Latah

1741 Kata
❝Itu cinta atau bangun datar? Kok segitiga.❞ *** Siang ini Alyviah duduk di ruang TV menemani Bi Anis menonton televisi. Tepatnya hanya Bi Anis yang sibuk menonton, sementara Alyviah sibuk main HP. Alyviah menunggu Julian yang katanya mau ke rumahnya. Entah mau apa, mau numpang makan mungkin. Alyviah menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki berjalan ke arahnya. Baru saja ia ingin bersuara, Julian memberi isyarat untuk diam. Ia pun menurut, menutup kembali mulutnya. "DOOOOORRRRRRRR!" teriak Julian mengagetkan Bi Anis yang sedang serius nonton Serial India, Anandhi di ruang TV. "EH-DOR-E-DOR AAAAAAAKKKK MATI LO MATI GUE KITA SEMUA MATI." Julian terbahak mendengar ucapan latah Bi Anis. Penyakit latah Bi Anis memang sudah memasuki stadium lanjut. Disusul Alyviah yang ikut terbahak. "Jahat lo, Njul!" Ia menampar pelan pipi Julian. Sementara Bi Anis sibuk mendiamkan mulutnya sendiri. "Den?" panggil Bi Anis serius. Suasana mendadak sunyi, Alyviah berhenti tertawa begitu juga dengan Julian. "Ya, Bik?" sahut Julian. "Apa yang kamu lakukan itu, JAHHHAT!" Bi Anis mengerucutkan bibirnya. Tawa Alyviah dan Julian pecah kembali. "Untung ganteng lu, Den. Udah ya, jangan ganggu bibik. Bibik mau lanjut ngeliat si ganteng Jagdish." Bi Anis kembali fokus ke layar TV. "Bibik lo tu, Lip! Eh main, kuy!" ajak Julian. "Main apa, Njul? Mager." "PS, kuy?" "Kuy!" Alyviah beralih menatap Bi Anis. "Bi Anis nonton di kamar Alip aja ya, ga apa, kan? Kami mau main PS bentar," ucap Alyviah sambil memeluk Bi Anis. Berusaha merayu. Bi Anis manyun. "Bibik heran, kalian kenapa ganggu mulu ih!" Alyviah dan Julian hanya menyengir mendengarnya. "Yaudah, Lip, enakan juga di kamar lu, adem," ucap Bi Anis mengalah. Bi Anis beranjak dari tempat duduknya. Ia harus cepat-cepat ke kamar Alyviah, jangan sampai ia ketinggalan cerita drama india kesayangannya. Tingnong Saat Bi Anis sudah di muka tangga, terdengar suara bel. "Ada tamu tuh, Bik," seru Julian. "Alip aja, Bik?" Alyviah menawarkan diri. "Biar sama Bibik." tingnong tingnong nangningnong Bi Anis berjalan menuju pintu depan dengan wajah yang kesal. Dari tadi acara menontonnya selalu saja ada yang menganggu. Ia langsung membukakan pintu saat tamu itu mengucapkan salam dari luar. "Wa'alaikumussalam, eh ganteng cari siapa? Cari bibik? Ini." Bi Anis menunjuk dirinya sendiri. "Alyviah ada?" tanya tamu itu. Bi Anis memperhatikan cowok di hadapannya ini. Lebih tepatnya memperhatikan wajah cowok itu lekat-lekat. Bulu matanya lentik tapi matanya berwarna hitam pekat sehingga terkesan sangat tajam. Hidungnya persis perosotan. Bibirnya, seperti bibir pemain drama India kesayangannya. Sempurna. "Bik?" panggil tamu itu saat melihat Bi Anis tak berkedip menatapnya. "Eh---Ada, Nteng, lagi main PS di ruang TV. Langsung masuk aja." *** Alyviah dan Julian masih sibuk memilih-milih game yang akan dimainkan. Mereka sama sekali tidak menghiraukan tamu yang ngobrol dengan Bi Anis di depan. Alyviah tidak tahu saja siapa datang. Kalau tahu, pasti sudah jingkrak-jingkrak. Setelah mengalami perdebatan panjang, Alyviah dan Julian memutuskan untuk memainkan game Justice League Heroes. Kolaborasi menjadi superhero Batman, Superman, Wonder Woman, Green Lantern, dll dalam petualangan aksi yang klasik menghadapi Villain dan monster-monster. "Gue jadi Wonder Woman," ujar Alyviah sambil mengotak-atik stick PS-nya. "Gue Superman, Lip," sahut Julian tak mau kalah. "Oke, tapi sempaknya ga boleh di luar ya, Njul?" ucap Alyviah menekankan kata sempak. "Si bego." Julian mendengkus. *** Permainan pun dimulai. Dari awal permainan sampai sekarang tetap saja ribut. Alyviah dan Julian memang sering bertengkar--eh maksudnya sering main PS bersama. Sering adu argumen dalam hubungan persahabatan sudah biasa bukan? Nah seperti itulah mereka. Terkadang mereka sering memperdebatkan sesuatu yang tidak penting. "WOY MONSTER t***l, MATI LO SONO," teriak Julian menggerak-gerakkan tombol stick PS ke kiri ke kanan dengan emosi. "WOY MINGGIR, NJUL, GUE MAU BUNUH TUH MONSTER." Alyviah tak mau kalah. Alyviah hanya sedikit kesal pada Julian. Sedari tadi Julian mengambil lapak monsternya. Ia tidak diberi kesempatan untuk membunuh monster. Mereka berdua memang suka heboh sendiri saat tanding PS seperti sekarang. Teriak-teriak, saling tidak mau mengalah. "BERISIK, LIP, LO YANG GUE BUNUH." Sejak tadi Rafka hanya memperhatikan tingkah dua sahabat gesrek tersebut. Setelah mengantar Rafka ke ruang TV tadi, Bi Anis pamit untuk ke kamar Alyviah, lanjut menonton drama kesayangannya. Entah apa yang ada di pikiran Rafka mengenai Alyviah saat ini. Cewek aneh mungkin, atau cewek somplak, ah mungkin menurut Rafka, Alyviah itu cewek gesrek. Hanya Rafka, Allah, dan otaknya yang tahu. "Lah? ... Rafka?" Alyviah tersadar ketika menoleh ke belakang karena merasa ada yang memperhatikan. Julian yang ikut menoleh, memasang wajah masam saat tahu kalau Rafka yang datang. Rafka, cowok yang berhasil mencuri perhatian sahabatnya. "Ayo," ajak Rafka tanpa basa-basi. "Lah? Ayo kemana?" tanya Alyviah bingung. "Beli bingkai," jawab Rafka masih memasang wajah datarnya. Sebenarnya bisa saja Rafka membelinya sendiri, tapi ia tidak tahu ukuran bingkai yang tidak sengaja dipecahkannya kemarin. Ia tidak sempat memperhatikan bingkai tersebut. Memang dasar makhluk tidak peka. "Kan udah gue bilang, ga usah, Raf. Udah selow aja." Alyviah rasa itu tidak perlu. Rafka juga kan tidak sengaja memecahkan bingkainya. "Kayak sama siapa aja, Raf," kata Alyviah menambahkan. Gue kan calon gebetan elo, sambungnya dalam hati. "Yaudah, gue cabut." Rafka segera berbalik menuju pintu keluar. Lagian, ia bukan tipe pemaksa. Kalau tidak mau, ya sudah. Gitu doang? batin Alyviah "EH TUNGGU!" Teriakan Alyviah menghentikan langkah Rafka. "Gue genti baju dulu," kata Alyviah berubah pikiran. Rafka mengangguk setuju. Kapan lagi jalan bedua sama es cogan yekan, batin Alyviah berucap lagi. "Gue ikut!" celetuk Julian ingin merecoki. Gue smackdown juga lo, Njul! Ga pengertian banget, sih, sempak terbang. Orang mau jalan berdua, liat aja, ntar lo, Batin Alyviah emosi. Alyviah juga tidak bisa mencegah Julian untuk tidak ikut. "Yaudah, Njul." Alyviah pasrah. "Duduk dulu, Raf. Gue bentar, kok. Cuma genti baju doang." Julian dan Rafka duduk berdua di ruang TV sambil menunggu Alyviah ganti baju. Selama bermenit-menit tidak ada yang membuka suara. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Julian dan Rafka sama-sama memainkan ponselnya. Jadi curiga, jangan-jangan mereka lagi chatingan? "Jangan mau sama Alip, Raf," ucap Julian memecah keheningan. "Keteknya bau," tambah Julian. *** Alyviah, Rafka, dan Julian sudah berada di mobil Rafka. Seusai mengalami perdebatan sengit antara Alyviah dan Julian, akhirnya Alyviah duduk sendirian di kursi belakang dan Julian duduk di sebelah Rafka. "Kita ke pasar Perumnas aja, Raf, ga usah ke Mall, ya, mahal." Rafka mengangguk kemudian melajukan mobilnya. Perjalanan menuju pasar perumnas diwarnai oleh keributan antara Alyviah dan Julian. Sesekali berdebat, sesekali melawak. Rafka hanya menambahi seadanya sedangkan Alyviah dan Julian tak henti-hentinya berbicara. Dua puluh menit kemudian, mobil Rafka berhenti di lapangan parkir pasar yang tak jauh dari toko bingkai yang mereka tuju. "Nah sampe juga akhirnya!" seru Julian. "Parkir sini aja, Raf, biar ga jauh dari toko." Rafka menuruti saran Alyviah. Mereka berjalan beriringan menuju toko bingkai langganan Alyviah. Dan Alyviah berada di tengah-tengah cogan. Mereka memasuki toko yang penuh dengan bingkai. Mulai dari bingkai plastik, bingkai kayu, bingkai keramik, bingkai kaca, sampai bingkai binatang--itu bangkai bukan bingkai. Alyviah langsung memilih bingkai yang diingininya. Ketika hendak membayar bingkai yang akan dibeli, terjadilah perdebatan kecil lagi. "Gue aja yang bayar," ucap Julian merampas bingkai di tangan Alyviah. "Lah? Kan bingkai gue," potong Alyviah keheranan. "Gue yang mecahin," sambung Rafka. "Gue aja gapapa, elah!" Julian masih ngotot. Alyviah jadi bingung sendiri. Mengapa dua cowok di hadapannya ini malah sibuk berdebat mengenai siapa yang mau membayar. "Udah, patungan aja," lerai Alyviah. Ia malas menyaksikan perdebatan tak berujung seperti ini. "Lo aja deh, Raf, masa iya patungan," pasrah Julian. Lebih baik dia yang mengalah daripada harus patungan hanya untuk sebuah bingkai. Rafka langsung menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada penjual. Saat penjual bingkai itu ingin mengembalikan kembaliannya, Rafka lantas menolak. "Ambil aja," ucap Rafka. Bingkai cuma empat puluh ribu, beli satu lagi masih bisa lho haha orang kaya uangnya ga abis-abis ya, batin Alyviah. Bingkai yang diinginkan sudah di tangan Alyviah. Mereka menuju lapangan parkir kembali. Saat sudah di samping mobil Rafka, Julian membukakan pintu mobil untuk Alyviah. Alyviah hanya tertawa merasa diperlakukan spesial oleh Julian. Posisi duduk masih sama seperti ketika pergi. Di perjalanan pulang, Alyviah tertidur pulas. Ia memang muka bantal. Ada sandaran sedikit, molor. Ia tertidur pulas seperti orang yang kelelahan sekali. Terdengar dengkuran kecil keluar dari mulut Alyviah yang sedikit terbuka menampakkan giginya. Bocah, batin Rafka saat melirik spion mobil bagian dalam. Terlihat Alyviah tertidur sangat pulas. Calon jodoh gue imut banget, sih, batin Julian saat menoleh ke belakang. Tak butuh waktu lama, Mobil Rafka sudah mendarat sempurna di depan rumah Alyviah. Namun, Rafka tidak tega membangunkannya. "WOY! BANGUN LIP, UDAH SAMPE!" Itu bukan suara Rafka. Itu teriakan Julian memecah keheningan. "HAH?" Alyviah terbangun dengan mata setengah terpejam, ia melirik ke kiri dan ke kanan. "Eh iya, udah depan rumah gue ... makasih ya Raf buat bingkainya." Alyviah tersenyum manis menatap Rafka. Alyviah dan Julian pun turun dari mobil. "Mau mampir?" tawar Alyviah pada Rafka. "Duluan, Al, Jul," pamit Rafka. "Yaudah. Dadaaaah." Alyviah melambaikan tangan sampai mobil Rafka tak terlihat. *** Instagram Updates (。♡‿♡。) ❤ 593 likes abibaly silaumen! View all 145 comments aditgondit sensor njing biancla malu ih! syahilaul @alyvialip @nuhafir @ananadhifah ASTAGHFIRULLAAH wkwk nuhafir mata gue yaallah alyvialip KASIHTAU BUNDA julianjul gue kapan kek gitu difajar69 APA INI cc: @KPIndonesia wkwk pasukan.abibaly langgeng terus kak, kita selalu support❤ coganlovers mata gue tambah ga suci agen_tawas hai ka, ketiak kaka bau? kita punya solusinya. eng ing eng Tawas Pembasmi Bau. Harga terjangkau. Minat DM yaa abibaly @syahilaul @alyvialip @nuhafir @julianjul @difajar69 @coganlovers BACOT! // makasih fans! ❤ @pasukan.abibaly // buat ketiak lo @julianjul njul @agen.tawas julianjul anjir! Alyviah langsung menutup aplikasi Instagramnya setelah men-screenshoot foto mesra itu kemudian berjalan ke kamar Aly lalu ia membuka secara kasar pintu kamar Aly yang tidak terkunci. "ABAAAAAAAAANG!!" Suara Alyviah mengguncang kamar Aly. Aly yang sedang asik bercermin di kamar sambil memamerkan roti sobeknya dikagetkan oleh suara cempreng Alyviah. "Paansih, Dek!" Aly mendengus kesal. Alyviah menunjukkan foto mesra Aly dan Bianca di inatagram tadi. "Gue aduin lo ke Bunda." "Dasar anak aduan!" "Dan kalo Ayah sampe tau, mati lo!" Alyviah tersenyum miring. Aly yang sangat paham dengan tingkah adiknya mengangguk mengerti. "Apa mau lo? Mau gue restuin sama Rafka? Udahlah, dek! Niat terselubung lo kebaca banget." "Abang pengertian. IYA!" "Lo beneran naksir temen gue?" tanya Aly memastikan. Alyviah pun mengangguk saat ditanya. "Yaudah," pasrah Aly. "Maksudnya, Bang?" "Yaudah bulan depan ikut gue muncak. Kita ke Lahat." Lahat merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Selatan. Di Lahat banyak objek wisata yang asik dikunjungi. "Rafka ikut," lanjut Aly. "Yash! MY TRIP?" teriak Alyviah antusias. "MY ADVENTURE!!" sambung Aly. "MY SLEEP?" seru Alyviah lagi. "MY NGELINDUR!!" tooooooooooooooooooooooosssssss Adik kakak sama-sama gesrek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN