"Halo kak Rey, apa kabar?" sapaku berusaha untuk setenang mungkin. Aku tersenyum kaku pada laki-laki dihadapanku ini.
Oh ya.. kalau kalian mau tahu siapa kak Rey ini biar aku jelasin. Rey atau yang memiliki nama panjang Reyvan Alexis Zatra. Dia merupakan kakak kelasku merangkap tetanggaku. Dia cukup baik padaku tapi yang membuatku muak adalah sifat playboynya, karena semboyannya adalah, 'main-main dulu sampai puas, kalau udah nemu yang pas baru tobat daripada serius-serius tapi akhirnya putus?'
Kak Rey ini juga salah satu sahabat dia. Dulu waktu SMP dan SMA, kita sering duduk bareng untuk menikmati waktu istirahat. Aku sudah menganggap kak Rey sebagai kakakku sendiri, begitu juga dengan kak Rey. Sebelum aku mengenal dia, aku terlebih dahulu mengenal kak Rey karena dia adalah kakak kelasku waktu Sekolah Dasar.
"Ha--lo Ra, i--ni beneran elo?" tanya kak Rey tergagap, dia baru sadar dari keterkejutannya
Aku tidak tau harus bersikap bagaimana, aku hanya mengangguk saat mendengar pertanyaannya.
"Oh my god! Kemana aja lo Ra. Tujuh tahun menghilang tanpa kabar dan sekarang baru balik? Lo tau kalau--" aku segera memotong ucapan Kak Rey. Aku sengaja mengalihkan pembicaraan, aku tidak ingin membahas kejadian yang berkaitan 7 tahun belakangan ini.
"Dia siapa kak? Anak kakak?" tanyaku saat melihat anak laki-laki yang kira-kira berumur 5 tahunan. Jika dilihat-lihat mata anak itu sedang berkaca-kaca.
"Hah ngaco deh lo, masa gue udah punya anak segede gini. Ini tuh ponakan gue" kak Rey melotot padaku. Aku terkekeh kecil.
"Huaaa om sakit" aku mengalihkan pandanganya pada anak yang berada dipangkuanya kak Rey
"Ada yang bisa aku bantu kak?" tanyaku khawatir, pasalnya aku paling tidak tega saat melihat anak kecil yang menangis.
Kak Rey mengelus rambut anak yang berada di pangkuannya, "cup-cup diam ya, Lio. Bentar lagi sakitnya ilang deh" lalu kak Rey mengalihkan pandangan ke arahku, "gini Ra, dari kemarin malam dia nangis terus, disuruh makan nggak mau. Dia terus-terusan megangi pipinya, sambil terus nangis"
Aku segera bangkit dari duduku lalu berjalan ke arah Dental bed.
"Letakkan di sini aja kak, Lionya"
Kak Rey menggendong Lio yang terus menerus terisak, dia menidurkan Lio di kasur praktikku.
"Huaaaa.. sakit om gigi Lio"
"Lio nggak mau tidur disini" Lio terus saja meronta hingga membuat kak Rey kewalahan.
"Lio jangan nangis ya, anak laki-laki itu harus kuat biar kayak Thor di film Avangers Marvel" ucapku berusaha menenangkan Lio
Ku lihat Lio menggeleng, "Lio nggak mau jadi Thor. Lio maunya jadi superman" Aku tersenyum lega saat Lio sudah berhenti menangis. Aku melirik kak Rey yang juga sedang tersenyum.
"Loh kenapa? Thor itu super hero kuat. Dia bahkan mampu menahan serangan Hulk" aku menyuruh Lio untuk membuka mulutnya, "buka mulutnya ya, sayang"
Lio membuka mulutnya dan benar saja ada masalah pada salah satu gigi susunya. Gigi geraham sebelah kirinya ada yang berlubang.
"Superman bisa terbang dan Lio ingin seperti superman. Jika Lio bisa terbang Lio bisa ketemu mama di surga"
Deg
Aku tertegun mendengar ucapan polos Lio. Aku mendongakkan kepala untuk melihat ekspresi Lio, dia tersenyum bahagia bahkan dia melupakan rasa sakit pada giginya. Aku masih beruntung bisa merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap walaupun saat ini papaku sudah meninggal
Tapi Lio? Diusianya yang masih sangat belia, dia harus kehilangan sosok mama dan kasih sayang dari seorang mama yang seharusnya dia dapatkan diusianya saat ini.
"Kalau Lio sayang sama mama, Lio harus terus berdoa buat mama biar mama Lio bahagia. Makanya sekarang Lio jangan nangis, kalau Lio nangis mamanya Lio juga ikutan nangis" aku menghapus air mata saat setetes cairan bening jatuh dipipiku.
"Baik tante, Lio janji kalau Lio nggak akan nangis lagi" aku tersenyum mendengar penuturan dari Lio
"Bagus. Ini baru jagoannya tante" aku mengelus rambut coklat Lio, "Lio tidur disini dulu ya, tante mau ngomong sama om kamu" Lio mengangguk
Aku menghampiri kak Rey yang sedang duduk di tempatnya tadi. Aku mendudukan bokongku untuk menjelaskan masalah gigi yang diderita Lio pada omnya.
"Maaf ya kak, tanpa sadar aku sudah menyinggung tentang mamanya Lio. Aku benar-benar nggak tahu" ucapku merasa bersalah pada kak Rey dan Lio.
"It's oke. Oh iya, apa yang terjadi pada gigi Lio?" tanya kak Rey
"Gini kak, gigi geraham Lio sebelah kiri berlubang."
"Terus?""
"Gigi berlubang nggak hanya terjadi pada orang dewasa, gigi s**u pada anak pun berisiko untuk berlubang. Salah satu faktor yang menyebabkan gigi berlubang yaitu, kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula. Lio biasa mengonsumsi permen dalam jumlah banyak?" kak Rey mengangguk.
"Pantas saja. Permen banyak mengandung gula. Gula yang dikonsumsi, diubah oleh mikroorganisme yang ada di dalam mulut menjadi asam penyebab karies dan gigi berlubang. Gigi sangat sensitif dengan rasa asam. Rasa tersebut akan membuat gigi terlepas dari matrik-matriknya, dan jika hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang maka dipastikan gigi Lio akan berlubang. Gigi berlubang juga dapat menganggu pertumbuhan anak karena Jika gigi s**u anak berlubang dan sakit, anak juga biasanya jadi malas makan. Akibatnya anak kurang asupan nutrisi. Nggak hanya itu bahaya gigi berlubang, gigi s**u yang berlubang juga berisiko menimbulkan infeksi di rongga mulut dan gigi tetap yang berada di bawahnya akan rusak" aku mengakhiri penjelasanku dengan menarik napas dalam-dalam. Ternyata capek juga menjelaskan panjang lebar seperti tadi.
"Terus apa yang harus dilakukan, Ra?" tanya kak Rey yang jelas terlihat sangat khawatir
"Paradigma yang sebenarnya ada adalah mempertahankan gigi sebisa mungkin di dalam mulut. Pasalnya gigi memiliki tiga peranan penting yaitu mengunyah, estetika dan berbicara. Jika anak tidak memiliki gigi, pasti anak itu akan kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari. Walaupun gigi s**u itu akan tumbuh tapi lebih disarankan, gigi Lio tidak dicabut. Dalam ilmu kedokteran, boleh mencabut gigi asalkan gigi itu sendiri sudah rusak parah dan dapat menyebabkan penyakit lainnya. Jadi tindakan yang harus diambil yaitu menambal gigi yang berlubang"
"Wah!! hebat lo, Ra. Tujuh tahun menghilang, otak lo tambah pinter aja ya," ucap kak Rey.
Aku tersenyum mendengar ucapan kak Rey yang sangat berlebihan.
"Bisa aja kamu, kak. Menjadi dokter kan cita-cita aku dari kecil. Jadi bagaimana? Kakak setuju kalau gigi Lio ditambal?" aku meminta persetujuan dari kak Rey, karena tindakan utama adalah meminta persetujuan kepada wali anak. Bisa jadikan dia tidak setuju kalau gigi Lio di tambal
"Apapun yang terbaik buat Lio ajalah, Ra. Btw sejak kapan kosa kata lo-gue berubah jadi aku-kamu" tanya kak Rey menahan senyum geli, aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal
"Enggak tahu kak. Terkadang kita harus merubah kebiasaan kita, kita nggak tau apa yang akan terjadi ke depannya" aku tersenyum pada kak Rey
Kak Rey memandangku dengan bingung, "maksud lo? Aneh lo! Ditanya apa jawabnya apa," aku mengangkat bahu acuh.
