bc

AURORA

book_age12+
950
IKUTI
2.6K
BACA
revenge
possessive
drama
twisted
sweet
mystery
icy
friendship
sacrifice
substitute
like
intro-logo
Uraian

Aurora Liandra Prameswari, harus meninggalkan tanah kelahirannya untuk melakukan pengobatan kanker yang dia derita. Dia pergi dengan membawa serta penyakitnya yang ia simpan rapat-rapat dari kekasih dan para sahabatnya. Tak ada dari mereka yang tahu alasan mengapa Aurora tiba-tiba menghilang tanpa kabar, tapi kekecewaan yang mereka rasakan perlahan berubah menjadi kebencian yang mendalam. Hingga tujuh tahun berlalu, Aurora kembali, tapi perlakuan mereka jelas telah berubah. Pancaran kebencian selalu Aurora terima. Namun lebih dari itu, satu fakta menyakitkan mampu membuat dirinya benar-benar hancur lebur. Kekasihnya yang masih dia cintai sampai sekarang, ternyata sudah bertunangan dengan sahabatnya sendiri.

Di tengah kemalangan itu, sebuah teror juga menghantui dirinya. Teror yang dibawa atas dasar dendam dari masa lalu orang tuanya perlahan mengubah hidup Aurora yang semula kacau menjadi semakin kacau. Hingga setelah semua usai, satu kebenaran perlahan tersingkap. Tentang dia yang memiliki saudara tiri yang selama ini sangat dekat dengannya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1 (Prolog)
Aku menatap pantulan diriku dicermin. Dress dengan panjang 2 cm diatas lutut dan panjang lengan satu per empat berwarna merah maron disertai kerah bulu yang berwarna putih gading membalut tubuhku yang semakin kurus. Aku tersenyum miris menatap pantulan diriku sendiri, bibir pucat dan wajah yang semakin tirus. Lalu pandanganku terarah ke rambut yang semakin tipis. Aku memegang rambutku dan tersenyum sedih tatkala beberapa helai rambut rontok ditangan. Aku menyimpan rambutku di kotak yang selama ini aku simpan untuk menampung helaian rambut yang rontok. Aku memejamkan mata saat rasa sesak menghampiri rongga d**a. Aku menghela nafas dan berusaha tersenyum untuk menguati diriku sendiri Aku memoleskan liptint agar bibir tak tampak pucat, setelah itu mengambil wig yang warnanya sama dengan warna rambut asliku. Ya.. beberapa tahun ini aku menggunakan wig untuk menutupi kepalaku yang hampir botak. Bukanya aku malu dengan kepalaku, tapi aku tidak ingin semua orang mengetahui penyakit yang aku derita Sekali lagi aku memandang pantulan diriku dicermin. Perfect. Penampilanya lebih baik dari yang tadi, wajahku terasa lebih segar dan tidak terlalu pucat Aku mengambil flatshoes yang berwarna senada seperti dress yang aku kenakan. Setelah semua selesai aku menyambar tas kerja dan jas kebanggan ku selama ini. Aku segera turun ke lantai bawah untuk melaksanakan sarapan bersama bunda tercinta "Selamat pagi bunda" sapaku sambil mencium pipi wanita yang paling aku sayangi didunia "Selamat pagi juga sayang" Aku mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan oleh bunda Di meja makan hanya ada keheningan, setelah menghabiskan nasi goreng, aku segera beranjak dari meja makan "Bunda aku ke rumah sakit dulu ya" pamitku pada bunda Ya... Aku adalah seorang dokter gigi, lebih tepatnya dokter gigi untuk anak-anak. Menjadi dokter adalah cita-citaku sejak kecil. Karena aku menyukai anak-anak aku memutuskan untuk menajadi dokter gigi. Mengapa tidak menjadi dokter anak? Aku sendiri pun tidak tahu "Mendingan kamu istirahat aja, sayang. Bunda khawatir sama kamu, kamu baru saja ngedrop" Aku tersenyum mendengarkan ucapan bunda "Aku nggak papa bunda. Bunda jangan khawatir" "Tapi--" "Bunda please ya.. ya.... Janji deh, Rara nggak akan sakit lagi" aku mengeluarkan jurus puppy eyesku. Kulihat bunda menghela nafas, lalu mengangguk "Terima kasih, bunda" aku memeluk bunda dengan erat. Aku sangat menyayangi bundaku, hanya dialah satu-satunya orang yang aku punya saat ini "Kamu sudah minum obat?" tanya bunda Aku tersenyum masam mendengar ucapan bunda. Minum obat hanya mampu menahan rasa sakit tidak untuk menghilangkan penyakitku, "belum bun. Aku enggak mau terlalu bergantung pada obat. Hufttt... sudahlah aku mau berangkat dulu" kulihat mata bunda berkaca-kaca Aku keluar dari rumah yang sudah hampir dua bulan ini aku tempati. Rumah minimalis yang memiliki dua lantai. Memang, rumahnya tidak sebesar rumahku dulu tapi cukuplah untuk tempat tinggal aku, bunda dan bi Ijah Sebelumnya... Aku akan bercerita tentang kisah hidupku Aku.. Aurora Liandra Prameswari, umurku 24 tahun. Orang-orang terdekatku biasa memanggilku Rara. Tapi hanya satu orang yang memanggilku 'Lian' Dia adalah seseorang yang sampai saat ini masih menduduki tahta dihatiku. 'Dia' yang mangajari aku apa arti cinta dan pengorbanan. Mungkin saat ini dia benci, ah ralat teramat sangat benci padaku karena kejadian tujuh tahun lalu. Beberapa tahun lalu aku dan keluargaku pindah di luar negeri, lebih tepatnya di Amsterdam. Saat itu, keadaanku lah yang memaksa kami pindah ke luar negeri. Setelah pindah, kami menjalani hidup normal seperti di Indonesia walaupun keadaan ku berubah total setelah aku tahu bahwa ada penyakit yang menyerang tubuhku. Tapi aku tetap berusaha tegar untuk orang-orang yang selalu mensuportku. Hingga pada suatu hari, perusahaan papa mengalami kebangkrutan dan hal itu adalah titik dimana aku mengalami kehancuran. Sakit yang kurasakan tidak berarti apa-apa ketika mengetahui laki-laki yang sangat aku sayangi, laki-laki pertama yang mengajari aku apa arti kasih sayang, laki-laki yang sangat berharga dalam diriku meninggalkan aku dan bunda untuk selamanya karena penyakit jantungnya-- Sudahlah aku tidak ingin membuka luka lama yang bahkan belum mengering. Huftt... mengingat itu membuat air mataku menetes. Aku benci jika harus mengeluarkan air mata s****n ini Tak terasa aku sudah sampai di parkiran rumah sakit. Sebelum aku keluar aku sedikit mengoleskan bedak agar tidak terlihat jika aku habis menangis Setelah memastikan penampilanku, aku segera keluar dengan menenteng jas kebanggaanku. Sepanjang perjalanan banyak suster dan pegawai rumah sakit yang menyapaku "Selamat pagi, Dokter Aurora" sapa salah satu suster sambil tersenyum "Selamat pagi juga, sus" aku membalas senyuman suster dengan nama tag 'Ranti' Aku memasuki ruangan praktik yang hampir dua bulan ini aku tempati. Aku meletakkan tas lalu segera mengenakan jas kedokteranku Saat sedang mengecek data pasien, tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang Tokkk.tok.. "Masuk" ucapku. Ceklek... Aku mendengar derap langkah kaki berjalan ke arah mejaku "Selamat siang dok" sapa laki-laki yang berada di hadapanku. Mengapa aku mengethui jika orang itu laki-laki? Jelas karena suaranya. Aku mendongak untuk melihat laki-laki itu, "Selamat si--ang" betapa syoknya aku, ketika tahu siapa orang yang dihadapanku ini. Aku membelalakkan mataku kaget. Sangking syoknya, bolpoin yang aku pegang sampai terjatuh. Mungkin bukan cuma aku yang kaget, tapi laki-laki itu juga sangat kaget sama sepertiku. Terbukti dari dia yang memelototkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka "Aurora?" cicitnya

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook