Dakocan

1759 Kata
❝Bagiku, cinta pada pandangan pertama itu hanyalah mitos. Tapi kuakui, aku menyukai apa yang kulihat pada pandangan pertama, waktu itu.❞ -Alyviah- **** Braaaakkkkkkkkkk Alyviah membuka pintu kamar Aly secara kasar dan langsung berbaring di sebelah Aly yang sedang tertidur pulas. "WOY BANG!!" teriak Alyviah tepat di telinga Aly. Bruuuuuuuuuukkkkkkkk Sejurus kemudian Aly jatuh ke lantai dengan posisi tersungkur. "Setan! Dasar adek setan! Nyawa gue kocar-kacir, dasar adek setan lu!" Aly yang tadinya sibuk berjelajah di alam mimpi sontak bangun terkaget-kaget. Nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya lari kocar-kacir mencari tempat perlindungan mendengar teriakan Alyviah yang membahana. "Adek setan? Elo setan dong, Bang?" Alyviah terkekeh geli. "Apaan dah ganggu aja lo! Gue lagi mimpi nembak Dakota Johnson. Ketuk pintu dulu bisa kagak lo? Kalo gue lagi t*******g gimana ha?" omel Aly yang masih kesal dengan adik semata wayangnya. "Anjir! Kemaren mimpi ngegagalin ijab qobulnya Raisa dan Hamish Daud, sekarang mimpi nembak Dakocan, mainan gue ditembak-tembak." "Dakota, b**o!" "Anjir! Dakota yang main di Fifty Shades? BUSET omes lo kumat, ngaku aja lo! Pasti lo abis nonton ena-ena kan sampe kebawa mimpi? Btw nembak apanya, Bang?" ucap Alyviah polos. pletaaak Jitakan Aly mengenai puncak kepala Alyviah. "Astaghfirullah, adek gue t***l banget ya Allah." Aly hanya bisa mengelus d**a melihat tingkah adiknya ini. "Sakit, Bang! Dasar abang durjana!" Alyviah masih mengusap kepalanya. Sepertinya nyawa Aly sudah terkumpul penuh, buktinya ia sudah bisa menjitak kepala adiknya dengan tepat dan kuat. "Kekencengan ya, Dek? Maaf ya," kata Aly mengusap kepala adiknya pelan. "Lagian elo. Nembak hatinya lah! Lo pikir apaan? Satu lagi nih ye, gue kagak doyan nonton yang begituan, tapi kalo live sih ayo aja," papar Aly sambil terkekeh. "Bales!" "Nih bales, jitak kepala gue." Aly menyodorkan kepalanya sukarela. Pltaaak Alyviah tertawa puas setelah menjitak kepala abangnya. Sebelumnya, kepalan tangannya ia bumbui 'Ha' agar jitakannya semakin sedap. "Udah puas?" tanya Aly seraya beranjak ke tempat tidur, duduk di samping Alyviah. "PUAS!" Aly mencurigai sesuatu dari gelagat adiknya ini. "Eh ngapain lo ke kamar gue? Tumben! Pasti ada maunya. Udah! Langsung aja ga usah basa-basi," tebak Aly yang sepertinya tepat sasaran. Aly sangat hapal dengan tingkah aneh adiknya ini. Alyviah terkekeh. "Itu a-anu bang, hmm anu," ujar Alyviah terbata. "Anu lo kenapa?" potong Aly. "Belum selesai elah! Omongan gue jangan dipotong dulu," omel Alyviah begitu kesal. "Apa? Cepet!" Aly beranjak dari tempatnya hendak mencari handuk buluknya, ia sudah gerah menghadapi dunia---maksudnya menghadapi hawa panas ketika tidur tadi. Kalau diingat-ingat, ia terakhir mandi itu kemarin. Itu masih mending, jika di luar rumah, ia bisa tidak mandi seminggu. Apalagi kalau sudah kumpul bersama teman mapalanya. Alyviah sedikit gugup. "Ka-kayanya gue suka sama temen lo si Rafka." "Jangan deh!" cela Aly tidak mengizinkan. "Rafka itu orangnya cuek, dingin, kaku sama cewek, irit ngomong. Kasian gue sama elo kalo sampe pacaran sama dia," ujar Aly seraya melingkarkan handuknya ke leher seperti mamang angkot yang lelah karena kalah saing dengan ojek online. "Emang sih dia baik, ganteng, dan jomblo. Tapi kagak dah, kagak gue restuin!" sambung Aly. "Elah, Bang, gini amat sama adek sendiri. Justru gue nyari yang kayak gitu, Bang, gemesin, dingin-dingin merinding." "Apaan, Dek, bakalan nahan hati lo tiap hari. Bukannya kemaren elo bilang mau nyari jodoh Ustadz atau Kyai deh," tanya Aly kemudian berjalan ke kamar mandi kamarnya. "Kyai, ndasmu! Yakali gue macarin kakek-kakek. Ayolah, Bang, bagi ID Line Rafka." "Ga mau gue. Udah ah gue mau mandi. Bhay!" Aly langsung menutup pintu kamar mandi keras-keras, meninggalkan Alyviah. Sendirian. Hidup gue ditinggal mulu dah, heran gue. Punya abang jahat banget ya Allah, pelit banget. Alyviah melihat benda persegi panjang yang tergeletak mengenaskan di atas nakas kamar abangnya. Tanpa basa-basi, ia langsung membuka aplikasi w******p untuk mencari nomor Rafka. Awalnya ia ingin meminta id Line Rafka, tapi setelah dipikir-pikir, mending cari nomor WA-nya. Karena kalau WA dapat paket komplit, kan kalau ngesave nomor, otomatis dapat akun linenya juga. Dasar Alyviah picik. Untung gue tau password hp abang gue. "ALHAMDULILLAH YA ALLAH, rejeki adek sholehah yeeeessssssssssssssss dapet," pekik Alyviah merasa menang. Aly yang sedang mandi ikut berteriak dari balik pintu kamar mandi. "BERISIK! NGAPAIN LO?" Alyviah langsung meninggalkan kamar abangnya secepat mungkin. Ia kembali ke kandangnya dan langsung mengunci pintu kamarnya, jaga-jaga siapa tahu Aly mengejarnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jarinya mulai mengusap-usap layar ponselnya. WhatsApp Alyviah: Tes 1 2 3. Ini bener Rafka? Rafka: hm Alyviah: Kagak nanya 'ini siapa' gitu? Gue adeknya Bang Aly Rafka: ga Alyviah: elo pake hp Esia Hidayah? atau tangan lo cantengan bang? panjangin dikit kali singkat amat. Read Alyviah: Gue nemu nomor hp lo di duit serebuan, kembalian dari beli kerupuk tadi di warung Yai Najib, entah siapa yang nulis, fans lo kali Read Alyviah mengembuskan napasnya kasar. Chat-nya yang panjang lebar hanya di-read oleh Rafka. "Di-read doang? Santai gue mah," ucapnya santai tapi sambil mengelus d**a. Alyviah bukanlah orang yang mempercayai cinta pada pandangan pertama. Namun ketika bertemu dengan Rafka kala itu, perasaannya menjadi tak karuan. Baginya, cinta pada pandangan pertama itu hanyalah imajinasi. Tapi ia mengakui, ia menyukai apa yang dilihatnya pada pandangan pertama saat itu. Terkadang hati berkerja tanpa diperintah, memilih siapa yang dikehendakinya untuk dicintainya. Mungkin saat ini hanya sebatas suka, tapi bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti perasaannya akan naik tingkat menjadi cinta. Inilah awal perjuangan Alyviah. Menyukai sesosok cowok dingin yang karakternya seperti gunung es. Datar, tidak berekspresi, jarang bicara jika tidak perlu, bahkan susah ditebak jalan pikirnya. Layaknya gunung es, kaku dan susah dijelajah hatinya. Sementara karakter Alyviah sendiri seperti gunung berapi. Hangat bahkan cenderung panas. Selalu terlihat ceria, cenderung berapi-api jika bersemangat, ekspresif, ramah dengan orang lain, mudah masuk ke lingkungan baru dan seperti mudah ditebak suasana hatinya. Sangat bertolak belakang. Tapi itu bukan masalah. Menurutnya, tidak masalah jika dia yang harus berjuang duluan. Karena cinta bukan hanya perihal cowok yang memulai, cewek pun memiliki alasan untuk berjuang. Cowok seperti Rafka adalah tipe idaman Alyviah, berkarakter dingin nan cuek. Seolah punya pesona dan kharisma tersendiri. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya. Bukankah kelebihan cowok dingin; jika dia sudah benar-benar cinta, sikap dinginnya sebenarnya tidak akan pernah hilang, namun pindah ke cewek lain---dia akan tetap cuek pada setiap cewek dan pastinya tidak akan pernah menduakan? Alyviah sampai menguap, ia bosan menunggu balasan chat Rafka yang belum juga terlihat hilalnya. Ia memilih untuk ngechat sahabatnya---Nuha. Setidaknya Nuha pasti mau membalas, tidak hanya di-read doang. Alyviah: Huy P P P P P Nuha: Berisik nyai Alyviah: Tauga? Nuha: Gatau Alyviah: Gua lagi berak Read Alyviah: Canda oi Nuha: Jorok lu, bawa hape ke wc Alyviah: Kagak, gua becanda elah Nuha: Oh kirain Alyviah: Gua kemarin ketemu dewa yunani Nuha: Sejak kapan elu bisa ngeliat hantu? Mata bathin lu dibuka dukun mana? Alyviah: Maksud lu? Nuha: Kata lu lu ketemu dewa yunani, dewa kan hantu Alyviah: Mmg elu b**o, gua ga ngarti lagi Nuha: Gosah basa-basi, lngsung aja Alyviah: Gua ketemu cogan Nuha: Oh Alyviah: Oh nya ga pake titik? Nuha: Oh. Alyviah: Dia ganteng bgt woy Nuha: Ganteng doang ga ckup Alyviah: Manusia emg ga pernah merasa cukup Lagi dimana lu Nuha: Lagi di emperan nih Alyviah: Ngapain? Nuha: Ngemis Alyviah: Dpt brapa hri ini? Nuha: Lumayan buat beli kuota Alyviah: Jgn lupa bersyukur Nuha: Iya buhaji Alyviah: Buhajah bego Nuha: Asdfghjklqpwieuruzvbcmxmxm Alyviah: Apaan? Nuha: Itu bunyi perut gue Alyviah: Mana ada Nuha: Itu bunyi perut jaman naw Alyviah: Bunda gua masak banyak hri ini OTW Alyviah terkekeh sendiri melihat tingkah sahabatnya yang sama gesreknya itu. Sambil menunggu kedatangan Nuha, ia meletakkan ponselnya di atas meja dan beranjak ke balkon kamarnya. Tak lupa ia membawa gitarnya. Menyanyi sambil bergitar sungguh menyenangkan. Duduk di balkon kamar, ditemani angin sepai-sepoi. *** Rafka merupakan sahabat Aly---abangnya Alyviah. Rafka, Aly, dan Adit, mereka bertiga sudah bersahabat sejak masuk kuliah, sedangkan Aly dan Adit bersahabat sudah dari SMP. Rafka new comer. Tiga s*****n itu satu organisasi Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam)---bukan Mama Papa Larang---di salah satu Universitas Negeri Palembang. Setiap weekend, mereka sering latihan panjat tebing bersama dan kadang, hampir setiap bulan berpetualang mendaki gunung. Seperti kalian ketahui, karakter Anak Mapala atau Anak Gunung biasanya lebih mementingkan 'Dunia Alam' nya, selalu ingin bebas, tidak mau terikat dengan apapun, tidak suka peraturan, dan berbagai karakter khas anak mapala lainnya. Ya memang sih, Anak Mapala juga jadi incaran cewek-cewek di kampus karena mereka adalah sosok petualang. Kurang lebih sepert itulah sosok Rafka. Mengenai pertemuan pertama Alyviah dan Rafka waktu itu, sejujurnya Rafka sempat terkekeh ketika memergoki Alyviah sedang bernyanyi di depan kipas angin. Kalau boleh jujur lagi, menurutnya, suara Alyviah lumayan bagus. Cewek itu juga terlihat manis dan lucu---ya walau sedikit weird. Tapi Rafka belum menyukainya, tidak tahu kalau tahun depan. Tunggu saja. Dikata Dilan apa yak. Tunggu! Tiba-tiba Rafka teringat sesuatu. Kejadian kemarin bukanlah pertemuan pertamanya dengan Alyviah. Sebelumnya ia pernah bertemu, tepatnya melihat Alyviah waktu itu. Saat itu Alyviah sedang membantu nenek menyeberang jalan. Flashback on Sore itu, Rafka mampir ke warung pinggir jalan untuk membeli air mineral. Kemudian ia tidak sengaja melihat ada seorang nenek-nenek seperti kebingungan berada di sisi seberang jalan. Baru saja Rafka mau menghampiri nenek itu, ia didului seorang cewek berhijab. Cewek itu menghampiri nenek dengan langkah pasti. Cewek itu pun langsung melihat ke kanan dan kiri jalan memastikan tidak ada kendaraan yang terlihat ngebut. Dengan berani, ia lantas memegang tangan si nenek dan membantu menyeberangi sang nenek di atas zebra cross. Rafka ingat betul senyuman ramah cewek itu kepada sang nenek ketika mereka berhasil menyebrang jalan, tepatnya di depan tempat Rafka berhenti. Cewek itu kemudian pamit kepada sang nenek untuk kembali ke seberang jalan tadi karena sepertinya cewek itu sedang menunggu angkot. Ternyata masih ada seseorang yang memiliki hati nurani membantu dengan ikhlas, berinisiatif sendiri, walau hanya sebatas menyeberang jalanan. Mungkin orang lain akan bersikap seolah tidak peduli dan menghiraukan nenek itu. Flashback off Cewek itu Alyviah, adik sahabatnya. Rafka seketika kagum mengingatnya. Ternyata benar, kecantikan dari dalam itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun, masih ada di zaman yang kebaikan seseorang masih saja dipertanyakan ketulusannya. Sebrengsek-brengseknya cowok, mereka tetap akan memilih cewek yang baik. Cewek yang mengesampingkan kepentingannya sendiri dan mendahulukan kepentingan orang lain, yang tidak segan untuk menolong orang lain tanpa ragu. Ketika Rafka ingin membalas w******p terakhir Alyviah, ada pesan masuk dari Operator yang mengabarkan bahwa paket internetnya telah habis. Miris. Tak sampai lima menit, Rafka sudah mengisi ulang paket internetnya untuk meneruskan game-nya yang tertunda sambil duduk santai di sekret kampus. Kebetulan hanya ada dirinya di sana. Suasana yang cukup mendukung untuk bermain game tanpa ada pengganggu. Namun, saat ia ingin membuka aplikasi games-nya, ada satu notification masuk. LINE Alyviah added you by phone number Alyviah Block Add
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN