Chapter 01 Kedatangan Joel
"The First collaboration of JYP
and Brave Sound
Here we comes Sunmi
Eh eh eh eh eh eh eh eh eh eh
Eh eh eh eh eh
Ok it's time to leggo
Jigeum dangjang amumaldo pillyoeobseo
Geudaewa naui nunbichi malhaejuneun geol
Malhajima amu maldo pillyoeobseo.
Chokchogi jeojeun nae ipsure salmyeosi dagawa ip matchwojwo."
Lagu milik Sunmi yang berjudul Full Moon menggema cukup keras di kamar dengan nuansa serba biru ini. Membuat suasana rumah ini terasa enggak sepi—walau hanya di isi oleh satu orang.
Orang itu Hana Ayanna Zein, gadis berumur 15 tahun yang sedang mengerjakan tugas di LKS Sejarah sembari mendengarkan lagu, sesekali ia ikut bernyanyi. Hana menyukai suara dari mantan personel Wonder Girls itu.
Namun, ketika Hana sedang asiknya menyalin jawaban dari brainly ke LKSnya, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi.
TING NONG.
Hana kembali duduk tegak. "MASUK WEH IM!" teriaknya sekali napas, tentunya Hana berteriak setelah mengambil napas yang cukup lama.
Hana yakin orang yang memencet bel itu Imma, sahabatnya sejak jaman masih menyukai Teletubis, ya Imma Masrifah Yudhigraha.
Enggak ada sahutan, yang ada malah orang itu mengetuk-ngetuk pintu rumahnya. Cukup keras sampai Hana kesal sendiri.
Oh atuh lah, dia itu mager, pake bingit. Gravitasi di kasur ini lebih kuat menahannya untuk diam dibanding harus membukakan pintu untuk Imma.
TING NONG. TING NONG!
Sekali lagi bel dibunyikan dan Hana menjadi geram sendiri.
What the hell banget, kenapa sih pintunya manja?! Kenapa engga ngebuka sendiri aja?! Ya karena ini bukan Dora woi! Suka ngadi-ngadi si Hana ini.
Akhirnya Hana bangun, walaupun masih agak malas. Dia berjalan ke arah pintu depan rumahnya dan membukanya, bersiap memaki Imma dengan segala macam makian dan bahasa binatang. Akan tetapi, sayang sekali yang datang bukan Imma.
"Ai sia kunaon manja pisan?! kenapa enggak ngebuka pin—IBUU?!"
"Apa hah? Lama banget ngebukain pintunya pas ngebuka malah marah-marah," kata orang dibalik pintu itu yang ternyata adalah Ibunya Hana.
Hana memanyunkan bibirnya begitu mendengar ucapan sang Nyonya Besar. Marah aja belum, suka soudzon gitu da si Ibu. Pms ya?
Tapi begitu Hana sadar yang datang Ibunya, dia segera kicep, lalu nyengir polos. "Ehehe Ibu," salam dulu dia ke Ibunya, karena ga mau di cap durhaka. "dikirain Imma. Abis ibu ga bilang mau dateng sih."
"Handphone ibu batrenya abis ini juga ngedadak sih. Ibu enggak sempet ngehubungin kamu," balas Ibunya Hana itu. "Ibu akan diajak masuk nih? Kamu enggak kasian sama Ibu dan cowok yang ada dibelakang Ibu?"
Hana mundur beberapa langkah. Baru sadar ada orang lain selain ibunya disini, dan juga ada banyak barang; koper, dan dus-dus aneh. Tapi buat apa? Ibunya mau pindah kesini lagi?
"Mangga Nyai," ucap Hana sepenuh hati mempersilakan Ibunya untuk masuk. Walaupun dia sendiri masih bingung karena tiba-tiba Ibunya datang tak diundang seperti jelangkung dan membawa banyak barang kaya mau pindahan. Jangan lupakan cowok berkulit putih yang setia mengekor dibelakang Ibunya seperti anak anjing.
Cakep sih cowoknya. Tubuh cowok jangkung, lebih jangkung dari Hana dan juga—Hana yakin—lebih jangkung dari Ical. Kulit cowok itu putih, hidungnya mancung, selain itu dia memiliki mata yang tajam, dia juga punya bibir yang bentuknya seksi namun lengkungannya seperti kucing.
Sepertinya lelaki itu orang Korea, diliat sekilas dia seperti ketua osis di sekolahnya yang juga merupakan keturunan Korea - Sunda, si Mas optimus Hwang Arthur.
Ibunya Hana mengajak anak sulungnya dan cowok itu untuk duduk di ruang tengah.
Tapi sebelumnya Ibunya Hana menaruh tiga koper besar di dekat kamar Hana.
"Tumben sendiri, Ayah sama Hanif mana?" tanya Hana tanpa basa-basi lagi. Heran aja soalnya Ibunya kesini sendiri, enggak bareng sama ayah dan adik lelakinya.
Biasanya kan mereka kalau kesini kompakan gitu. Kaya teletubis.
Imma bahkan pernah menyebut keluarga Hana keluarga teletubis, karena mereka emang terdiri atas 4 orang. Seperti Tinkiwinki, Dipsi, Lala, dan Po.
"Ayah kamu sibuk, si Hanif mah nantinya enggak mau balik ke Singapura kalo udah kesini," kata Ibunya Hana membalas pertanyaan anak sulungnya itu.
Hana mengangguk sembari ber-oh ria. "Terus kenapa ibu kesini? Sama cowok lagi. Ibu engga bakal ngejodohin aku sama dia kan?" tanya Hana sembari menunjuk cowok itu dengan jarinya.
Hanya saja jawaban Ibunya membuat Hana terpelatuk. "Engga lah, kebagusan dia buat kamu mah, Kak."
'Anjer. Kalau bukan Ibu, sudah aing sleding kepalanya,' batin Hana sedih sembari mengelus dadanya. 'sabar Han, sabar.' Menutupi rasa gondoknya, Hana bertanya kembali. "Terus kenapa Ibu ngajak dia kesini?"
"Soalnya mulai sekarang dia bakal tinggal disini bareng kamu."
Satu detik pertama Hana terdiam, mencoba mencerna apa yang ucapkan Ibunya barusan. Tiga detik setelah otaknya tersambung dengan kenyataan, Hana lantas menganga lebar. Kenapa sih hari ini Ibunya penuh kejutan banget?
"Ibu Hereuy kan? Serius ih anjir, Ibu bercanda kan?" tanya Hana setengah tertawa paksa. "Bu, ulang tahun Kaka masih lama loh. Jangan ngasih Kaka kejutan sekarang."
Hana berharap Ibunya mengiyakan ucapan Hana, tapi kenyataan berkata lain.
"Ibu serius."
Wakwaw. Hana hampir mati ditampar kenyataan. YANG BENER AJA MASA COWOK ITU TINGGAL DI RUMAHNYA SIH?
"Oh berati Ibu juga tinggal disini lagi?" Hana mencoba berpikir positif lagi. Semoga saja yang di ucapkan guru sejarahnya tentang: kalau kamu berpikir positif, yang terjadi pun akan positif akan benar-benar terjadi sekarang.
"Engga lah, Ibu besok balik ke Singapura, masih banyak kerjaan. Kamu tinggal berdua sama Joel disini."
"HAH?!" Hana kaget, kaget banget sampai-sampai dia nampar pipinya sendiri.
Untung aja Ibunya enggak nyaut begini. "Hih hah." Kalo gitu berati ibunya kebanyakan main sama bucin alias b***k micin.
"Apa sih lebay banget, kamu kan suka orang Korea, Ibu ngebawain kamu yang asli buat kamu jaga. Ya anggap aja ini orang yang biasa kamu teriakin pas yetel lau. Jadi ga usah lebay gitu deh."
Lidah Hana terasa kelu, beneran ga bisa ngelak apa-apa lagi. Emang sih, Hana suka sama Idol Korea, seperti Bigbang, Sunmi, Davichi, Exo, BAP, dan lainnya.
Tapi kalo ada cowok asing yang mendadak tinggal dirumahnya seperti ini, TETEP ENGGAK MAU! WALAUPUN DIA GANTENGNYA GA JAUH DARI CHA EUNWOO!
Pasti repot kan? Ngurus makannya, ngebangunin dia, ngebikin dia ngerti bahasa Indonesia dengan segala t***k bengeknya, belum lagi kalo udah ketauan tinggal serumah sama cowok sama murid satu sekolah. Bakal dikatain cewek murahan entarnya.
Dapet hadiah eksklusif dari ketos dan deket sama Ical aja dikatain cewek ga benernya sampe sekarang, ditambah lagi kalo harus tinggal sama mahluk ini.
Ugh. Kezal.