***
"Kak penambalan kali ini aku menggunakan bahan komposit resin, kelebihan bahan ini yaitu warna tambalan akan menyatu dengan warna gigi asli, dan materialnya terbilang kuat walaupun harganya agak mahal tapi kan kakak orang kaya. Bahan ini hanya akan tahan kurang lebih selama 5 tahun, tapi tenang saja seiring berjalannya waktu satu-persatu gigi s**u Lio akan tanggal. Begitu juga dengan gigi yang ditambal, dia akan tanggal dan akan digantikan oleh gigi permanen" kak Rey hanya mengangguk. Aku melirik Lio yang asik dengan mainnya. Memang diruanganku banyak mainan anak-anak. Mulai dari robot, barbie, boneka, mobil-mobilan dan lain-lain.
"Aku nggak menggunakan bahan amalgam. Walaupun murah dan dapat bertahan selama 10 tahunan tapi bahan amalgam sangat berbahaya bagi tubuh. karena amalgam merupakan salah satu logam yang mengandung zat merkuri yang sangat berbahaya bagi tubuh. Zat merkuri jika tertelan dapat melukai organ pencernaan anak. Sedangkan jika dihirup bisa menimbulkan masalah kesehatan pada paru-paru" lanjutku.
"Berikan yang terbaik buat Lio, gue akan bayar berapa pun agar Lio bisa sembuh" aku menatap haru kak Rey, dia benar-benar menyayangi keponakannya
"Baiklah kak ini adalah tugasku" aku mengambil beberapa peralatan
Aku segera berjalan ke arah Lio yang sedang tiduran di dental bed, "haii Lio. Mainya udah ya kita obati dulu gigi kamu"
"Nggak. Nggak mau. Sakit" Lio menggelengkan kepala sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya
"Loh kata siapa sakit? Tante Aurorra sering ngobati anak-anak seperti kamu. Tapi mereka nggak ada yang kesakitan, masa kamu nggak mau sih? Kalau giginya gak segera di obati, nanti gigi Lio keluar cacingnya loh," ucapku yang tentu hanya sebuah kebohongan. Dan bisa aku lihat dia mulai membuka mulutnya yang tertutup telapak tangannya.
Aku memijit kepalaku yang tiba-tiba terasa sangat pusing. Ck! Selalu saja begini, semoga tidak ada darah yang keluar dari hidungku.
"Beneran nggak sakit?" ucap Lio yang membuyarkan lamunanku.
"Nggak sakit, Lio. Cuma kayak digigit semut."
"Yaudah deh Lio mau" aku tersenyum mendengar ucapan Lio.
Aku mengambil anestesi lokal lalu menyuntikannya pada gusi yang terdapat gigi berlubang. Tujuan dilakukan penyuntikan ini yaitu untuk mematikan sementara area saraf pada sekitar gigi.
"Aishhh sakit tante."
"Sebentar lagi sakitnya hilang Lio."
Aku terus melanjutkan aktivitasku menambal gigi berlubang Lio. Untuk mengalihkan rasa sakit, aku terus bercerita pada Lio, dari cerita anak-anak seperti Iron Man, Batman, Superman, Spiderman bahkan Upin-Ipin dan SpongeBob. Terkadang aku juga menanyakan keseruannya di taman kanak-kanak. Tak terasa hampir setengah jam aku menambal gigi Lio. Dan tahap terkhir yaitu membersihkan gigi dengan polishing, salah satu manfaat polishing adalah untuk memudarkan noda pada gigi
"Sudah selesai. Wahh! Lio hebat banget. Tante kagum sama kamu" aku mengacungkan kedua jempolku pada Lio.
Kak Rey menghampiri aku dan Lio, "gimana Ra?" lalu kak Rey kembali bertanya pada Lio," sakit nggak, Lio?" Lio menggeleng.
