Alih-alih menjawab pertanyaan dariku, terlihat suamiku justru diam. Membuatku semakin muak dengan sikapnya. "Apa kamu melakukan hal yang sama dengannya saat di kantor tadi, Mas?" Aku nekat mengulang pertanyaan saat rasa panas tiba-tiba hadir menerjang dan menggulung hatiku. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa menjadi seorang pencemburu seperti ini. "Apa kata putus yang kuucapkan pada Kayla tak cukup membuatmu percaya kalau kamu dan anak kita adalah prioritasku saat ini, Afifah?" tanyanya dengan sorot mata tajam. Aku tak mengerti kenapa dia selalu ingin mengalihkan pembahasan tanpa membalas lebih dulu pertanyaan yang dilontarkan padanya. "Rasanya … bukan kami yang menjadi prioritasmu. Tapi harta warisan dari kakekmu," tembakku telak. Dia membuang napas kasar. Tak membenarkan, juga ta

