Raka melotot melihat tempat tidur adiknya sudah kosong. Ia mengumpat berkali-kali karena tak menemukan Rayyan di kamar mandi atau di sudut mana pun dalam ruangan ini. Infusnya tergantung begitu saja, dan lihat ada bercak darah di lantai mungkin efek bocah itu mencabut paksa infusnya. Sudah malam. Kemana perginya anak itu? Apakah pulang? Atau ke mana? Seharusnya Rayyan mau bersabar menunggu sampai besok pagi jika benar-benar ingin pulang. Bukan melarikan diri seperti sekarang. "Gue tonjok kalau ketemu!" Raka berlari ke luar dari kamar rawat Rayyan hingga kemudian berpapasan dengan Ibel tak jauh dari posisi kamar adiknya berada. "Loh, kenapa kamu lari-lari?" tanya Ibel. "Ray hilang, Teh." Kelopak mata Ibel melebar, tak kalah kaget. "Kok bisa? Tadi sebelum kita tinggal shalat isya dia ma