Aku tersenyum, "sudah selesai kak. Oh iya, efek obat anestesia belum hilang jadi Lio nggak akan merasakan nyeri atau ngilu. Biasanya kalau efeknya sudah hilang baru dia akan merasakan nyeri pada giginya. Tapi tenang saja, aku akan memberikan obat pereda rasa nyeri"
"Sampai kapan rasa sakitnya akan benar-benar reda" tanya kak Rey sambil membelai rambut Lio.
"Biasanya membutuhkan waktu satu minggu. Dan dalam kurun waktu 1 minggu pola makan Lio harus benar-benar terjaga, dia nggak boleh makan makanan yang keras, manis, dan menggigit makanan lengket. Satu lagi hindari memainkan tambal gigi dengan tangan ataupun dicungkil dengan tangan, itu aja sih kak. Kalau perawatannya cukup gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sebelum tidur, hindari menyikat gigi terlalu keras, jaga kebersihan mulut agar tidak terbentuk lubang baru" ucapku. Aku memijit pelan pelipisku yang semakin berdenyut nyeri. Sejak beberapa bulan lalu aku sudah menghentikan kemoterapi yang aku jalani. Asal kalian tahu, kemoterapi yang aku jalani benar-benar menyiksaku. Bagaimana tidak? Setelah melakukan kemoterapi aku sering muntah dan mual, demam, diare, dan mudah sekali lelah
"Ra, lo nggak papa? Muka lo pucat banget. Astaga Ra, hidung lo keluar darah" teriak kak Rey.
Demi Tuhan, sekarang jantungku rasanya ingin berhenti. Tanganku sudah keringat dingin. Dengan segera aku mengambil tisu yang berada di mejaku lalu mengelapnya
"Ya Tuhan, Ra. Lo nggak papa?" kak Rey terlihat sangat khawatir
"Ah, enggak papa kak. Mungkin ini hanya efek terlalu kelelahan, beberapa hari ini banyak pasien yang berdatangan" maafkan aku kak Rey, aku terpaksa berbohong padamu
"Beneran?" aku mengangguk mantap. Aku duduk dikursiku diikuti oleh kak Rey
"Minum dulu, Ra" kak Rey menyodorkan air putih yang berada di mejaku. Aku segera mengambilnya dan meminumnya secara perlahan. Setelah selesai, aku meletakkan gelasnya seperti semula
"Ra, lo juga harus jaga kesehatan. Jangan pentingin pekerjaan lo, gue tahu ini adalah cita-cita lo tapi lo juga harus pentingin diri sendiri. Gue sayang banget sama lo, Ra. Gue udah anggep lo sebagai adek sendiri, walaupun yah.. gue masih sedikit kecewa sama lo. Mengapa dulu lo menghilang tanpa kabar? Asal lo tahu semuanya kecewa sama lo, Ra" ucapan kak Rey begitu tulus kepadaku dan diakhiri dengan nada kecewa yang kental.
Kak Rey berjalan ke arahku lalu memelukku dengan erat, dan aku membalas pelukannya tak kalah erat. Pelukan seorang kakak. Aku tersenyum, tak terasa kristal bening menetas dari mataku. Semua orang sayang dan peduli padaku tapi dengan teganya aku mengecewakkan mereka. Dan kini semuanya telah berubah, semuanya tidak akan sama seperti dahulu. Tapi disini aku juga bukan yang bersalah, keadaanlah yang memaksaku bertindak.
"Makasih kak. Aku juga sayang sama kakak. Tapi satu hal yang kakak harus tahu. Jika Tuhan menakdirkan aku pergi, sekeras apapun aku bertahan, pada akhirnya takdirlah yang akan menang. Yakinlah kak, kejadian tujuh tahun yang lalu, aku memiliki alasan yang kuat untuk meninggalkan kalian semua."
"Tapi apa Ra? Mengapa lo tiba-tiba hilang begitu saja" tanya kak Rey, dia melepas pelukannya lalu memandangku dengan lekat
Aku tersenyum untuk menutupi rasa sesak yang menyerang dadaku, "suatu hari nanti pasti kakak akan tahu alasanya aku meninggalkan kalian."