Hana sudah bisa membayangkan betapa kampretnya hari-hari yang bakal dia jalani kedepannya karena cowok yang sedari tadi nunduk seperti menatap atom di lantai sembari memainkan jari-jarinya itu.
Hana menghela napasnya. "Oke, tapi kasih lima alasan yang ngebuat aku harus nerima dia disini," kata Hana. Untung enggak auto berubah jadi batu karen udah nantangin emaknya sendiri. "lagian kenapa sih enggak ngekos aja? Terus kenapa ga tinggal sama Ibu di Singapura aja? Kenapa harus sama Kaka disini sih anjir?"
"Kakak, denger ya, sebenernya pemindahan Joel kesini itu bukan ngedadak hari ini. Dia udah direncanakan pindah dari tahun lalu, tapi waktu itu Joel belum bisa bahasa Indonesia, jadi baru dipindahin pas Joel udah bisa menguasain bahasa Indonesia dasar dengan benar, seenggaknya tata kalimatnya udah lumayan," ucap sang ibu, menjelaskan.
Hana mengangguk mendengarkan. "Lalu?"
Ibunya melanjutkan, "Ibu sudah mengurus semua administrasinya dari kemarin-kemarin, termasuk test masuk dan lain-lain. Kamu enggak perlu khawatir tentang hal itu. Kamu hanya perlu menjaganya seperti kamu menjaga Hanif."
Hana memasang wajah flat begitu mendengar jawaban ibunya. Masalahnya dia aja enggak pernah sudi menjaga Hanif—adik lelakinya yang baru berumur 13 tahun. Soalnya Hanif pecicilan kaya cacing kepanasan. Bukannya menjaga, Hana lebih sering perang dengan Hanif.
Jadi apa kah sekarang Hana juga harus mengibarkan bendera perang dengan lelaki sok polos ini?
"Ibu tapii ..."
"Udah enggak ada tapi-tapian. Mulai sekarang kamu dan Joel tinggal serumah," ucap Ibunya dengan nada absolut yang enggak mungkin Hana tentang. "jadi mendingan sekarang kalian kenalan saja."
Hana lihat sekilas lelaki itu mengangkat kepalanya, Joel menatap mata Hana lalu menunduk lagi dengan cepat.
'Dia kunaon ya Gusti? Padahal ga usah nunduk da aing teh lain jurig, tulul,' kata Hana dalam hati, merasa terhina karena dari tadi lelaki itu menundukan kepalanya terus. Persis kaya lagi mengheningkan cipta.
Jujur aaja Hana merasa hina. Tapi da emang hina si Hana mah.
Hana sebenernya berinisiatif mengajaknya berkenalan tapi tiba-tiba saja lelaki itu berdiri dan memperkenalkan dirinya. "H-helo i'm Baymax."
Krik krik.
Hana cengo, ibunya cuman bisa menutup mulut, sedangkan Joel menutup wajah dengan kedua tangan besarnya.
Rumah ini sekarang hening. Dan bahkan saking heningnya sepertinya Hana bisa mendengar nyanyian jangkrik yang sedang mentertawakan lelaki itu.
Menggelengkan kepala, Hana lalu menatapnya bingung. Ah sepertinya cowok ini kecanduan film Big Hero 6, atau dia Baymax lovers?
"Wait, you are Baymax? Sorry but, hah? Are you kidding me?" tanya Hana setengah menahan tawa. Sebenernya dia pengen banget ketawa keras, tapi takut tiba-tiba perutnya mengeluarkan BMW karena disantet oleh Ibunya sendiri. Horor kan?
Lelaki yang mungkin sedang kerasukan arwah Baymax itu perlahan pipinya memerah. Dia menggelengkan kepalanya lalu berkata kembali, "No no no! Ah I'm sorry. My name is Joel Lee and you can call me Joel, nice to meet you Hana-ya."
Hana menganggukkan kepalanya lalu berdiri juga. "Nice to meet you too Baymax, um i'm mean Joel Lee. My name is Hana Ayanna Zein, you can call me Hana," ucap Hana dibarengi senyum manis setengah menahan tawa.
Joel agak keget sebenarnya ketika melihat Hana tersenyum tadi. 'Hana punya berapa kepribadian?' tanyanya dalam hati, kalo diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar pertanyaannya gitu. Karena kalau Joel enggak salah mengartikan percakapan Hana dengan Ibunya sebelum berkenalan, Hana keberatan dengan kehadiran Joel. Tapi tadi, kenapa dia tersenyum?
Joel sepertinya enggak tahu kalau Hana ini jago berakting, hm. Jago pura-pura tepatnya.
Ibunya Hana ikut tersenyum, lega seenggaknya misinya mulai berkurang. Beliau kemudian berdiri lalu mengajak Hana berbicara di kamarnya. Setelah minta persetujuan Joel tepatnya. Walaupun yah Joel mah iya-iya aja.
Asal tahu saja, Hana sempat mules karena Ibunya mengajaknya berbicara begitu, empat mata pula! Ini mencurigakan kalau Hana boleh jujur. Pasti ada apa-apanya.
"Apa?" tanya Hana, dia enggak mau basa-basi, toh Ibunya sudah tau karakter Hana gimana.
"Jadi ini adalah misi kita ..."
"Misi apa Nyai? Misi mencari hutan suling bambu?" tanya Hana setengah melawak.
Berbicara misi Hana malah teringat kartun Dora. Tadi sebelum pulang Ghazi dan temen-temennya di kelas kompakan menonton kartun Dora dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang sebenernya enggak usah di jawab.
Kaya: Kemana kita sekarang?
Dimana gunung eskrim berada? Dan lainnya. Penggemar Dora pasti tau lah ya.
"Bukan ih!" Ibunya Hana menggelengkan kepalanya. "jadi selama Joel disini kamu bertugas buat bikin dia lebih ceria gituu, yah minimal jadi kaya sobat kamu yang cowok itu. Siapa sih namanya? Ilang ya?"
"Ical Bu," Hana membetulkan walaupun Ibunya enggak salah juga karena Ical kalau dalam bahasa Sunda artinya Ilang, "nanti jadinya dia kerdus dong? Ical kan kerdus suka ngegodain cewek tapi ujung-ujungnya dia digantungin kaya kunci gitar."
Ibunya Hana lagi-lagi menepuk kepalanya sendiri. Dia enggak mengerti jalan pikir Hana yang udah absurd gak tertolong. "Bukan kak. Jadi kamu harus ngebuat kepribadian Joel jadi lebih manusiawi, jangan terlalu pendiem, jangan sering bengong, yah minimal lebih ceria. Soalnya Joel tuh pendiem banget, pertama ketemu aja Ibu kira dia kesambet."
"Dia keliatannya enggak gitu." Hana Nampak enggak percaya ucapan ibunya barusan. Emang durhaka si Hana ini.
"Dia gitu, kamu aja yang engga tau."
Hana mengangguk. Prinsipnya kali ini: Iyain aja biar cepet. "Ada lagi Nyai?"
"Enggak, udah itu aja. Dan tambahannya kamu enggak boleh nyakitin dia. Fisik ataupun batin. Jaga mulut kamu biar ga nusuk-nusuk amat. Sekarang kan Joel housemate kamu, baik-baik sama dia."
"Siap Nyai!"
By the way, kesel ya dipanggil Nyai mulu. Pengennya sih ngejedukin kepala Hana ke tembok, tapi otaknya takut makin ga bener.
"Yaudah atuh, Ibu sama Joel mau keluar dulu. Mau ikut?" tanya Ibunya.
Hana menggeleng. "Enggak, nitip aja."
"Nitip apa?"
"Tokenoi spicy tiga. Pengen ayam geprek Bensu yang ada keju lelehnya, tapi level nol aja. Terus pengen zupa soup 2. Penutupnya pengen blueberry chesecake aja, dua ya."
Ibunya Hana senyum pait, anaknya ajas manfaat banget. 'Tekor aing ya Gusti.'
Kenapa Hana minta di laknatin banget si?
"Kalau enggak dibeliin besoknya Joel aku suruh tidur diluar," ancam Hana disertai senyum setan. Lupa kali ya ngomong gitu ke Ibu sendiri bisa di laknat jadi batu.
Emang kurang ajar banget si Hana. Tapi menurut Hana sih lebih kurang ajar Ibunya Hana yang tiba-tiba membawa lelaki bernama Joel itu untuk tinggal di rumahnya dengan alasan yang kurang masuk akal.
"Oke-oke Ndoro," kata Ibunya Hana. Hana tersenyum penuh kemenangan. Nah gitu dong.
Tapi ini baru permulaan sebelum menghadapi hari-hati beratnya bersama cowok tadi. Siapa namanya? Toel? Yah pokoknya itu lah.
Tokenoi Spicy adalah moodboster buat Hana. Jika perempuan lain lebih menyukai coklat sebagai pengilang stress, Hana lebih menyukai rumput laut itu. Seenggaknya rumput laut bisa dimakan dengan nasi hangat ketika dia males masak, dan lagi rumput laut yang memiliki rasa gurih dengan sedikit pedas itu bisa membuat kekasalan Hana terhadap Joel berkurang hari ini.
Tapi enggak tahu kalau besok.
Tunggu aja.
Abisnya Joel rada ngeselin, ini baju dia kenapa Hana juga harus ngebantuin dia ngeberesin bajunya?
Bajunya berati urusannya lah, bukan urusan Hana.
"Selesai," kata Hana lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke langit-langit, sedikit merenggangkan badannya yang pegal yang harus duduk, melipat bajunya, kemudian berdiri untuk menaruh bajunya Joel di lemari, sialnya dia mengulangi itu semua sampe 14 kali!
Joel menoleh ke arahnya, "T-terima kasih," katanya mencoba pede berbicara bahasa Indonesia. Sedari tadi dia belum ngomong pake bahasa Indonesia sebenernya.
Takut diketawain sama Hana soalnya.
Hana cuman mengangguk saja mendengarnya, ga begitu peduli sih.
Joel bernapas lega dengan hidungnya yang cukup besar. Ia pikir urusannya dengan gadis berambut pendek itu udah selesai, akan tetapi dia salah.
Hana mengajaknya untuk berbicara empat mata setelah mendengar suara dengkuran milik sang Ibu dikamarnya.
"So Joel, mulai sekarang kamu tinggal disini kan?" Joel mengangguk menanggapinnya. Hana lantas melanjutkan, "Jadi kita membuat sedikit perjanjian. Oke?"
"Perjanjian? Sepakat? Em deal?" tanya Joel mencoba untuk mengerti, dia mengaitkan kata yang Hana ucapkan dengan kata yang dia ketahui.
Hana mengangguk mengiyakan. "Iyap, perjanjian pertama adalah kita enggak boleh deket-deket pas di sekolah. Pokoknya harus berjarak lima meter!" Hana kemudian mundur beberapa langkah sampai punggungnya menabrak tembok, "seperti ini."
Joel sebenarnya bingung. Berjarak lima meter? Apa setiap hari dia harus membawa meteran dan mengukur jarak dari berdiri dengan Hana?
Akan tetapi pada akhirnya Joel mengangguk saja, ekspresi Hana dan nada suaranya terdengar telalu menyeramkan untuk Joel lawan.
"Kedua, pokoknya kita harus berbagi mengerjakan tugas rumah. Kalau aku yang masak, kamu cuci piring. Aku yang nyuci, kamu yang ngejemur. Eh tapi kalo pakean dalam urusan sendiri-sendiri. Aku yang sesapu, kamu yang ngepel. Oke?"
Joel lagi-lagi mengangguk, padahal dia sendiri ga bisa sesapu aapalagi ngepel.
"Dan satu lagi, yang paling penting, yang enggak boleh kamu langgar adalah kamu enggak boleh bilang ke siapapun kalau kamu tinggal sama aku disini. Kalau ditanya alamat rumah pura-pura b**o aja. Mengerti?"
Joel ingin bertanya alasan dari dilakukannya perjanjian aneh itu. Kenapa Hana melarangnya ini dan itu?
Dan masalahnya b**o itu apa?
Tapi lagi-lagi tatapan Hana terlalu absolut untuk di lawan. Tau Hitler? Tuh si Hana mirip Hitler sekarang tatapannya.
Joel mana berani melawannya dan akhirnya hanya mengiyakan ucapan kakaknya Hanif itu. Padahal dulu pas ketemu Hanif, dia ga segitunya ngelarang Joel ini dan Itu.
Hana mengangguk lega. "Oke, sekarang kamu tidur. Sekolah di Indonesia enggak sesiang ke Korea sana. Masuk jam enam lebih empat puluh menit. Dipastikan jam lima kamu sudah bangun atau engga aku tinggalin kamu."
"I-iya."
Hana lalu pergi ke kamarnya, tanpa mengucapkan selamat malam atau apapun. Joel yang mengintip punggung Hana hanya bisa berkata: 'Good night Hana-ya,' dalam hati tentunya.
Ah, dia yakin, esok akan jadi hari yang melelahkan.