SAY - Cannot be undone

1074 Kata
“Anda bisa menyimpan bahan makanan Anda di dalam lemari es, saya tidak akan mengambil sesuatu yang bukan milik saya. Ada tempat yang kosong untuk bagian Anda di dalam lemari es. Anda bebas memasak di sini, menonton dan melakukan apa pun yang Anda mau, kecuali beberapa hal yang saya sebutkan sebelumnya. Anda ingin pergi dan pulang jam berapa itu tidak masalah asalkan tidak merugikan saya dan fasilitas milik saya. Lalu untuk jadwal bersih-bersih di sini, apa Anda bisa melakukannya?” Karena banyaknya asupan peraturan di sana, Leah yang sedikit tidak siap menjawab, “Ya? Uhm, maksud saya, ya. Saya bisa melakukannya.” “Apa yang bisa Anda lakukan?” tanya Ben lagi. “Menyapu, mengepel, mencuci, segala jenis pekerjaan rumah.” Leah selalu melakukan ini dua kali sehari. Jadi dia tidak masalah. Hanya saja, sekarang tempat tinggalnya lebih besar dari kamar kosnya yang sepetak. “Itu bagus. Tapi tetap saja harus berbagi tugas.” Ben mencubit dagunya dan bergumam pada dirinya sendiri dengan serius. “Tugas Anda di sini menyapu, mengepel, dan menyikat kamar mandi. Jangan sampai ada debu dan sarang laba-laba. Untuk membuang sampah, mencuci piring, dan toilet saya yang akan melakukannya.” “Oh tidak perlu, saya bisa melakukannya.” Leah dengan cepat mengibaskan tangannya. Mana mungkin dia membiarkan pemilik unit untuk membersihkan tempat tinggal yang akan dia sewa. Dan juga, teman sekamarnya pun pasti membantunya bersih-bersih nanti. “Sungguh?” “Ya.” Leah mengangguk dengan sungguh-sungguh. “Baiklah. Segala hal tentang peraturan sepertinya sudah selesai saya sebutkan. Jika ada tambahan, akan saya kirimkan lewat pesan. Kemudian jika Anda setuju, bayar biaya sewa sekarang sebelum menempati kamar Anda.” Dia mengetik sesuatu pada ponselnya dan beberapa detik berikutnya sebuah notifikasi pesan muncul di ponsel Leah. Mengambil ponselnya di dalam saku celana, Leah segera menyadari bahwa itu adalah nomor rekening pria itu. Leah melihat nama yang tertera, Benjamin. Hanya satu kata. Ternyata ini nama asli pemilik unit .... Leah segera menyelesaikan transaksi tersebut dan menunjukkan buktinya. Setelah pria itu mengangguk, Leah melirik pada pintu yang tertutup rapat. “Uhm, Pak Benjamin. Teman serumah saya di sini, pemilik kamar itu apa masih tidur siang atau sedang kerja? Saya pikir saya harus menyapanya demi kesopanan.” Ben sedang mengeluarkan jus jeruk dari dalam lemari es ketika menoleh ke arah Leah. Dia mengerjap sebentar sebelum berkata, “Saya tinggal di sini.” Leah mengedipkan matanya polos seakan tidak mengerti maksud ucapan Ben. Dan setelah terdiam cukup lama untuk memahami perkataannya namun tidak kunjung mengerti, Leah bertanya, “… Maaf?” Ben menunjuk kamar yang tertutup dan Leah mengikuti arah tunjuknya. “Itu kamar saya.” Leah pernah mendengar sandal bertali tipis merk Dior yang dibeli ibu muridnya dengan harga jutaan rupiah bisa digunakan selama dua tahun lebih dan masih baik-baik saja dibandingkan sandal jepit milik Leah yang Leah beli seharga belasan ribu. Leah pernah melihat video acak di media sosial tentang 3 pencuri yang ingin membobol rumah orang kaya namun pintunya menggunakan material yang sangat mengagumkan hingga mereka kesulitan untuk menjalankan aksi mereka walau sudah membawa linggis beserta kawan-kawannya. Lalu ada hal nyata lainnya, Leah baru saja membeli sepatu dua bulan lalu. Harganya dibawah seratus ribu dan dia menggunakannya hanya setiap hari jumat di sekolah. Hasilnya, jumat lalu ketika pulang dari kegiatan olahraga sekolah, sisi dalam dan luar sepatunya sobek. Belum lagi saat menggunakannya sangat tidak nyaman, mungkin karena pad-nya yang tidak bagus. Kemudian kosan sebelumnya yang belum dinaikkan harganya cukup murah bagi Leah, akan tetapi berisik, tidak rapi, dan tidak cukup bersih. Leah tahu arti kata-kata ini, 'ada harga ada kualitas'. Akan tetapi dari sekian banyaknya kenyataan yang Leah alami dan lihat, tidak pernah satu kali pun terlintas dibenaknya bahwa harga yang harus ia berikan adalah tinggal bersama lawan jenis. Wajah Leah mulai kehilangan warnanya. Dia merasa rohnya baru saja lepas dari tubuhnya. Dan kemudian dia berteriak, “Apa?! A-Anda yang menjadi teman sekamar saya di sini?” Apakah pria ini tidak tahu definisi lawan jenis?! Agar tidak ada kesalahpahaman atau kecelakaan atau bisa juga sesuatu yang dipaksa, maka dari itulah peraturan pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan hukum dan darah tidak diperbolehkan berada di satu tempat tinggal yang sama. Maka ada yang namanya kost khusus pria dan wanita, asrama khusus, dan masih banyak lagi. Lalu, bagaimana bisa dia mengatakan hal itu dengan sangat tenang?! Tuhan, pria ini bukan hanya aneh …. Pria ini sungguh gila! “Bukankah saya sudah bertanya pada Anda sebelumnya apa tidak masalah dan Anda bilang baik-baik saja.” “Itu saat saya pikir satu orang lagi yang menyewa kamar di sini adalah seorang perempuan!” Leah berteriak frustasi. “Kenapa juga Anda setuju setelah mengetahui bahwa saya adalah seorang perempuan lewat pesan sebelumnya? Apa Anda ....” Tidak waras?! “Bagi saya siapa pun orangnya tidak masalah karena mereka membutuhkan tempat tinggal. Bukankah begitu?” Benjamin berkata dengan wajah tenangnya tanpa dosa. Leah membuka mulutnya dengan berang akan tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Benjamin dengan wajah tenang dan tidak peduli seperti sebelumnya menatap Leah cukup lama seolah sedang mempelajari Leah yang tengah marah. “... Sepertinya Anda tidak suka dan kecewa setelah mengetahui ada seorang pria tinggal di sini.” “Tentu saja!” Leah menjerit spontan. Jika ada kata yang bisa menggambarkan lebih dari frustasi, itulah suasana hati Leah sekarang. “Baiklah.” Ben menghela napas. “Jadi, Anda batal menyewa kamar itu, benar? Saya akan mengembalikan uang Anda sekarang.” Dengan wajah yang tidak dapat diganggu gugat, Leah menatap Ben yang mengambil ponselnya kembali dari dalam saku celana kasualnya. Pembatalan penyewaan? Hell, tentu saja .... Tidak bisa! Maksud Leah, untuk saat ini dia tidak bisa membatalkannya. Seperti yang dia katakan beberapa menit lalu, “Saya akan mengambilnya!” Ben menatapnya dalam diam. “Y-yah karena sudah seperti ini dan juga tidak etis bagi saya menarik kembali uang saya, maka dari itu saya akan menggunakan kamar itu selama uhm … yah po-pokoknya untuk sekarang saya setuju.” Leah benar-benar malu dan dia merasa dia tidak memiliki wajah ketika mengatakan itu di depan pria yang baru saja dia teriaki sebelumnya. Tapi mau bagaimana lagi? Untuk sekarang, hanya ini satu-satunya tempat untuk Leah tidur. Di kamarnya, Leah mengambil bantal dan menutupi wajahnya sebelum berteriak teredam. Ini semua karena dia yang tergesa-gesa keluar dari kos! Seharusnya dia melihat-lihat dulu tempat ini dan teman serumahnya seperti apa. Bukannya tergoda dengan harga yang murah dan tempat yang wow. Jika sudah begini, Leah bisa apa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN