❝Apakah mencintaimu semenyusahkan ini?❞
***
Mau Ringtone ini? Sudah mabuk minuman... Ditambah mabuk judi... Masih saja akang tergoda janda kembang... Tak sudi ku tak sudi.
Suara RBT Mabuk Janda mengalun indah di telinga Aly. Ia menjauhkan ponselnya karena cukup kaget mendengar lagu itu. "Buset, cewek gue gini amat." Aly bergidik ngeri. Tak lama telepon pun diangkat.
"Iya hallo, Princess Bianca di sini, mau cari siapa? Aduh aku ga terima asuransi, Mas, maaf ya, aku cuma terima cinta dari orang yang tulus," cerocos Bianca tanpa.
"Bacot, malu gue!" maki Aly.
"Eh bangsatku sayang kenapa?" jawab Bianca dengan nada yang sengaja dilembut-lembutkan.
"Genti RBT lo! Pake segala mabok janda lagi!" titah Aly kepada Bianca--pacarnya. Mereka memang tidak seperti orang yang pacaran. Tapi serius! Mereka pacaran, RBT Mabuk Janda saksinya.
"Hari ini aja kok, Sat, gue harus menuhin tantangan adek lo. Kemarin main ToD, dipaksa pilih dare dan adek lo nyuruh gue pasang ringtone ini," jelas Bianca. Jadi semua ini adalah ulah Alyviah. "Gue bukan pengecut yang lari dari tantangan."
Aly mendengus. "Lah si guguk. Buka pintu, gue di depan." Aly mematikan sambungan teleponnya.
Mungkin Aly adalah sosok pacarble. Ia bukan tipikal orang yang baru bergerak ketika diberi kode-kode. Ia sosok pacar yang memiliki inisiatif yang tinggi. Tanpa diminta, ia datang. Tanpa disuruh, ia menawarkan diri.
Bianca beranjak dari kamarnya yang berada di lantai atas. Sebelumnya ia mengintip dulu dari atas balkon kamarnya, takut kalau Aly hanya mengerjainya. Ia melihat mobil Aly sudah terparkir di depan rumahnya. Itu berarti Aly tidak bohong.
Ia pun bergegas menghampiri Aly, tidak mau membuat Aly menunggu lebih lama lagi. "Makasih ya, Sat." Bianca memeluk Aly erat. Aly pun membalas pelukan Bianca.
Pasangan ini dinobatkan sebagai pasangan romantis-b*****t oleh Alyviah. Bagaimana tidak, ketika pasangan lainnya aku-kamu-an, baby-darling-an, umi-abi-an, awkarin-gaga-an, mereka malah guguk-b*****t-an namun tidak mengurangi sisi romantis mereka.
Aly juga sosok pacar yang sangat peka. Baru setengah jam yang lalu Bianca nge-chat Aly---mengatakan kalau ia malas makan, tanpa babibu, Aly langsung tancap gas membelikan pizza Deluxe Cheese. Aly sangat paham, pacarnya pasti langsung nafsu makan kalau dibawakan makanan favoritnya.
***
Mereka berpelukan dan kalian peluk guling saja.
"Masuk, yok!" Bianca menarik tangan Aly masuk ke dalam rumah.
"Gosah tarik-tarik. Gue bukan kambing qurban."
"Yah, baru aja pelukan, udah b*****t lagi." Bianca menghembuskan napasnya keras-keras.
"Gue cuma mau nganter itu doang. Udah malem. Nanti gue khilaf."
"Yaudah, itu pintu keluarnya." Bianca menunjuk pintu depan.
Aly mengacak pelan rambut Bianca, "Salam perpisahan dulu, dong."
"Assalamu'alaikum," Gantian Aly yang menghela napas mendengar salam Bianca.
"Gue pulang dulu, kunci pintu jangan lupa. Pizzanya dimakan, bukan difoto dan diupload di snapgram."
"Bawel!"
"Awas lu!"
"Iye."
***
Alyviah yang sedari tadi hanya menscroll Instagramnya merasa bosan dan lebih memilih untuk chatingan dengan Rafka. Lebih tepatnya, sih ngechat Rafka duluan. Walaupun hanya ditanggapi cuek oleh Rafka, ia tidak pernah menyerah. Alyviah, sang pejuang cinta.
Teruntuk kalian para pejuang cinta, jangan pernah menyerah. Karena semua akan indah pada masanya. Jadi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik. Jangan menyerah!
LINE
Thu, June 8
Alyviah: Raf
Rafka: hm
Alyviah: gue lagi mikir
Rafka: hah
Alyviah: papaku suka bengbeng dingin, tapi kamu suka bengbeng MENTAH
Rafka: bego
Alyviah: Gue b**o juga biar yang sok-sok an pinter seneng, Raf.
Read
Alyviah masih menunggu balasan chat dari Rafka. Hingga detik demi detik berlalu, berganti menjadi menit, berganti lagi menjadi jam, ternyata memang tidak akan dibalas. Ia hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. Ia sudah sangat terbiasa dengan kebiasaan Rafka yang hanya nge-read chatnya.
"Jatuh cinta sama elo buat gue muter otak, Raf, tapi gue ga akan muter hati gue," ucapnya pelan.
Ga kebayang kalo udah pacaran, berasa pacaran sama patung pancoran kali gue, batin Alyviah mengomel sendiri.
Aly yang tiba-tiba nongol dari balik pintu kamar membuyarkan lamunan Alyviah. "Temenin gue, Dek."
"Ke mana?"
"Ntar juga tau."
***
Mobil Aly terparkir sempurna di depan rumah berpagar tinggi. Mereka disambut ramah satpam rumah itu. Tanpa basa-basi mereka dipersilahkan masuk, sepertinya Aly sudah sering kesini.
Betapa terkejutnya Alyviah ketika melihat rumah mewah nan elegan desain ala Eropa, dengan struktur desain yang identik dengan pilar-pilar yang menyokong tinggi juga ditambah dengan ornamen-ornamen klasik baik dari bentuk pintu, jendela, juga lantainya.
Seperti rumah yang ada di sinetron hidayah ikan terbang. Rumah mewah dengan di dalamnya ada mertua yang super galak dan menantu yang teraniaya--tapi memiliki suami yang sangat setia dan ganteng tentunya.
"Bang, kita mau ke rumah pejabat?" tanya Alyviah masih terpesona melihat rumah itu.
"Ini rumah Rafka." Alyviah lebih terkejut lagi mendengar jawaban Aly. "APA!! SUMPAH INI RUMAH KEREN BANGET."
"Biasa aja, Dek, jangan malu-maluin. Ayo!" Alyviah mengekor di belakang Aly. "Jangan udik!"
tingnong tingnong nangningnong
Mereka berjalan ke muka pintu kemudian menekan bel yang ada di samping pintu. "Assalamu'alaikum." Aly mengucap salam.
"Assalamu'alaikum, Rafka ngaji yok." Itu suara Alyviah.
ckleeeeeeeeek
Bel kedua, pintu dibuka dari dalam. Alyviah dan Aly langsung menyalimi orang yang membukakan mereka pintu. "Alaikumussalam, eh Aly ayo masuk dulu," ajak wanita paruh baya dengan lesung pipi di sebelah kanan yang tersenyum ramah. Wanita itu tak lain tak bukan adalah Nadya--ibu Rafka.
Eh ini kan tante itu, batin Alyviah teringat sesuatu saat menatap Nadya.
"Lah? Kamu kan yang nolong tante waktu itu?" tanya Nadya yang ikut teringat.
"Hehe iya, Tan," jawab Alyviah.
"Wah makasih ya waktu itu udah nolongin tante. Ayo masuk, mau cari Rafka, ya? Ini adek kamu, Ly? Cantik ya. Gimana kabar orang tua kamu?" Mereka masih berdiri di depan pintu tapi sudah disuguhkan dengan rentetan pertanyaan. Nadya memang sudah mengenal Bunda Aly dan Alyviah, mereka teman seper-arisan.
Ibunya boros ngomong, anaknya irit ngomong.
"Eh ayo masuk dulu, duh, dari tadi tante nyerocos aja, langsung duduk aja. Jangan sungkan." Aly dan Alyviah dipersilahkan duduk di sofa kulit ruang tamu. Mereka duduk berhadapan.
"Iya, Tan. Kenalin adik saya, Alyviah. Ayah Bunda sehat selalu, Tan. Rafka ada, Tan?" jawab Aly ramah.
"Hai, Tan, panggil aku Alip aja tan hehe. Tante lebih cantik hehe. Pas hamil Rafka, tante ngidam apa? Kok bisa punya anak ganteng banget," potong Alyviah ikut memperkenalkan diri.
Bukan adek gue tuh! batin Aly.
"Kamu bisa aja ih." Nadya menarik hidung mancung Alyviah pelan sambil tersenyum. "Papanya tuh yang ganteng, jadi nurunlah ke Rafka sampai-sampai sifat dingin Papanya juga ikut. Tapi sebelum papanya meninggal, dia ga sedingin sekarang." Nadya sadar akan satu hal. "Eh kok jadi ngomongin Rafka, sih. Kamu suka ya sama anak tante?" selidik Nadya yang membuat pipi Alyviah memerah karena sedikit malu. Sedikit, hanya sedikit.
"Eh? Eng-ga kok, Tan, cuman ngefans aja," kilah Alyviah. Ngefans sama suka apa bedanya? Kalau pun ada hanya sedikit. Memang dasar Alyviah.
"Mukanya kok merah gitu, Lip?" ejek Nadya.
"Alergi AC tuh, Tan," celetuk Aly. Kakak yang baik bukan? Menjatuhkan harga diri adiknya sendiri.
"Kalian ini lucu-lucu, ya, tapi Rafkanya belum pulang," ucap Nadya jujur.
"Abang ga ngasih tahu Rafka kalo mau ke sini?" selidik Alyviah.
"Udah, katanya udah mau pulang." Alyviah hanya ber-oh-ria.
"Eh itu kayak suara mobil Rafka," ucap Nadya saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Nadya sangat hapal dengan suara mobil anaknya. "Tante tinggal dulu, ya, nanti Bi Inah siapin minum. Mau minum apa?"
"Apa aja, Tan," jawab Aly.
Nadya tersenyum. "Oke. Tante tinggal dulu."
Aly berniat meminjam tas carrier (tas gunung) Rafka untuk Pelantikan anggota Mapala yang baru di Gunung Dempo. Anggota baru banyak yang belum memiliki perlengkapan untuk mendaki. Aly salah satu panitia perlengkapan, jadi, dia yang repot mengurusi segala t***k bengek acara Pelantikan.
"Sorry lama, Ly," ujar Rafka yang baru saja masuk rumah.
"Selow, Bro." Alyviah hanya diam.
"Gue ambil dulu." Kemudian Rafka meninggalkan kakak beradik itu di ruang tamu.
Tak lama Bi Inah pun datang membawa es jeruk untuk mereka berdua. "Di minum, Den, Non."
"Makasih, Bik ... Bik, Alip mau numpang ke kamar kecil. Boleh ya, kebelet hehe," izinnya pada Bi Inah.
"Boleh, dong, ayo sama bibik." Alyviah diantar Bi Inah ke toilet yang jaraknya lumayan jauh dari ruang tamu. Terpampang jelas semua isi rumah Rafka, benar-benar mewah dan luas.
Ini rumah atau padang mahsyar? Luas amat.
Ketika hendak menuju toilet, mata Alyviah menangkap pemandangan yang sangat tidak enak dipandang. Astaghfirullah, ucap Alyviah dalam hati sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Bi Inah yang melihat pemandangan itu hanya bisa membuang muka.
"Iiiii-itu kan," bisik Alyviah.
Rafka yang telah mengambil tas carrier dari kamarnya berpapasan dengan Alyviah saat ingin menghampiri Aly di ruang tamu. "Jangan dilihat," tukas Rafka.