bc

Dirimu? Cinta Halalku

book_age12+
724
IKUTI
5.2K
BACA
family
drama
sweet
humorous
first love
friendship
like
intro-logo
Uraian

Ini bukanlah sembarang cerita. Ini adalah sebuah kisah yang mengungkap arti dari kesetiaan. Ketulusan cinta, keikhlasan hati serta pengorbanan dalam hidup. Dengan fitrah suci yang tumbuh bersemayam dalam ikatan persahabatan yang membelenggu.

Cinta bukan untuk dikekang atau dihalang namun cinta itu untuk dikawal. Dihalalkan demi mengharap ridho sang Ilahi. Cinta yang halal adalah cinta yang disambut dengan dua tangan lelaki di atas meja ijab kabul. Dan jatuh cinta sebelum menjadi halal adalah ujian.

Ini pula kisah layaknya kekanak-kanakkan Aisyah yang berjumpa dengan kedewasaan Rasulullah. Seperti sosok Khadijah yang menjadi pertama dan membekas di hati Nabi besar Muhammad saw. Dan juga seperti kisah Fatimah yang mencintai Ali dalam diam terselip dalam doa.

Ada Allah diantara persahabatan cinta Nahla, Adam, Arum, Fikri dan Khanza. Ironi persahabatan yang menyayat hati. Sebuah pengkhiatan yang mengemparkan jiwa mereka. Pisau kebohongan yang tertancap dan meretakan jalinan persaudaraan memukul habis kepercayaan Islam dan Allah pada diri mereka.

Nahla kehilangan segalanya. Ketaatan pada sang Ilahi diuji habis-habisan. Allah yang Maha Cinta di atas cinta merenggut cinta itu sendiri dari mereka. Dimana perjuangan dalam mencintai dipertanyakan.

Berbagai problematika yang mengikis dan meluluhlantakan dunia kehidupan mereka. Wahai sang Pemilik Langit dan Bumi, mampukah kekuatan iman dan ketaqwaan mengembalikan mereka padamu? Masa lalu yang pahit, akankah bisa mereka lewati? Dan inilah sebuah kisah dibalik semua misteri dalam hidup.

chap-preview
Pratinjau gratis
Adam si Pria Pisau Bedah
Pintu otomatis ruangan operasi terbuka. Seorang pria berbaju scrub lengkap dengan memakai surgeon cap berdiri sambil mengangkat kedua tangannya serata d**a setelah mensterilkan tangannya. Pria itu mengembangkan senyuman manis, seluruh tenaga medis di ruangan mengangguk hormat dan tersenyum hangat. Pria itu melangkah masuk, seorang perawat langsung memakaikan pria itu judah operasi, surgical mask serta handscoon pada tangan pria itu. Jika biasanya suasana di ruangan operasi akan sangat terasa mencengkam maka berbeda jika pria ini berada di ruangan operasi. Semuanya akan terlihat santai dan senang. Ah iya. Karena pria itu memliki wajah yang rupawan yang memampu membius kaum hawa. Dokter Adam, begitu dia dikenal dengan akrab oleh seluruh rekan sejawatnya. Adam Khalaf Murtaza, Dokter Bedah dengan berbagai predikat serta prestasi yang begitu gemilang. Tidak hanya itu saja, perawakannya yang tinggi dan berkulit putih membuat dirinya begitu dikagumi. Adam seperti pahatan Tuhan yang sempurna. “Aih, ganteng sekali dokter bedah yang satu ini, kalau pasien ini bangun pasti klepek-klepek dia lihat Dokter Adam.” goda Dokter Azril selaku dokter anestesi. Dokter Azril adalah rekan sebaya Adam sejak co-as dulu.  “Tak usah berlebih.” jawab Adam sambil tersenyum, walaupun hanya terlihat matanya saja beberapa perawat berhasil dibuat mabuk kepayang. “Kondisi pasien stabil, Dok. Operasi bisa dimulai.” ucap Galih, asisten Adam kali ini. Adam menghela napasnya dan mengajak seluruh tenaga medis untuk berdoa pada Ilahi agar operasi berjalan lancar. Sebab sebesar apapun usaha manusia tanpa adanya campur tangan Tuhan maka nol hasilnya. Setelah itu barulah operasi dimulai. “Mess.” titah Adam pada perawat scrub. Perawat itu memberikan mess atau pisau bedah pada Adam. Atas ijin Allah, inshaAllah, Adam akan menyelamatkan pasien ini. Adam menyayat bagian tubuh pasien itu. Begitulah pekerjaan Adam, bergelut di ruangan operasi, ruangan ini bagian dari dirinya dan hati Adam. Ruangan operasi adalah cinta pertama Adam, sebut saja begitu. Menjadi bagian dari tangan penyalur rahmat dari Tuhan membuat diri Adam semakin bersyukur atas berkat Allah swt. Zulfikri, Abi Adam, selalu mengajarkan arti bersyukur dari segala nikmat Allah yang turun pada setiap diri manusia. Sungguh, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Detik berlalu memecah keheningan ruang operasi. Adam sangat menjunjung tinggi keseriusan dalam berbagai hal, terlebih lagi saat di ruangan operasi. Tingkat ketelitian seorang dokter bedah harus sangatlah tinggi atau nyawa yang menjadi taruhannya. Beberapa jam kemudian operasi selesai. Dokter Galih dan Adam pun keluar dari ruangan operasi secara bersamaan. Dokter Galih menjabat tangan Adam. “Saya merasa beruntung bisa berada dalam satu ruangan operasi bersama dokter sehebat Anda.” Adam tertawa kecil, “Saya juga merasa senang karena ternyata kamu partner saya bukan pasien yang ada di meja operasi saya. Nauzubillah.” Lelucon Adam berhasil memunculkan gelak tawa Dokter Galih . Dokter Galih termasuk junior Adam di rumah sakit ini. Dokter baru yang mutasi dari rumah sakit kota sebelah. “Kalau gitu saya duluan, Dok. Saya ada urusan keluarga sebentar.” Tiba-tiba Adam teringat sesuatu. “Aiyaiya ... saya baru ingat, dua seminggu lagi kamu menikahkan? Saya turut senang mendapat undangan dari kamu.” Dokter Galih tersenyum malu namun pertanyaan Galih selanjutnya berhasil menohok hati Adam. “Dokter Adam kapan nyusul?” Mau diletakan kemana wajah Adam sekarang? Dimana surgical mask milik Adam tadi? Dimana?! Bawakan untuk Adam sekarang. Adam sungguh ingin menyembunyikan wajahnya saat itu juga. Adam mengaruk tenguknya dan tersenyum miris. “InshaAllah.” Satu pertanyaan yang selalu berhasil membuat Adam pusing tujuh keliling. *** Kini Adam yang sudah mengenakan jas dokter panjang berjalan masuk ke dalam lift rumah sakit. Beberapa perawat berbisik ria memuji rupa dokter yang satu ini. Memakai jas panjang kedokteran membuat tingkat ketampannya naik drastis. Saat hendak menekan tombol Adam terkejut dengan kedatangan Dokter Azril . “Dokter ganteng mau kemana nih?” tanya Dokter Azril. Adam berdecak sebal,“Dokter Azril hentikan, saya jijik dengernya dari mulut kamu.” Sedetik kemudian Dokter Azril tertawa. Mereka berdua terbiasa memanggil kata ‘dokter’ sebelum nama mereka saat berada di rumah sakit. Anggap saja sebagai sikap profesional mereka. “Undangan yang kemarin dianter itu ternyata undangan Dokter Galih lho. Gila! Tuh anak udah mau nikah aja. Cakep deh, gerak cepet tuh anak ternyata.” Ting. Lift terbuka, Adam langsung melangkah cepat keluar rumah sakit meninggalkan Azril yang masih berbicara tak jelas. “Oiya, pasien yang operasi usus buntu kemarin rupanya cakep! Mamanya keturunan Belgia katanya. Cantik bener.” “Dia itu bukan mahram kamu. Pandangan kamu itu mesti kamu jaga.” nasihat Adam sambil melirik Dokter Azril yang berjalan di sampingnya. “Iye deh, Ustadz Adam. Jaga pandangan sama yang bukan mahramnya.” ucap melas Dokter Azril. Namun saat sedang berjalan di lobby rumah sakit. Pandangan Dokter Azril terkunci pada seorang wanita yang berjalan lawan arah dengan mereka. Wanita bergamis biru muda dengan hijab yang membungkus kepalanya berjalan begitu anggun masuk ke rumah sakit. “Gila, bening bener!” Adam menghentikan langkahnya. Ia menyentil bibir Dokter Azril dengan jari telunjuknya membuat Dokter Azril mengaduh kesakitan. “Tuh, mulut dijaga. Mata itu disuruh lihat yang baik-baik. Allah akan meminta pertanggung jawabannya nanti.” Pandangan Dokter Azril masih memandang wanita itu. Dengan langkah yang tampak anggun tanpa perlu ditata membuat wanita itu begitu mempesona. Sesaat wanita itu melewati mereka semuanya bagaikan slow motion, Dokter Azril bagaikan patung. Sementara Adam menoleh ke belakang untuk melihat siapa wanita itu, namun hanya dari samping saja Adam dapat melihatnya. Seperti apa rupanya wanita itu? Adam menoleh pada Dokter Azril yang masih diam. Adam melambaikan tangannya di depan wajah Dokter Azril namun nihil. No reaction. Sepertinya Dokter Azril perlu disuntik. Ya, suntik mati. Adam akan dengan sukarela melakukan itu. “Kalau suka itu taarufan! Kalau cocok itu dinika—“ ucapan Adam terpotong saat Dokter Azril mencela cepat. “Dinikah! Dihalali! Iya tau mah tauu...” Adam tersenyum geli. “Terus Dokter Adam yang terhormat ini kapan nikahnya?” Skakmat Dokter Azril pada Adam. Senyum Adam berubah masam. Sudah dua kali Adam mendapat pertanyaan seperti ini. Ya Allah, apa salahku? “Nahloh! Gak bisa jawab kan? Kita tuh sama, sama-sama bujangan yang butuh cinta!” tambah Dokter Azril. “InshaAllah, saya bakal nikah!” “Yah saya juga bakal nikah, Dokter Adam.” “Lihat saja, nanti saya akan nikah dan buat kamu iri dunia akhirat dengan istri saya nanti!” Dokter Azril berdecak kagum pada sahabat karibnya itu. “Kalau pamer itu harus punya bukti nyata! Nah ini, punya aja enggak kok.” “Segera! Tunggu saja undangan saya setelah undangan Dokter Galih.” Adam melangkah pergi ke sebuah mushola rumah sakit yang terletak di timur kawasan rumah sakit. Adam berulang kali menghela napasnya. Berbicara soal nikah. Jujur saja, Adam sudah cukup umur bahkan sangat pantas untuk menikah. Pernikahan adalah penyempurna ibadah. Adam sungguh tidak ingin menunda-nunda ibadah itu sendiri. Namun apalah daya, hatinya belum tertambat pada seorang akhwat mana pun. Kesibukannya di meja operasi membuat dia lupa dengan perkara itu. Oiya, Dam. Kenapa tidak memperistri ruang operasi saja?! InshaAllah, jika Allah berkehendak Adam siap menikah. Sayangnya, pelengkap rusuknya belum ia temukan. Mungkin masih tersasar di suatu tempat atau mungkin sedang bertambat pada hati yang lain? Waalahualam. Selesai sholat, Adam bangkit keluar dari mushola sebab dia ada jadwal dengan salah satu pasiennya sehabis ini. Saat hendak melangkah pergi masuk ke dalam rumah sakit. Adam melihat sebuah buku terjatuh tak jauh darinya. Adam menunduk mencoba mengambilnya, mata Adam membaca judul buku itu ‘tips menghindari stress berkepanjangan’ alis Adam langsung bertautan. “Afwan, itu buku saya.” Suara itu begitu lembut membuat Adam terhanyut sesaat. Mata Adam bertemu dengan manik mata pemilik suara itu. Namun manik mata yang ditatap Adam itu merunduk saat Adam memandang dirinya. Dia yang tertunduk hati Adam yang bergetar. Jutaan volt aliran listrik mengalir dari darah Adam. Rupa wanita itu begitu manis semanis manisan jambu buatan Ziza— Adik Adam. Astaghfirullah!  “Punya kamu?” tanya Adam. Wanita yang masih tertunduk itu menganggukan kepalanya sambil memandang bukunya di tangan Adam. Adam menyerahkannya pada wanita itu. Sudut bibir wanita itu terangkat. “Terima kasih.” ujar wanita itu, namun tangan Adam masih menahan bukunya. Wanita itu mengingatkan Adam akan sosok lain dimasa lalu. “Kamu stress?” tanya Adam spontan. “Hah?! E-maaf?” Wanita hampir saat memplototi Adam. Adam mengubah posisi berdirinya. Dua insan dengan satu buku mengapit mereka dengan jangkauan yang berbeda terlihat bergitu syahdu di depan rumah Allah. “Tertulis dibuku ini ‘tips menghindari stress berkepanjangan’ berarti kam—“ Wanita itu memotong cepat dengan tutur yang lembut. “Hanya karena judul dan buku itu milik saya, kamu bisa men-jugde saya secara sepihak? Bahkan orang paling berpengaruh di dunia, Rasulullah saw saja tidak pernah seperti itu. Apa yang kita lihat belum tentu sepaham dengan apa yang kita pikirkan.” Hati Adam berdegub kencang. Jawabnya mengetarkan hati Adam. Lengkungan senyum tercetak di wajah Adam. “Afwan, Dokter. Saya lagi buru-buru, baiklah sesama manusia kita tidak mempersulit orang lain.” kata wanita itu menarik paksa bukunya. Apa yang kamu lakukan, Dam? Istigfar! Baru aja kamu peringati Azril soal zina mata sekarang kamu sudah melakukannya. Baru saja Adam masuk ke rumah sakit segerombolan pasukan putih yang begitu tenar berjalan melewatinya. Adam menundukan kepalanya sambil tersenyum hangat pada pasukan putih itu. Namun seorang pria yang berada dipaling depan menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di depan Adam. Dialah Direktur Utama RS. Murtaza. ***  “Itu foto sudah usang perlu diperbaharui. Dua anak kecil itu sudah bertumbuh besar dan banyak berubah.” Adam tersenyum kecut mendengar penuturannya. Adam pun berjalan mendekati pria itu dan memijat punggungnya dari belakang. “Anak-anak Abi nggak ada yang berubah hanya bertambah tinggi saja.” Yah, dialah Abi Adam. Zulfikri, pemilik RS. Murtaza. Dan itu berarti Adam adalah calon penerus tunggal RS. Murtaza. Karena mengingat Adam adalah anak pertama dan laki-laki satu-satunya. Sedangkan adik Adam, Aziza Khairunnisa bergelut dalam dunia seni di negri seberang, Singapore. “Iyaiya anak-anak Abi bertambah tinggi saja. Lalu kamu kapan nikah?” Aish, Adam menghentikan pijatannya. Mengapa Allah mengingatkannya sampai 3 kali sehari? Sudah seperti minum obat saja! Adam lagi-lagi mengaruk tenguknya yang tidak gatal. “Segera, Bi.” jawab Ada singkat dengan tegas. “Segera kapan?” “E-inshaAllah, Bi.”  “Ingat umur Dam. Umurmu dan umur Abimu.” Satu kalimat penuh makna. Adam sangat paham itu. Adam menghela napas panjang. Dan satu hal yang terbayang dipikiran Adam adalah wajah manis wanita itu. Sebenarnya siapa kamu?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Rujuk

read
909.6K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook