04: titan sakit

2472 Kata
Chapter 04: Titan Sakit .. Seharusnya rabu ini akan menjadi rabu yang seperti hari kemarin buat Hana, karena hari kemarin adalah copy-an dari hari ini. Iya itu kan seharusnya. Tapi kenyataan berkata lain.   Hana bangun jam empat lebih lima belas menit, setelah melaksanakan kewajibannya dia lalu ke kamar Joel. Berusaha membangunkan Joel dengan cara alus, ga sekasar kemarin sampe numpahin es. Enggak.   Hana membangunkan Joel dengan cara menepuk halus pipinya. "Jo bangunn, udah siang nih. Jangan ngebo mulu. Ntar di cipok Pak Rukmana."    Sinting emang si Hana, pagi-pagi udah bawa Pak Rukmana, lama-lama dijodohin juga siah, biar jadi istri kedua Pak Ruk. Eh jangan ah. Horor.   Tadinya Hana pengen sekalian nabok Joel kalo cowok itu ga bangun-bangun. Padahal niatnya ga kasar, tapi Joel emang sepertinya pantas di tabok sih. Akan tetapi, Hana merasakan kulit Joel terasa panas.   "Loh kok panas?" tanya Hana pada dirinya sendiri. "mungkin ini efek tangan aku yang dingin kali ya?"   Hana menyentuh kulitnya sendiri, biasanya suhu tubuh Hana yang normal itu emang agak anget, tapi ga sepanas Joel.   "Waduh!" Hana buru-buru mengambil termometer air raksa miliknya yang tentu saja sudah steril. Persetan dengan Joel yang belum bangun, membuka sedikit selimut yang menutupi tubuh Joel.   Aduh masih pagi padahal jangan ngetouching-touching anak orang. Sayangnya ini kepepet, dan Hana cuman ingat kalo termometer itu biasa dimasukan Ibunya kedalam ketiaknya. Dia pun melakukan hal yang sama pada Joel, karena kalo Hana memasukan itu ke mulut Joel sementara termometer itu pernah berada di ketiaknya kan jijik—tapi udah di cuci sih. Untungnya Joel enggak memakai baju seperti kemarin, jadi Hana bisa langsung memasukan termometer itu kedalam ketiak Joel, dan menahan lengan Joel dengan tangannya agar termometernya ga jatuh.   Menunggu sekitar 4 menitan sembari mendengarkan lagu B1A4. Dan hasilnya membuat Hana ingin menangis. 38 derajat celcius, itu bukan suhu normal kan?   Aduh mampus, kok ini titan bisa-bisanya sakit?   Hana cepat-cepat menelpon ibunya. Untung diangkat. "Ibuuuu."   "Apa Kak? Ini Ayah. Ibunya lagi masak."   Ah krik-krik, rasanya ingin ngakak karena yang menyahut malah Ayahnya sementara tadi dia memanggil Ibunya, tapi lagi genting nih.   "Ayahh, Joel suhu tubuhnya 38 derajat! Gimana atuhh? Dia demam kan? Atuh Kakak mesti ngapain?" tanya Hana panik. Iya lah panik, orang semalem Joel sehat-sehat aja, eh sekarang malah demam.   "APA, JOEL DEMAM?!" Kali ini Ibunya yang teriak.   Anjirlah telinga Hana sakit.   Hana mengangguk, padahal mah ga akan keliatan sama Ibunya. "Iya Bu. Tadi suhu tubuhnya Kakak ukur 38 derajat siah. Dibawa ke dokter aja gitu?"   "Atuh makannya kamu tuh yang bener jagain Joelnya, jangan ninggalin dia dan ngebuat dia sampe kehujanan. Jangan bikin dia telat makan!" Hana menelan ludahnya, terciduk sudah dia. Tapi tau darimana coba Ibunya?   "Engga da—"   "Engga-Engga gimana?! Ibu tahu kok, kamu kan yang nyebabin Joel demam gini?! Yah pokoknya minggu ini Ibu potong uang jajan kamu karena bikin Joel sakit."   