❝Terkadang sedingin es, pernah sepanas api. Sesekali seteduh angin, coba.❞
***
Braaaaakkkkkkkkkkkkk
"Jauhin mama gue!" bentak Rafka setelah menggebrak meja di depannya. Ia sama sekali tidak menghiraukan orang-orang sekitar yang menatapnya aneh karena melihatnya membentak seorang wanita.
"Saya cinta sama mama kamu!" ucap wanita paruh baya dengan tomboy style.
Rahang Rafka mengeras. Wajahnya memerah. Tatapan elang Rafka tak lepas dari wajah wanita yang terlihat pucat dan ketakutan. Rafka terlihat sangat menyeramkan ketika sedang marah. Kalau saja dihadapannya bukan perempuan, mungkin Rafka sudah menghajarnya habis-habisan.
Rafka sengaja ingin menemui wanita itu di kafe hari ini. Awalnya ia sudah berusaha membicarakan masalahnya secara baik-baik dan berusaha mendinginkan emosinya, tapi wanita itu sangat keras kepala. Ia pun sudah sangat geram dengan wanita itu. Emosinya sudah tak tertahan.
Kalau saja ia tidak ingat ibunya juga perempuan, tangannya pasti sudah kotor karena menyentuh wanita itu. Untung hanya meja yang dihajarnya.
Penampilan wanita itu boleh tomboy, tapi tetap saja dia wanita, tak pantas dikasari.
Rafka berdecih, "Gue pastiin hidup lo menderita!" Rafka langsung meninggalkan kafe dengan emosi yang masih meluap-luap. Wanita itu hanya diam mematung. Nampak ketakutan.
***
Rafka Aldino Garabaldi Brata merupakan anak bungsu dari Richard Luca Garabaldi Brata (Mr. Rich)--pengusaha dan bankir investasi dan Nadya Saphira. Mr. Rich adalah pengusaha terkaya nomor 30 di Indonesia.
Nadya asli orang Palembang dan Mr. Rich blasteran Argentina dan Indonesia. Mr. Rich dikenal sebagai pengusaha tambang batu bara dengan grup perusahaan di bawah bendera Avaro Energy.
Sayangnya ayah Rafka telah meninggal. Mr. Rich meninggal karena diracun. Berdasarkan rumor yang beredar, Mr. Rich diracuni oleh pesaing bisnisnya, namun, pelaku masih belum diketahui.
Setelah Mr. Rich meninggal, Avaro Energy sempat mengalami kondisi yang cukup sulit karena tekanan harga komoditas di pasar global dan banyak mengalami kerugian. Sekarang, kondisi Perusahaan sudah cukup stabil.
Kondisi Nadya pun sangat terpuruk sepeninggal Mr. Rich. Nadya sangat mencintai suaminya. Nadya nyaris depresi berat hingga suatu ketika, Nadya menjalin hubungan terlarang dengan Rachel--kembaran Mr. Rich. Nadya jatuh cinta dengan senyuman Rachel yang sangat mirip dengan Mr. Rich.
Saat ini, posisi direktur utama Avaro Energy digantikan oleh Harry--kakak Rafka. Usia Rafka dan Harry terlampau jauh 15 tahun. Rafka sama sekali tidak berniat ikut campur dengan Perusahaan ayahnya.
Rafka termasuk anak yang jarang di rumah. Ia bukan anak rumahan yang betah berlama-lama di rumah. Ia lebih senang berlama-lama di sekret kampus atau di rumah sahabatnya daripada di rumahnya yang terlampau mewah. Untuk apa mewah jika tidak ada kenyamanan menyelimuti, menurutnya.
Dia pulang ke rumah hanya ketika ada hal yang sangat penting, tidur misalnya. Seperti sekarang, Rafka sedang berbaring di atas kasur kingsize-nya di kamar pribadinya yang didominasi warna hitam sehingga terkesan laki-laki sekali, dengan lukisan-lukisan dan poster-poster para rock climber yang menempel di dinding kamarnya. Kedua tangan kekarnya dijadikan sebagai bantal.
Pandangannya lurus ke arah langit-langit kamar dan kejadian beberapa jam yang lalu terlintas seketika. Bukan, bukan kejadian ketika dia melabrak Rachel, tapi kejadian setelahnya. Kejadian ketika ia keluar dari kafe.
Flashback On
gedebuuuuuuuuuuuuuk bruuukkkk
"HADOH SAKIT BANGET!! YA ALLAH KAKI ARIANA CEDERA." Teriakan Alyviah sontak membuat pejalan kaki yang melintas di depan kafe menoleh ke arahnya. Sungguh, setan pun akan jantungan jika mendengar suara toa Alyviah.
"Sorry." Rafka mengulurkan tangannya hendak membantu.
"MATA LO DIPINJEM PAK TARNOK? GA LIAT GUE SEGEDE GINI?!!" Alyviah sangat kesal pada orang yang telah menabraknya ini. Ia masih memijit-mijit kakinya yang nampak keseleo. Ia tidak menghiraukan uluran tangan orang yang ingin menolongnya itu. Kemudian matanya menatap ke arah benda yang ia bawa tadi, "Aduh ... pecah kayaknya nih," lanjut Alyviah mengeluh.
"KALO JALAN PAKEK MA--" Ucapan Alyviah terjeda ketika ia menatap orang yang telah menabraknya tadi. "Lah, Bang Rafka?" Alyviah lantas melotot kaget.
Rafka hanya berdeham. Ia mencoba membantu Alyviah berdiri. "Gapapa?"
Alyviah pun menerima uluran tangan Rafka yang kembali mencoba membantunya berdiri, "Seketika sembuh!" jawab Alyviah sumringah.
"Hah?" Rafka sedikit bingung. Bagaimana tidak bingung, tadi teriak-teriak kesakitan dan barusan bilang sudah sembuh.
"Hehe kaki gue cedera, Bang, bingkai ilustrasi pesanan Customer gue pecah, deh, kayanya, jantung gue mendadak berdetak cepet, terus ... perut gue kek ada kupu-kupu berterbangan gitu," papar Alyviah sambil cengengesan.
"Gue anter." Alyviah mengangguk patuh, ia tidak akan menolak.
Rafka jadi tidak tega saat melihat kaki Alyviah yang sedikit pincang mungkin karena ada syaraf yang terjepit. "Gak usah, Bang. Gue kayak nenek-nenek lo tuntun gitu. Gue masih bisa jalan kok," ucap Alyviah tak mau merepotkan saat Rafka ingin membantunya berjalan menuju mobil.
Rafka berjalan di belakang Alyviah, seolah mengawasi. Jaga-jaga kalau Alyviah terjatuh lagi. Ia hanya berusaha bertanggung jawab, karena ini memang kesalahannya, ia berjalan terlalu cepat tanpa melihat sekitar sehingga menabrak Alyviah. Maklum, ia tadi terlalu emosi.
"Masuk," titah Rafka saat mereka sudah di samping mobilnya. Ia membukakan pintu mobil untuk Alyviah. Namun, bukannya Alyviah duduk di kursi sebelah kemudi, ia malah sudah duduk manis di kursi belakang.
Kali ini ga boleh sok-sok an nolak ya, Lip. Cukup kejadian di pangkalan ojek waktu itu, batin Alyviah.
"Gue bukan sopir." Alyviah tersadar dari lamunan singkatnya mendengar ucapan Rafka dengan nada datarnya.
"Gapapa nih gue duduk di samping?" tanya Alyviah ragu. Rafka masih menunggu di sebelah pintu mobil yang masih terbuka. Ia menunggu Alyviah turun dan pindah ke kursi sebelah kemudi.
Melihat Rafka yang diam saja tidak menjawab, Alyviah langsung pindah duduk di kursi samping kemudi tanpa keluar mobil. Ia langsung loncat dari belakang. Kalau bisa lewat jalan pintas, kenapa harus repot-repot lewat jalan rumit kan? Rafka hanya menggelengkan kepala kemudian menutup pintu dan masuk ke mobil untuk duduk di tempatnya.
"Bang, buka aja jendela mobilnya." Mendengar pinta Alyviah itu, Rafka mengerutkan kening nampak bingung.
"Gue ga tahan AC, gue mabok kalo kelamaan di mobil ber-AC. Nanti gue muntah, kasian mobilnya," jujur Alyviah.
"Udik." Rafka terkekeh kecil mendengar pengakuan Alyviah.
"Kok nambah," ucap Alyviah sedikit berbisik ketika melihat Rafka terkekeh di sampingnya.
Rafka menoleh sekilas. Menatap Alyviah keheranan.
"NAMBAH GANTENG!!" Alyviah histeris.
Rafka tak menghiraukan ucapan Alyviah itu. Ia mulai melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan, mulut Alyviah tak henti-hentinya nyerocos. Mulai dari topik yang tidak penting sampai yang absurd dan Rafka hanya menanggapi seadanya.
Cukup lima belas menit mobil Rafka menelusuri Kota Palembang menuju rumah Alyviah. Mereka tiba dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Rafka ikut masuk ke dalam rumah karena ingin membicarakan sesuatu dengan Aly.
"Assalamu'alaikum, Abang, adek sholehah pulang, bawa bujang hehe." Alyviah nyelonong masuk karena dari tadi tak ada yang menyahuti ketukan pintunya. Sementara Rafka mengikutinya dari belakang.
Aly yang duduk di ruang TV lantas keheranan. "Lah, kok bareng?" tanyanya ketika melihat Alyviah yang datang bersama Rafka.
"Tadi gue kan mau COD di deket kafe, nganterin orderan Ilustrasi pesenan orang. Terus Bang Rafka nabrak gue sampe kaki gue cedera, udah gue pijit-pijit sih tadi. Elo ga lupa, kan? Gue ada bakat tersembunyi jadi tukang urut. Terus bingkai ilustrasinya pecah. Terus Bang Rafka ngerasa bersalah. Terus Bang Rafka nganterin gue pulang."
"Terus terus mulu, nabrak tau rasa lo. Lo ga usah panggil Rafka pake embel-embel 'bang' deh, aneh gue dengernya. Rafka tuh seumuran sama lo. Dia SMP dan SMA akselerasi," papar Aly.
"WHAT?! APA?! ... ga nyangka gue, Bang Raf---eh Rafka jenius juga." Rafka hanya menyimak pembicaraan dua kakak beradik itu. "Yaudah, gue ke dapur dulu, gue buatin es jeruk." Alyviah berlari kecil sambil bersenandung meninggalkan Aly dan Rafka.
"Tumben," ejek Aly.
"LAGI SENENG!" teriak Alyviah yang berjalan menuju dapur.
"Kaki lo? Perasaan tadi pas dateng pincang dikit." Suara Aly menghentikan langkah kaki Alyviah.
Alyviah menoleh ke belakang. "UDAH SEMBUH!" teriak Alyviah lagi. Lagi-lagi Aly dan Rafka hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Alyviah.
Flashback Off
Lamunan Rafka terhenti saat ada notification masuk memenuhi ponselnya. Ada rentetan chat saat ia membuka aplikasi Line. Dari siapa lagi kalau bukan dari orang yang baru saja ia lamunkan.
LINE
Wed, May 31
Alyviah: add back elah
p
p
p
Bang... eh lupa... Raf
Raf Saraf
Alyviah menunggu balasanmu
Rafka: Ud
Alyviah: apa yang?
Read
Alyviah: Apa yang ... berkilau sehat dan wangi terasa lembut lebat mengembang. Rambut kita rambut kita. Inilah lima tandanya rambut sehat,
Rafka: cincong. Ga ptg
Alyviah: Kinclong bkn cincong. Ha? apa ptg? potong? patung? pontang? panting?
Rafka: penting
Alyviah: memang bagi gue, lo penting raf hehe
Rafka: bsk bingkai lo gw gnti
Alyviah: ga usah elah
Read
toktoktok
Suara ketukan terdengar saat Rafka membaca chat dari Alyviah. "Den Dino ... Den ... dipanggil Nyonya disuruh makan bersama," teriak Bi Inah dari luar kamar Rafka. Bi Inah---ART rumah Rafka memang lebih senang memanggil Rafka dengan sebutan Dino. Diambil dari nama tengahnya, Aldino.
Rafka langsung menuruti omongan Bi Inah. Bi Inah satu-satunya orang yang dekat dengan Rafka di rumah. Sejak bayi, Bi Inah lah yang merawat dan membesarkan Rafka, karena Mr. Rich dan Nadya sangat sibuk.
Rafka pun beranjak dari kamarnya menuju meja makan yang ada di lantai bawah. Sesampainya di meja makan ia mendapati Nadya sudah duduk manis di depan hidangan yang lezat. Rafka pun ikut duduk berhadapan dengan ibunya---Nadya.
"Gimana kuliah kamu, Sayang?" Nadya membuka suara seraya menuangkan nasi ke piring anaknya.
"B aja," jawab Rafka acuh.
"Kuliah yang bener, Nak," ucap Nadya menasehati anak bungsunya itu. Tanpa bertanya, ia menaruh ayam panggang ke piring Rafka.
"Jauhin Rachel!" titah Rafka dengan nada dinginnya saat Nadya menanyakan Rafka mau pakai sayur apa.
"Mama ga bisa, Sayang," lirih Nadya yang tiba-tiba melepaskan sendok sayur di tangannya.
"Rachel yang akan menjauh," ucap Rafka sinis lantas membuat Nadya terdiam.