sering sih Nuha yang nyamperin Alyviah karena orang tua Nuha jarang di rumah. Nuha si anak tunggal nan kesepian. Nuha sangat suka mengacak-acak kamar Alyviah. Seperti sekarang, akibat ulah Nuha, novel yang telah disusun rapi Bi Anis di rak buku kamar Alyviah sudah berserakan dimana-mana.
"Kemana Nuhak? Gue lagi asik stalking i********: Rafka," jawab Alyviah malas.
Nuha mendengus pelan. "Gue pengen seblak."
"Bilang aja daritadi, ga pake acara ngeberantakin kamar gue!"
"Maaf hehe."
"Ayo! Ajak Panjul, ya, biar ada yang nyopirin."
"PINTER!"
Mereka pun pergi ke rumah Julian. Berharap Julian ada di rumah. "Assalamu'alaikum Mama Dea, Alip datang." Terlihat Dea--mamanya Julian sedang merapikan tanaman di halaman rumahnya.
"Wa'alaikumussalam, Sayang, nyari pacarnya ya?" Ibunda Julian memang selalu menjodoh-jodohkan anaknya dengan Alyviah. Cocok katanya.
"Hehe mana dia, Ma? Kita mau ngajakin makan seblak di Seblak Nampol. Si Nuha ngidam," jelas Alyviah.
Dea tersenyum. "Mau ngajakin makan seblak atau mau disopirin?" celetuk Julian yang telah berdiri di depan pintu rumahnya.
"Sahabat pengertian!" seru Alyviah.
Sahabat?
"Ayo dah! Gue juga mau keluar," ajak Julian. Mereka bertiga pamit dengan Mama Julian.
Hampir satu jam mereka nongkrong di Seblak Nampol sambil menikmati seblak nampol level dua dan diselingi obrolan-obrolan santai.
Sepulang dari makan seblak, Alyviah mengajak Nuha dan Julian ke Kampung Arab, daerah 13 ulu Palembang yang tak jauh dari rumahnya. Mereka sudah sering lewat, tapi tidak pernah mampir.
***
Berkunjung ke kampung Arab terasa seperti tidak sedang berada di Indonesia, karena bertemu dengan wajah-wajah cantik dan tampan khas Arab dengan hidung mancung seperti perosotan playgroup.
gedebruuuuuuuuk braaak
"Bunyi apa tuh?" tanya Nuha saat mendengar suara orang terjatuh.
Alyviah tersungkur dengan indah. "Si b**o! Pake acara jatuh segala. Ayo diri! Iket tali sepatu yang bener biar ga keinjek," omel Julian seraya membantu Alyviah berdiri.
Julian langsung duduk di aspal sambil mengikatkan tali sepatu Alyviah. "Hehe iya, Pak Bos," cengir Alyviah.
Julian pun beranjak, ia berdiri selesai mengikat tali sepatu Alyviah dan berjalan duluan. Nuha tak memperdulikan mereka. Ia berjalan mendului seusai memotret kebersamaan mereka.
Braaaaaaaakkkkkk
"Suara apalagi, Oi?!" tanya Nuha sedikit kesal.
"JULIAAAAAAN! LO GA BENER NGIKET TALI SEPATUNYA!!" Julian sengaja mengikat tali sepatu kiri dan kanan Alyviah bersamaan. Alhasil Alyviah jatuh lagi. Julian dan Nuha tertawa ngakak.
***
Instagram Updates
(。♡‿♡。)
❤ 273 likes
alyvialip My Lovely BABU! @julianjul
View all 105 comments
nuhafir taken by? pacaran aja dah lu
abibaly dek udahan mainnya, cuci piring!
julianjul makasih panggilan sayangnya darl! ❤ tft lafyu
syahilaul gosip terhangat @alyviah dan @julianjul PACARAN cc: @ipa2kompak @ips4yahud @julian.fansclub
biancla bagus ya jadian kagak ngasihtau kakak ipar! PJ POKOKNYA!
ananadhifah beneran vy? selamat ya
chandra.karyapramuka Sianjing @julianjul gesit, gerak cepet @nando.gtg @devonio81 @aldo.cogan @ma_rio69 @amrahabadi
alyvialip BERISIK! @nuhafir @abibaly // NAJIS! @julianjul // @syahilaul gaboleh bohong, kasihtau @nando.gtg // kakak ipar ga boleh percaya gosip murahan @biancla // ga kok nadh @ananadhifah // HOY dilarang menggunjing @chandra.karyapramuka @nando.gtg @devonio81 @aldo.cogan @ma_rio69 @amrahabadi
julian.fansclub ga cocok
diana.julianfc ga tau malu!
silviana.julianfc julian gue tuh!
ayudya.julianfc ngaca dong!
alyvialip iya @julian.fansclub // iya maaf yaa @diana.julianfc @silviana.julianfc @ayudya.julianfc