Hana melotot. DIPOTONG?! WHAT THE HELL?! YA KALI DUIT JAJAN HANA DIPOTONG CUMAN GARA-GARA JOEL SAKIT?! "IBUU JANGAN ATUH, KAKAK BELUM BAYAR UANG KASS. JANGAN DI POTONG IHHH."   "Suruh siapa kamu ngejagain Joelnya ga bener."   Duh rasanya Hana ingin cry sembari berkata kasar. Kan Joel sakit sendiri, Hana bahkan enggak tau penyebabnya apaan. Dan tiba-tiba uang jajannya di potong?! Bener ini mah, Hana mau ngewanna die in si Joel aja. Eh tapi jangan deng, takutnya dia yang menjadi terlantar terus jadi gembel kota Bandung.   "Terus sekarang Joel gimana?"   Ibunya menyahut dengan ketus, "Ya ga tau. Urus aja sendiri Ibu mau kerja."   "Tapi Bu—" tutt-tutt, sambungan terputus, oh ralat diputus.   "ARGHHHHH KESALLLLLLLLL!" Hana menjambak rambutnya sendiri, hampir saja melemparkan hpnya, tapi sayang harganya mahal, yaudah ga jadi.   Hana berteriak cukup keras sampai akhirnya Joel terbangun. "Eungh Hana, ahh sakit," Joel memegang kepalanya yang terasa berat. Joel sendiri juga heran kenapa kepalanya   Well, ini kenapa kesannya kaya Hana yang malah ngecabulin Joel? Pake mendesah segala, sama kenapa dia ngenututpin dadanya gitu? EMANGNYA HANA NGAPAIN?!   "Ha-Hana tadi kamu ngapain? Kenapa selimutnya kebuka?” Kenapa rasanya Joel malah nuduh Hana? Anjir mana mukanya ga banget.   "Tadi kamu panas, terus aku ngukur suhu tubuh kamu pake termometer yang di ketiak kamu. Jadi yah gitu," balas Hana dengan wajah datar khasnya. "jangan mikir yang aneh-aneh."   "T-terus sekarang gimana? Badan aku panas? Kapan kita mau sekolah?"   Hana benar-benar ingin menampar Joel untuk kali ini. Sepertinya kata Imma bener, polos sama g****k itu beda tipis.   Hana membalas. "Sekarang kamu tidur aja lagi."   "Sekolahnya gimana?" Kenapa Joel kekeuh pengen sekolah?   "Jangan sekolah dulu atuh lah, kipli! Kamu kan sakit!" Lama-lama Hana tendang juga ini bocah.   "Aku Joel bukan kipli."   "Iya karep maneh aja lah, aing lieur." Hana akhirnya pergi ke kamarnya meninggalkan Joel yang cengo ganteng karena ga ngerti apa yang Hana ucapkan tadi.   Hana mengambil dua lembar kertas dan menulis surat keterangan bahwa Joel enggak bisa masuk ke sekolah karena sakit, sedangkan Hana enggak masuk ke Sekolah karena izin ada acara keluarga. Dibedain  biar ga ada yang curiga.   Setelah menulis kedua surat, memalsukan tanda tangan orangtuanya juga orangtua Joel, Hana memasukan kedua kertas itu ke dalam amplop. Dia lalu pergi keluar, tepatnya ke rumah Ical yang cuman enggak begitu jauh dari rumahnya. Yang jauh mah rumah Imma, lagian kalo Hana ke rumah Imma mah keburu terciduk sama penghuni sekolah karena rumah Imma deket dengan sekolah.   "ICALLLL, ICALLL, ANAK ILANGGGG, JANGAN BILANG MASIH MOLORR! ICAL ARYA WIGUNAAAA!" teriak Hana enggak pake santai di depan jendela kamar Ical. Udah biasa dia mah, sahabat dari orok sih. Penjaganya aja udah keseringan ngemaklumin Hana dan Imma yang kalo dateng kaya jelangkung.   Rumah Ical itu sebelas duabelas sama gedong, luas banget anjir, malahan sampe ada kolam renangnya. Yah rumah Imma lebih luas lagi sih. Udah lah dua orang itu mah rumahnya sama-sama luas! Makannya Hana males masuk ke rumah Ical lewat pintu depan. Mending muter aja langsung ke kamarnya. Walaupun yah mesti nista dan manggilin Ical lewat jendela.   Ical membuka gordennya, menatap Hana males. Dia baru bangun kawan. "Aya naon jir? Isuk-isuk gini sia udah gandeng jiga hayam," tanyanya sembari mengaruk-garuk rambutnya.   Hana emang alarm terbaik dibanding hp Iphone boba Ical yang dari tadi ngebangunin tapi malah dibanting.   Holang kaya mah bebas kawan.   Hana memberikan kedua amplop yang dia tulis pada Ical. "Urang nitip ini lah pang ke kelasin. Soalna urang moal ka sekola."   "Kok dua? Maneh boga (lo punya) kembaran?" tanya Ical bingung. Padahal kan Hana yang enggak sekolah, kenapa ngasihnya dua surat?   "Ada, Yoona Snsd tuh kembaran urang bising maneh can nyaho."   "Hudang anjir sia the, halu weh terus mentang-mentang halu ga bayar," kata Ical sambil nyubit pipi Hana. "punya siapa aja ini?"   "Punya gue sama Joel."   Ical mengorek telinganya. "Toel?"   Hana menghela napasnya kesal. Kenapa cowok-cowok yang konon ganteng itu malah seolah memintanya untuk mengatainya dengan bahasa Binatang. Anjing misalnya. "Anjing." Tuh kan kelepasan.   "Hah, ini surat dari anjing?" tanya Ical lagi. Entah b**o atau budeg. Tapi ga mungkin b**o sih, anak ini juara OSN matematika pas  SMP, semester kemarin dia ranking 3 paralel IPA.  Begonya diragukan, tapi gobloknya sih enggak perlu diragukan lagi. Kerasa soalnya.   "Ini surat dari Joel, tetangga gue. Ibunya nitipin surat ini karena dia sakit," kata Hana menjelaskan. Agak bohong dikit tapi biarin lah, yang penting dikasihin.   Ical mengangguk mengerti. Punggung tangannya lalu menyentuh pipi Hana. "Terus maneh kenapa ga sekolah? Maneh ga sakit kan? Tapi anget gini hm."   "Urang aya urusan." Hana ngebohong lagi.   "Urusan naon?"   "Ih kepo da maneh."   "Bah anying si koplok."   "Ah engeus lah, tong poho suratna pang ka kelas urang keun. Buru mandi maneh teh, geus satengah dalapan yeuh!" ucap Hana setengah bercanda. Setengah delapan dari mana dah? Setengah tujuh aja belom.   Karena pasti Ical bakalan cengo sambil bilang, "Hah?"   Dan Hana bisa ngebales, "Hih hah. Wekawekawekakaak."   "HANNAAAAAAA!" Demi Tuhan, Ical pengen ngebuang Hana ke segitiga Bermuda!     Hana kembali ke rumah setelah berkeliling mencari tukang bubur, tapi rata-rata pada abis semua. Dia kalah bersaing sama ibu-ibu senam jaman now yang ngebubur abis senam sama sebelum senam. Padahal jam 7 juga belum. The power of emak-emak emang beda.   Akhirnya Hana pulang, doi berinisiatif membuatkan bubur—yang sebenarnya cuman bubur sederhana kaya yang dulu dia buatin buat saudaranya yang masih bayi—cuman pake bahan seadanya, kaya nasi, wortel, dan bahan sisa yang ada di kulkas. Sepertinya sore ini Hana harus belanja lagi.   "Joel," Hana kembali ke kamar Joel, membawa nampan berisi mangkuk bubur tim dan segelas air.   Joel yang semula hampir tertidur kini terbangun. Dia sudah memakai kaos untuk menutupi tubuhnya. Jaga-jaga takutnya Hana mentouching-touching Joel lagi, padahal mah enggak bakal kali. Emang si Joel aja pikirannya kaga ada ahlak.   Hana menyodorkan mangkuk itu. "Ini buburnya, makan dulu gih."   Joel menerimanya. Agak bingung sebenarnya kenapa Hana mendadak membawakannya bubur. Omong-omong ini bukan racun kan? Joel Souzon mulu perasaan.   Seolah dapat membaca apa yang Joel pikirkan, Hana berkata. "Walaupun aku yang buat, itu ga ada racunnya kok. Dijamin sehat, cuman paling rasanya enggak begitu enak."   Joel mencobanya. Yah enggak buruk, seenggaknya ada rasa gurih dari bubur tanpa ayam itu. Bisa dibilang enak lah.   "Hana udah makan?" tanya Joel.   "Belum, nanti aja abis sesapu," balas Hana. Iya lah dia ga mau makan, tadi kan sebelum buat bubur Hana udah minum segelas energen. Masih kenyang.   Hana masih sibuk dengan ponselnya, chat dengan seksi absensi lain di kelasnya. Untungnya seksi absensi itu bukan gengnya Jihan, kalo iya yang ada Hana malah di alfa-in walaupun udah bikin surat keterangan—palsu sih. Frida masih baik padanya, seenggaknya enggak memalsukan keadaan. Frida juga bilang suratnya udah sampai diterima dengan selamat dari Ical.   Hana lega setelah tau kenyataan itu. Iya lah, soalnya SMA Yudhigraha termasuk sekolah yang cukup ketat, kalo enggak masuk sangat diwajibkan mengirimkan surat keterangan yang ditandatangani oleh orangtua. Enggak bisa mengirim sms atau wa.   Kalo pun enggak bisa ngirim surat, nanti pas masuk harus ngebawa surat keterangan bahwa dia sakit sehingga enggak di 'alfa'kan. Dan Hana itu seksi absensi, kan ga lucu kalo sie absensi dialfa kan.   "Han," Joel tiba-tiba memanggilnya, Hana otomatis menoleh lah dan Joel malah menyuapinya bubur. "ayo makan bareng."   Hana melotot tapi tetep aja menelan bubur yang udah masuk ke mulutnya. Ga buruk, tapi ini kan sama aja dengan ciuman ga langsung iya ga sih? TYDACCCC, AKOEH MASIH SUCIHHH! Inner Hana auto berteriak dengan alay.   Kalo yang didepannya itu Ical, udah ini mah, tinju Hana bakal melayang ke wajahnya. Tapi sayangnya ini Joel. Kalo di sakitin takutnya dia laporan atau apa dan tiba-tiba uang jajannya di potong lagi, KAN GA LUCU.   "Iya aku makan, tapi nanti," Hana lalu berdiri dan mengusap-usap rambut Joel. "kamu aja dulu yang makan. Kamu kan lagi sakit. Oh iya kalo mau nambah buburnya ada di dapur ya. Jangan lupa piringnya di cuci juga."   Setelah ngomong gitu, Hana pergi gitu aja dari kamar Joel, meninggalkan Joel yang hatinya tersentuh karena perhatian Hana. Meskipun orang baru di hidupnya bisa dibilang Hana itu perhatian banget, lebih perhtian ketimbang oranguanya Joel.   Soalnya selama dua tahun terakhir setelah orangtuanya cerai Joel enggak pernah diginiin. Sekalipun waktu itu Joel sakit tifus, enggak ada satupun orang di rumahnya yang merawatnya. Malahan Joel cuman makan mie instan dan makan makanan yang dipesen dari luar, orangtuanya lebih sering perang adu bacot dan setelah bercerai, Joel malah enggak di urus.   Barulah ketika belajar bahasa Indonesia di Singapura bersama keluarga Hana—yang pindah kesana karena pekerjaan Ayahnya Hana, Joel yang sempat mirip dengan orang pinggiran baru diurus kembali sampai jadi tampan bersih nan wangi seperti sekarang.   Kedua jujur Joel agak baper karena Hana perhatian padanya sampe ngukur suhu tubuhnya, walaupun kaya mau diperkosa. Padahal yah Joel ngerasa ga sakit-sakit amat. Cuman panas doang, nanti sore juga udah enggak. Tubuhnya emang begitu kalo kaget dengan suasana baru.   Dan terakhir dia baper karena Hana mengusap rambutnya tadi. Jadi kangen Ibu aslinya kalo udah gini tuh. Karena yang terakhir ngusapin kepala Joel itu Ibu aslinya.   Joel menggeleng kan keplanya. 'Enggak, ga boleh gini!' batinnya kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Cepat-cepat dia menghabiskan buburnya dan mencucinya sesuai permintaan Hana.   Tadinya setelah itu Joel ingin bermain mobile legend atau dota lagi sih, cuman entah kenapa dia matanya malah tertuju pada Hana yang lagi sesapu ruang tengah. Pengen ngebantuin, tapi takutnya Joel malah di takol benda dengan gagang panjang bernama sapu itu.   Akhirnya yah Joel kembali ke kamar. Bermain mobile legend dengan ponsel pintarnya sembari tiduran. Dia tau permainan ini karena dikasih tau sama Hanif, adiknya Hana. Joel dan Hanif akhirnya akrab karena mobile legend.   Sementara Joel bermain game sendiri, Hana yah tentu saja membereskan rumah. Mengingat amanat sang Nenek yang berada di Subang kalau anak perempuan itu harus pandai mengurus rumah sejak dini. Dulu sih waktu Hana masih sendiri atau orangtuanya masih disini, dia bodo amat sama keadaan rumah. Apalagi kalo sendiri kan enggak ada yang mantau, jadi bebas lah mau diberesin atau enggak juga.   Tapi sekarang kan ada Joel. Bisa saja Joel melaporkannya kepada sang Ibu. Hana ga mau uang jajannya di potong lagi. Itu ngeri banget bos   Enggak di potong aja dia enggap, apalagi kalo di potong. Ini mah kudu rada-rada sering minta gratisan euy.   Hana punya standar bersih yang agak beda dari neneknya yang perfeksionis. Jadi enggak butuh waktu lama, Hana sudah menyelesaikan pekerjaannya.   Setelah itu dia tiduran di sofa sembari mencari drama korea baru, film baru, atau anime baru yang kira-kira bagus untuk di tonton, emang agak bisa menguras kuota. Tapi tenang, kuotanyaa enggak akan habis orang di rumahnya ada wifi kok. Joel aja yang ga tau.   Sayangnya Hana enggak menemukan tontonan yang bagus, sampai dia bosan, dan akhirnya ketiduran di sofa. Yah emang Hana mah enggak begitu suka nonton sih.   Joel sadar suara-suara aneh itu enggak lagi terdengar ketika dia sudah menyelesaikan game untuk level yang ini. Joel sengaja mempause gamenya dan melihat Hana yang tertidur di sofa.   Awalnya enggak ada niat membawa Hana ke kamarnya. Hanya saja tubuh Hana banyak gerak gitu, Joel takut Hana jatuh. Kan kasian kalo di jatuh, ntar idungnya malah bengkak. Eh enggak. Ya Joel ngerasa kasian aja.   Akhirnya Joel berjalan mendekati Hana. 'Cuman sebentar,' pikirnya lalu mengangkat tubuh Hana. Tubuh Hana cuman empat puluh tujuh kilogram, dan itu buat Joel mah ringan, maka dari itu dia lancar-lancar saja membawa Hana sampai ke kasurnya. Enggak lupa Joel juga menaruh ponsel Hana di meja yang ada disamping kasurnya.   "Hana tidur yang nyenyak ya," bisik Joel pelan lalu menyelimuti tubuh Hana. "thanks, buburnya enak." ...  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN