bc

SIMPLE

book_age16+
138
IKUTI
1K
BACA
possessive
arrogant
dare to love and hate
student
drama
bxg
highschool
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Ini hanyalah kisah sederhana tentang si peri cantik dengan pangeran icenya.

Perjuangan si peri cantik untuk mendapatkan cinta pangeran icenya. Meski si peri cantik tau kalau akhirnya akan berakhir seperti apa, tetap saja ia bertahan, mencoba mematahkan ucapan orang-orang tentang pangeran icenya.

Sampai pada titik di mana si peri cantik, Hilya... tak dapat lagi bertahan, bukan karena tak cinta lagi, namun, karena seperti takdir telah memutuskan.

Hilya, menyerah.

chap-preview
Pratinjau gratis
Hilya Alysha Shaenetta
"Hilya, will you be my girlfriend?" Seorang cowok berlutut sambil mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam sebuket bunga mawar berwarna pink. Hilya Allisya Shaenette, si peri cantik nan baik hati SMA Almo itu membulatkan matanya kaget dengan aksi cowok yang tengah berlutut tepat di depan kakinya itu. Refleks, gadis itu melangkah mundur selangkah. Membentangkan jarak karena merasa tidak nyaman dengan posisi itu. Sorakkan terdengar bersahutan saling membeo dengan nada yang berbeda-beda, menciptakan suasana ramai di koridor kelas dua belas. "Anjir, ngegas gila." "Ini kali keenam Hilya ditembak dalam sebulan." "Gelasih, Hilya 'kan udah punya cowok." "Kalo gue jadi Hilya, mending sama Reno di banding si beku Davren." "Tapi gantengan Davren sih." "Terima aja, lah!" "Terima ... Terima ... Terima ...." "Hilya?" panggil Renovano Ashton, cowok yang dengan beraninya menyatakan perasaannya pada Hilya di depan umum meski dirinya sendiri tahu kalau saat ini Hilya memiliki kekasih. Itu tidak masalah. Bagi Reno, Hilya pantas mendapatkan laki-laki yang setidaknya bisa memperhatikan gadis itu, melihat sejuta kelebihan yang dimiliki Hilya, bukannya bersikap dingin dan tak peduli. Reno bisa memberikan apa yang tidak mampu diberikan oleh kekasih Hilya saat ini, perhatian. Bahkan seminggu yang lalu ada anak kelas sepuluh yang menyatakan perasaannya pada Hilya di depan kekasihnya. Namun, cowok itu hanya diam, seakan yang sedang ditembak bukanlah ceweknya. "Kak Reno, bangun, Kak." Bukannya menjawab pernyataan cinta Reno, Hilya malah meminta cowok itu untuk bangkit. Reno menggeleng dengan pasti, enggan bergerak sesenti pun dari tempatnya. "Jawab gue, Lya." "Kak, aku udah puny—" "Pacar macam apa yang diam aja liat ceweknya ditembak?" sarkas Reno sambil melirik seorang cowok yang berdiri tidak jauh dari tempat Hilya dan Reno. Hilya langsung menoleh ke arah Reno melirik dan mendapati sang kekasih—Davren Alzelvin. Sedang berdiri tidak jauh dari tempat Hilya, dengan tatapan yang tertuju pada Hilya. "Davren." Gadis itu berujar ragu, ada sedikit harapan dalam dirinya. Berharap kalau cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu mau sedikit repot untuk membelanya, mengatakan pada Kakak kelas di hadapan Hilya ini kalau Hilya adalah miliknya, milik Davren. "Anjir, cewek lo ditembak lagi tuh, Bro." "Emang jempol sih si Hilya, pantes aja cowok normal suka sama dia." "Kalo bukan pacar lo, udah gue gebet tuh peri cantik." Setidaknya itulah yang diucapkan oleh tiga orang yang berdiri di samping kekasih Hilya dengan saling bersahutan, menyatakan kekaguman mereka pada kekasih Davren itu. Mereka adalah laki-laki normal yang tentu saja tidak akan tidak menyukai gadis seperfect Hilya. Hilya si paket lengkap SMA Almo. Cantik? Siwer kalau ada yang bilang biasa saja. Semok? Depan belakang menonjol, janda Victoria's Secret mah kalah. Baik? Peri cantik julukannya. Apa yang kurang dari gadis itu? Kekurangannya hanyalah memiliki kekasih yang sedatar tripleks, sedingin ice, secuek bebek. Namun, seganteng model-model luar negeri. "Hilya ...." Reno kembali memanggil Hilya membuat fokus gadis itu kembali kepadanya. "Kak ... aku nggak bisa." Hilya melirik ke arah Davren yang terlihat melangkah ke arah Hilya. Oh, tidak. Hilya yang terlalu berharap lebih pada kekasihnya itu karena faktanya cowok itu berjalan melewati Hilya, jangankan berhenti, melirik Hilya saja tidak. Seakan Hilya hanyalah patung. Seakan Hilya hanyalah bayang-bayang. Seakan Hilya hanyalah ilusi. "Lya ... itu cowok, lo? Cowok yang lo pertahanin bahkan nggak peduli sama keberadaan lo," ucap Reno, masih berharap Adik kelasnya ini mau menerima cintanya agar Reno dapat memenangkan tantangan yang diberikan teman-temannya karena selama ini tidak ada gadis mana pun yang dapat menolak pesona seorang Renovano. Reno akan mendapatkan mobil baru jika berhasil. Terlebih, dia bisa mendapatkan Hilya, si peri cantik yang susah untuk ditaklukkan. Hilya menarik napasnya panjang, mencoba tersenyum. "Maaf, ya, Kak," ucap gadis itu lembut dan setelah itu Hilya melangkah pergi, meninggalkan Reno dan penonton yang bersorak kecewa. Sebenarnya mereka ingin si peri cantik menerima Reno dan si pangeran ice mengamuk, tapi seperti itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan pernah terjadi karena si peri cantik tidak akan pernah menerima laki-laki mana pun, begitu pula si pangeran ice yang tidak akan peduli bahkan jika si peri cantik berselingkuh di depannya. ♡♡♡ "Gila, Bro. Cewek lo lagi ditembak sama cowok lain dan muka lo lempeng-lempeng ae kaya p****t bayi baru pup," celetuk Adlen tak habis pikir, kalau ia yang ada di posisi Davren, sudah dapat dipastikan Alden akan mengamuk habis-habisan, secara kapan lagi bisa mendapatkan gadis seperfect Hilya. "Davren mah Hilya mau nikah di depan matanya juga nggak bakal ngaruh," timbal Adlan, kembaran Adlen. "Gue ya kalo jadi Hilya, udah gue ceraiin nih si t*i buaya." Adlen kembali berceletuk yang disetujui oleh Aaric dengan anggukan. "Terus gue pacarin deh tuh si Hilya," timpal Aaric. "Tikungan tajam, Bung." Adlan bersorak bak pembawa acara sepak bola. Davren mengangkat kepalanya, menatap ketiga sahabatnya itu bergantian. "Bacot." "Wesss ngegas si Abang." "Dede tuh nggak bisa digasin, Bang. Bisa didesahin," ucap Adlen mengundang tawa Adlan dan Aaric lagi. "Bukan kembaran gue." "Bukan temen gue." "Sok lu, Lan. Di rumah juga minta kelonin gue," ucap Adlen dengan nada mengejek yang kentara. Adlen tidak mengada-ngada, dulu waktu kecil kata Mom mereka, Adlan itu tidak bisa tidur jika tidak ada Adlen di sampingnya. Sweet bukan? Adlan melotot tak terima pada kembarannya itu. "Najis." "Najis-najis gini gue Kakak lu pinter." Adlen berseru dengan bangga, menyatakan kalau dirinya lebih tua dari Adlan. Meski hanya delapan menit. Adlan memutar matanya malas. "Kakak yang terbuang." "Adek yang mendapat karma buruk." Aaric mulai mengendus-endus. "Saya mencium bau-bau—" "Davren." Panggilan seseorang membuat ucapan Aaric yang menirukan salah satu Indigo yang acaranya sedang booming pada masa itu. Adlan, Adlen, dan Aaric menatap Hilya yang melangkah ke arah mereka, gadis itu terlihat tidak tersenyum sama sekali. Dapat dipastikan kini kalau kesabaran gadis itu seperti sudah habis untuk menghadapi sikap acuh Davren. Mereka bertiga saling melemparkan tatapan saat Hilya kini sudah berdiri di samping meja mereka. "Hai," sapa gadis cantik itu dengan ceria, senyuman manis menghiasi bibir pink Hilya yang menambah kecantikan gadis itu pada titik maksimum. "Hai, Lya." Adlen menyahut lebih dahulu dengan kikuk. Ayolah, Adlen laki-laki normal, disajikan senyuman manis oleh si peri cantik dapat membuat otaknya berhenti bekerja beberapa saat. "Hai, Peri cantik." Aaric si playboy mulai beraksi. Tentu saja Aaric tidak benar-benar ingin merebut pacar sahabatnya itu, hanya ingin sedikit bermain-main saja untuk membuat Davren cemburu. Namun, jika pada akhirnya Hilya baper, artinya rezeki nomplok bagi Aaric. "Sendiri aja, Lya?" tanya Adlan membuat Hilya yang awalnya menatap ke arah Davren yang fokus pada handphonenya menjadi menatapnya. "Eh enggak, itu gue sama Feni, Lila." Gadis itu menyahut menanggapi pertanyaan Adlan. "Oh iya, ini aku cuman mau ngasih bekal buat kamu sama minumnya." Hilya mengulurkan kota bekal berwarna hijau muda dan sebotol air mineral dingin yang baru saja dibelinya. Hening. "Dav?" panggil Hilya membuat cowok itu mau tidak mau menatap Hilya. Hilya tersenyum, mengulurkan kotak bekal itu lebih dekat lagi pada Davren. Brak! Davren menepisnya dengan kasar hingga kotak itu terlempar dan nasi goreng yang Hilya buatkan dengan sepenuh hati sudah keluar dari tempatnya. Sesak. Sakit. Dua hal itulah yang Hilya rasakan, namun, bukannya menampilkan wajah kecewa, senyum gadis itu malah semakin lebar. Seakan yang baru saja terjadi adalah Davren memakan nasi goreng buatannya dengan lahap. Ini bukan kali pertama Davren menolak bekal yang sudah Hilya buatkan selama tiga bulan mereka pacaran. Namun, ini adalah pertama kalinya Davren menepisnya dengan kasar. Adlan bangkit, menggebrak meja kantin membuat perhatian seisi kantin kini benar-benar terfokus pada meja tempat para most wanted sekolah itu berada. "Dia buatin buat lo susah-susah, njing! Apa susahnya buat lo ngehargainnya?!" Adlan mencengkram kerah baju Davren yang masih duduk. Adlen dan Aaric segera menahan Adlan dan menjauhkannya dari Davren. "Nggak papa, Lan. Davren nggak sengaja tadi." Hilya membuka suaranya, tersenyum ke arah Adlan untuk menenangkan sahabat SMP-nya itu. Davren bangkit dari duduknya. "Gue nggak peduli." Davren mengalihkan tatapannya dari Adlan menjadi pada Hilya. "Dan lo, nggak usah sok peduli." Davren melangkah menjauh, meninggalkan ketiga sahabatnya dan juga Hilya yang membeku di tempat. Tiga detik. Setelah terdiam tiga detik, Hilya bergegas meraih kotak bekalnya, dibantu oleh Aaric. "Makasih," ucapnya dengan senyuman manis yang masih saja menghiasi wajahnya. Tidak memiliki perasaan? Bukan, bukan Davren yang tidak memiliki perasaan, tapi Hilya. Jika Hilya ingin, ia bisa meminta putus. Tapi, gadis itu memilih bertahan. Gadis itu yakin suatu saat Davren akan bersikap hangat padanya. Hilya mencintai Davren, itu sudah cukup menjadi alasan untuk Hilya menerima semua perlakuan Davren padanya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook