02: sekulahh

3706 Kata
Chapter 02 Sekulah  Hari selasa pukul empat lebih lima belas menit, Hana sudah bangun karena menang dibangunkan sang Ibu dengan cara agak kejam.   "KAKAKK BANGUNN, UDAH JAM 8 INI! KAMU ENGGAK AKAN SEKOLAH?! NANTI DI MARAHIN PAK RUKMANA!" begitu lah kira-kira teriakan Ibunya beberapa menit yang lalu.   Hoax banget anjir!   JAM DELAPAN APANYA, INI BARU JAM 4 ASTAGAH! DAN PA RUKMANA?! PA RUK KAN GA NGAJAR HANA, KENAPA JUGA HANA HARUS BANGUN KARENA HAL ITU?!   Walaupun yah Hana punya phobia tersendiri karena tertangkap basah telat sendirian dan diceramahi guru bahasa Indonesia bernama pak Rukmana itu.   Tadinya Hana berniat untuk kembali tidur, akan tetapi ibunya menyuruh Hana untuk mandi. Berhubung Hana anak yang baik dan anti durhaka-durhaka club, dia langsung menurutinya walaupun enggak dapat dipungkiri lagi kalau mandi di jam empat subuh itu dinginnya lebih parah dari sikap Pak Rukmana. Parah banget, padahal Hana udah memakai baju khas SMA Yudhigraha tapi badannya masih gemeteran karena dingin.   Spesial untuk pagi ini, Ibunya membuatkan Hana sayur bayem, karena beliau tahu anaknya jarang makan sayuran dan buah-buahan. Padahal setiap nelpon diingetin terus buat makan sayur dan buah. Hana ga pernah nurut.   'Biarin lah Ibu ga tau ini.' Labil emang dia mah. Minta ditampol banget.   Ibunya berangkat duluan, buru-buru takut ketinggalan pesawat. Hana disuruh membangunkan cowok dari Korea Selatan itu. Siapa namanya? Toel apa Tukul? Eh kok jadi Tukul? Ah entah Hana lupa. Hana cuman inget marganya doang, Lee.   Selesai mengucir rambut pendeknya, Hana masuk ke kamar sebelah tempat Joel tertidur. Dia menggoyangkan tubuh Joel. "Lee, wake up woiii! Wake uppp!"  Yang dibangunin? Malah ga gerak sama sekali, kaya orang mati. 'Sabar-sabar, baru sehari masa langsung modar sih?' batin Hana. Dia lalu berusaha membangunkan Joel lagi.   "LEE, WAKE UP! HUDANG TULUL HUDANG IHH! Ah sia teu ngarti nya? Bodo lah nyet. HUDANG WOI LEEEE! AYA PA RUKMANA!" lagi-lagi Hana berteriak dan hanya di balas oleh Joel dengan dengkuran halus.   Kok Hana kesel ya?   Hana mengetuk-ngetukan jarinya di pipi, berpikir cara yang lebih efektif untuk membangunkan Joel. Hm, sepertinya enggak ada cara lain. Maaf Bu, kali ini Hana harus menyakiti Joel dulu.   Hana berjongkok, dia lalu membuka selimut yang menutupi kaki Joel. Hana agak kecewa sebenarnya karena bulu kaki Joel enggak sebanyak dan selebat bulu kaki Ayahnya. Tapi akhirnya dia mencoba saja mencabut bulu kaki tersebut.   "Dapat!"   Responnya?   "Ah geli."   "Tabok enggak ya? Tabok enggak ya?" ucap Hana setengah bernyanyi. Kesel banget abisnya! Hana terus mikir lagi.   Biasanya kalo orang susah bangun diapain ya?   Oh iyaa, dia tau caranya!   Hana lalu berlari ke dapur, membawa air es berserta es batu dalam satu baskom. Dia yakin cara ini pasti berhasil walaupun agak menyakitkan karena niatnya Hana akan menyiram Joel tepat di mukanya. "Ah suruh siapa ga bangun-bangun."   BYURRRR! Hana benar-benar menyiramkan air dan es dalam baskom pink yang dia pegang. Berhasil! Joel otomatis bangun ketika dinginnya es menyentuh kulitnya.   "Ayo bangun makannya," kata Hana sembari tersenyum nakal. "jangan lupa beresin ka—" Hana enggak dapat melanjutkan ucapannya barusan karena saat Joel berdiri pijakannya terasa licin, otomatis dia memegang tangan Hana. Sayangnya tubuh Hana terlalu lemah untuk di jadikan pegangan dan mengakibatkan keduanya jatuh dengan posisi Hana diatas tubuh Joel.   Ingin sekali Hana berkata kasar, terutama setelah menyadari bahwa Joel bertelanjang d**a!   Emang Hana enggak nafsuan liat yang begitu, soalnya dia sering melihat cowok-cowok renang dan tau sendiri lah cowok renang seperti apa, mereka juga hampir telanjang kan? Tapi yang bikin beda, wajah Hana dan Joel ini super dekat. Sampai-sampai d**a Hana deg-degan sendiri karena hal bodoh ini.   "U-uh," cepat-cepat Hana berdiri lalu memalingkan mukanya, "pokoknya ayo makan, dan jangan lupa jemur kasurnya di luar."   Dia lalu pergi meninggalkan Joel yang masih bengong ganteng. Tanpa Hana sadari sebenarnya bukan Hana saja yang tengah malu abis, Joel juga merasakan hal yang sama. "Argh," pada akhirnya Joel mengacak-acak rambutnya frustasi. Merasa malu dan ternodai.   Baru hari pertama udah ngadi-ngadi, ada-ada aja Joel Lee ini         Sejak tragedi subuh itu, Joel benar-benar enggak berani menatap wajah Hana, berkata pun rasanya sulit karena dia malu berat. Dari makan, sampai naik angkot ke sekolah dia hanya diam. Dia benar-benar takut pada Hana.   Padahal sebenarnya Hana biasa aja. Walaupun kesal juga sama cowok sok polos yang berjalan mengekorinya. Ditambah sedari tadi ponselnya bergetar.   "Ck," Hana berhenti didepan ruang guru. Joel juga otomatis berhenti dan mundur beberapa langkah. Mengingat perjanjian mereka kemarin, dia dan Hana harus berjarak minimal lima meter. Hana mengambil ponselnya dari saku baju dan mengangkat panggilan dari sahabatnya itu.   "Halo Im—"   "HANA CEPET KE KELAS GUE, URGENT BANGET NIHH!" teriak Imma dari balik telpon, ga nyante amat, Hana sampai menjauhkan ponselnya dari telinga.   "Apaan sih? Pagi-pagi udah tibut. Mau mati ya?" balas Hana kesel, jadi pengen sleding onlen sahabatnya itu.   "HANA IH AING PRESENTASI SEJARAHHH! KALENDERNYA BELUM SELESAI, JELASIN DULU TENTANG KERAJAAN SINGOSARI!" Imma merengek manja tapi ngeselin, karena dia teriak juga.   Hana memutar matanya sebal. "Sama Ical aja ih."   "LO TEGA KALO NANTI NILAI SEJARAH GUE DIBAWAH KKM PAS PENILAIAN?! SOBAT MACAM APA SIA NI HAN?"   "Tega aja, suruh siapa kemarin malah nonton drakor? Bukannya nanya ke aing," jawaban Hana yang terlalu jahat.   "ELO YANG LINENYA GA AKTIF DODOL! GUE UDAH NELPONIN ELO BERKALI-KALI IH! PAKE NYALAHIN DRAMA YANG GUE TONTON!"   "Eh iya nyah?" Hana kicep, ga sadar emang kalo dia ngematiin data line karena ogah diganggu semalem. Soalnya dianya sendiri lagi bad mood.   "GA USAH PURA-PURA b**o ANJIR! CEPET KESINI, ATAU LKS INDO ELO BAKAL JADI ALMARHUM BESOK!"   Teriakan terakhir Imma membuat Hana berteriak juga. "INALILALAHI, JANGAN ATUH KOPLOKS!" Hana lalu berlari ke arah kelas 10 Ipa tujuh. "AING MAUNG! EH SALAH, AING OTW."   Ternyata ancaman seogok LKS Bahasa Indonesia bisa membuat Hana merasa terancam yah. Iya lah, soalnya LKS Indo itu harga mati men! Nulisnya capek! Hana kan tipikal mahluk yang males nulis banget.   Saking pentingnya Lks Indo dia sampe meninggalkan Joel sendiri didepan ruang guru. Udah kaya cowok b**o aja si Joel, lirik sana-sini sambil megang tas. Bingung mau kemana. Kelasnya aja ga tau dimana.   Nyusul Hana? Big no! Joel ga mau ditatap tajam oleh Hana, terus peraturan kemarin ngebuat Joel enggak berani ngedeketin Hana.   Jadi harus gimana nih? Joel bingung.   "Ah, kamu murid baru titipan Bu Gina kan?" seorang guru—atau bukan karrna beliau memakai kaos dan celana trening—menghampiri Joel.   Bu Gina? Oh itu nama ibunya Hana kan? Joel langsung menganggukkan kepalanya. Semoga bener yang orang itu maksud Ibu Gina itu Ibunya Hana, yang namanya Gina di dunia ini kan ga cuman satu.   "Walimu kemana?"   Joel menggeleng enggak tahu, tepatnya bingung menjelaskan sih. Toh dia kembali mengingat ucapan Hana semalem yang jangan bilang ke siapa-siapa kalo Joel tinggal sama Hana yang merupakan walinya juga.   "Kalau begitu ikut saya dulu, saya akan bertanya dimana kelas kamu."   "O-oke. Ma-makasih Pak."       Hana memijat pelipisnya, rada pusing karena pagi-pagi udah adu bacot sama Imma tentang kerajaan. Mana buku absen kelasnya yang belum terisi dan Bu Endah sudah datang dengan kecepatan yang setara dengan 5g. Baru aja bel bunyi, Bu Endah udah masuk buat ngajar Sejarah Minat. Hana keliatan banget ga niatnya jadi seksi absesnsi.   Setelah melengkapi semua buku absensi dan memberikannya ke Bu Endah untuk ditandatangani sebagai bukti bahwa guru itu masuk ke kelas, Hana kembali duduk di bangkunya dengan lemas.   Hana duduk sendiri, memang murid di kelas ini cuman 35 dan otomatis Hana selalu duduk sendiri. Dia enggak punya temen perempuan yang akrab. Dan duduk dengan laki-laki, pernah sih, tapi Hana enggak suka.   Soalnya abis duduk sama laki-laki muncul kabar ga sedap yang bilang dia selingkuh dari Ical lah, atau ada yang bilang dia cabe lah, dan hujatan lainnya. Biasa, cewek-cewek pada sirik sama Hana. Jadi jalan teraman adalah duduk sendiri.   SMA Yudhigraha emang sekolah swasta yang elit, 40% murid di sini adalah murid balasteran elit, sisanya adalah golongan pribumi kaya dengan kecerdasan yang sama dengan SMAN favorit di kota kembang ini.   Tapi Hana bukan seperti murid lainnya, dia masuk kesini karena Imma merengek ingin bersama Hana—dan Ical juga, sehingga pemilik sekolah memberikan potongan untuk uang sekolah Hana dengan syarat rata-rata nilainya harus diatas 85. Semester kemarin Hana dapat membuktikannya dengan baik, sehingga dia tetap mendapat potongan biaya sekolah dari pihak sekolah.   Tapi tentu saja hal itu membuat Hana dibenci kaum hawa karena Hana orangnya terlalu sederhana, baju-bajunya terlalu biasa sampe pernah dikira rakyat jelata karena datang ke Sekolah pake kolor pendek dan kaos biru lusuh. Ditambah Hana dekat dengan orang famous disekolah, dan ketika MPLS pernah ada kejadian konyol yang membuat Hana famous secara enggak langsung.   Haters yang semakin banyak itulah yang membuat perempuan di kelas Hana berpikir dua kali untuk duduk serta bertemen dengannya.   "Assalamualaikum," enggak tau siapa yang ngundang, kini guru olahraga bernama Pak Yopi itu memunculkan kepalanya di lawing pintu. Kedatangan beliau langsung di sahut dengan salam juga oleh bu Endah dan anak kelas 10 Ips 2. "WAALAIKUMSALAM PAK."   "Bu permisi ya? Maaf juga kalau ganggu pelajarannya. Saya disini cuman nganter murid baru," ucap Pak Yopi.   Bu Endah mengangguk. "Iya Pak, ini juga belum dimulai kok. Silahkan, omong-omong mana murid barunya?"   Pa Yopi menarik anak laki-laki yang lebih tinggi darinya, lebih putih darinya dan jelas lebih bersinar darinya. Semua anak perempuan bahkan ada beberapa lelaki mengagumi rupa sempurna anak baru itu kecuali satu orang yang merasa syok akan terhadiran anak itu.   "Ayo perkenalan dirimu," ujar bu Endang ramah.   Lelaki itu membungkukan badannya lalu berdiri tegak kembali. Joel lantas memperkenalkan dirinya dengan suara beratnya. "Hello everyone, my name is Joel Lee, but you can call me Joel Lee. I'm form Gwangju, South Korea. Nice to meet you all."   Dan respon anak kelas benar-benar ricuh.   "HUAAA SUARANYA MANLY BINGITS ANJIR."   "ANJIR AJNG BUKAN FANS KPOP TAPI KOK RASANYA JATUH CINTA YAA?"   "KENAWHY YOU SO FUCKIN' HANDSOME JOEL."   "KYAHHH OPPAA!"   "BUMBAYAH!"   "YA YA YA YA YA YA YA AYA OPPA!"   Joel agak kaget dengan reaksi orang-orang yang berlebihan itu, serasa idola yang diteriaki fansnya. Cara mereka menyambut Joel beda dari Hana kemarin yang minta di sleding.   "Udah-udah ih. Tapi sebelumnya, ada pertanyaan?" Tanya pak Yopi.   Salah satu anak perempuan mengacungkan tangannya. Pak Yopi mempersilakan, "Silahkan Sri."   "Joel, can you speak Indonesian? If you can please answer my question with bahasa."   "Em," Joel tampak berpikir sebentar, wajahnya terlihat tampan sekaligus menggemaskan. "saya bisa tapi kacau."   "AAA IT’S OKAY JOEL!"   "GA APA-APA, ORANG GANTENG MAH BEBAS KOK!"   Lagi-lagi Joel diteriakin.   Hana heran, padahal Joel itu biasa aja, ngerepotin malah buat dia mah. Mukanya juga masih cakepan juga Hwang Arthur, si ketos keturunan Korea - Sunda. Tapi kenapa temen sekelasnya neriakin Joel terus? Emang Joel maling apa?   "Ada yang mau bertanya lagi?" tanya Bu Endah, "kalau engga Joel duduk aja dan kita mulai pelajarannya." Semua anak di kelas melotot, sebenernya sih kebanyakan anak cewek inginnya japri aja, biar bisa deket. Kalo yang cowok, males belajar sejarah. LAGIAN SIAPA YANG GA MALES KALO PAGI PAGI UDAH DIKASIH SEJARAH?! BOBO WEH BOBO.   Faruq mengacungkan tangannya. "Joel tanggal lahir kamu kapan?" tanyanya asal.   Semua anak menoleh ke arah Faruq, termasuk Hana. "Lo mau belok?" tanya Hana pelan.   "Simulasi buat ga belajar ini teh," bisik Faruq pada Hana. Hana menganguk paham.   "Lima belas Januari."   "Punya f*******: ga?" Ghazi bertanya. Beneran deh Anak cowok di kelas ini pada ogah belajar Sejarah.   "Saya engga punya facebook."   "Kalo i********:?"   "Ga punya juga."   "Twitter?"   "Lupa paswordnya."   "Kamu ga punya medsos?"   "Ada tapi lupa paswordnya." Jawaban Joel membuat para cewek mendesah kecewa. Anjir manusia macam apa dia ga punya media sosial. Padahal kalo punya medsos Joel pasti jadi hitz banget, lebih dari Awkeran.   "Tapi aku ounya akun untuk dota," ucap Joel sembari nyengir. Anak cewek ganjen buru-buru cari cara buat akun dota, padahal ga tau dota apaan.   "Namanya apa?"   "Lupa, hehe."   Lagi-lagi penonton mendesah kecewa.   "Udah-udah," pak Yopi mengintrupsi. "jangan kelamaan tanya-tanyanya. Yang mau tanya mah jalur pribadi aja. Sekarang mending kalian belajar, bentar lagi ulangan kan?"   Pak Yopi sepertinya sedang pms, terbukti hari ini dia enggak berperikemanusiaan. Anak-anak kan masih belum mau belajar. Ga peka!   Sialnya Bu Endah malah nyetujuin. "Iya yaudah atuh kita mulai pelajarannya. Joel silahkan duduk di tempat yang masih kosong."   Joel menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat wajah asing yang kira-kira bisa dia percayai untuk duduk dengannya. Tapi enggak ada yang bisa Joel percaya. Eh sebentar, itu Hana kan?   Joel mengambil tasnya dia berjalan ke arah bangkunya Hana dan bertanya. "Hai, bolehkah aku duduk disini?"   Semua menoleh ke arah Hana sehingga kegiatan menggambarnya terganggu karena merasa terintimidasi. Hana menolehkan kepalanya. Kaget! KENAPA JOEL MALAH KESINI?! PADAHAL HANA SENGAJA NUNDUK BIAR JOEL GA SADAR AKAN KEHADIRANNYA. Gagal sudah!   Yaiyalah gagal, orang badan Hana gede.   "Disini sudah ditempati," ucap Hana ngeyel.   Joel menyiritkan dahinya. Apanya yang ditempati? Jelas-jelas Hana duduk sendiri. "Tapi itu kosong."   "Kamu ga liat ada tas aku disana? Kamu tega mau mindahin tas aku disana?"   "DAN KAMU TEGA NGEBUAT PANGERAN KITA BELAJAR SAMBIL BERDIRI NONA AYANNA?!" Jihan, orang yang mengaku sebagai primadona di kelas ini berseru begitu.   Apa sih ini manusia? Caper ya? Hana kan bermaksud membuat Joel duduk dengan cewek lain, karena ujung-ujungnya pasti Hana kena cap buruk lagi! “Tapi beneran, itu ada tas aku—“   "UDAH-UDAH GA ADA TAPI-TAPIAN, BIARIN JOEL DUDUK DITEMPAT YANG DIA MAU," ujar Jihan lagi yang membuat Joel tersenyum penuh kemenangan.   Hana mendengus enggak suka karena ujung-ujungnya Joel tetap duduk disamping Hana. Rasanya pengen bolos aja sekarang Hana tuh, hari ini pasti kerasa berat banget!     Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, tapi ada sesuatu yang mengherankan terjadi. "Aduh si Hana manaa?" ini adalah rengekan Imma ke tujuh sejak bel Istirahat. Sebenarnya dia bertanya sih, tapi bagi lelaki bernama Ical itu lebih terdengar seperti rengekan anak ayam mencari induknya. Padahal Hana bukan ayam.   "Cal, masa si Hana enggak ngangkat telpon aku. Masa dia marahhh sama aku?" tanya Imma. Yah, emang rasanya ga afdol banget buat Imma kalau Hana enggak ada disini. Biasanya kan mereka berkumpul bertiga, Ical bahkan pernah disebut beristri dua saat SMP karena mempunyai dua sahabat perempuan.   Ical menghela napasnya. "Mungkin Hana lagi banyak tugas. Jadi dia ga sempet kesini. Coba pikir positif."   "Hana ga mungkin gitu, aku tau Hana itu kaya gimana Cal. Daripada gitu mending kamu susulin Hana, aku bakal pesen satu onigiri lagi buat Hana."   "Haa?" Ical cengo. Ical harus nyusulin Hana? BOA EDAN! MALES BANGET MAMANG! Iya lah males, kantin SMA Yudhiraha itu ada di lantai tiga, sementara kelas Hana ada di lantai satu.   Walaupun bisa pake lift tapi kan jam segini pasti ngantri banget.   Imma lagi-lagi merenggek, "Ayo Ical, susulin Hana. Gimana kalo kembaranmu itu belum makan? Kamu ga kasian liat dia kurus?"   Ical menyerah, dia lelah dengan semua ocehan cucu kesayangan pemilik sekolah yang membuatnya dan Hana harus bersekolah disini. Dia akhirnya beranjak dari duduknya, menuruni tangga dengan cepat, dan berlari ke arah kelas Hana. Walaupun dalam hatinya dia males banget, tapi tubuh Ical itu kuat karena dia termasuk anak yang suka olahraga. Semales-malesnya Ical, tetep lari juga.   "BOA EDAN!" seru Ical miris ketika melihat keadaan luar kelas Hana. Banyak orang banget anjir! Keinget sarang tawon jadinya dia. Sialnya Ical enggak bisa melihat Hana disana, tertutup oleh banyak perempuan.   Ical takut Hana malah pingsan di kelasnya karena dia tahu Hana benci situasi gini. Pada akhirnya Ical nekat Masuk ke kelas Hana, berjinjit sedikit untuk melihat sahabatnya itu dan gotcha! Hana ada tapi sepertinya dia ditahan oleh cowok yang menjadi titik pusat cewek-cewek di kelas ini.   "Ehem!" Ical berdehem cukup keras, kode agar cewek-cewek itu melihat ke arahnya. Itu berhasil! Hana juga menoleh dan malah tersenyum senang karena kedangan Ical. Akhirnya yang Hana tunggu dating juga.   "Permisi Nona-nona," ucap Ical dengan gaya ala-ala Squidword pas nyanyiin saat air mataku mengalir dan butuh tisu 4 lembar. Dengan pesnonanya akhirnya Ical bisa membuat cewek-cewek itu menyingkir juga.   'Anjir kenapa cowok ini megang tangan Hana?' batin Ical kesel. Dia menghela napas dan menarik tangan Hana. "Sayang, kamu enggak lapar? Kok aku tungguin di kantin kamu ga dateng sih?"   Rasanya Hana ingin berkata kasar pada Ical. Duh jelek sudah imagenya.   "Waah mereka jadian?"   "Cocok sih emang walaupun kaya kopi susu."   "Ship it!"   "Bagus sih sama Hana, seengaknya lebih mending dibanding cewek judes yang suka sama Ical itu."   "Hidup HanCal shipper!"   Tuh kan cewek lain nyangkanya mereka jadian. Beneran ini mah, Hana OTW nyantet online Ical.   Tapi untuk sekarang Hana kepaksa mendrama juga. "Oh iya sayang," dia menarik tangannya sehingga pegangan Joel terlepas. "ayo ke kantin."   Sementara Hana pergi, Joel menatapi kepergian Hana dengan bingung. Kenapa bisa Hana tersenyum pada lelaki buluk tadi sedangkan padanya kemarin judes amat?   Padahal Joel yakin dia lebih tampan daripada lekaki yang Hana panggil sayang itu.   Tapi kenapa Hana lebih suka yang modelnya gitu sih? Kan Joel jadi kesel.   "Sia gelo Cal?" kata Hana setelah berjalan agak jauh dari kelasnya, mereka masuk lift. "entar aing bisa-bisa digosipin jadi pacar sia, kehed!"   Ical mengangkat bahu acuh, lelaki itu lalu merangkul tubuh Hana. "Ya biarin kali. Kita emang sering di gosipin pacaran kan yang?"   Hana bergidik, memandang Ical dengan tatapan jijik lalu melepas rangkulan Ical.  Ga sudi dia jadi pacarnya Ical, walaupun pura-pura.   Buat Hana yang deket sama Ical sejak kecil—yang bahkan lahir di rumah sakit yang sama dan orang tua mereka bertemen karena mereka sama-sama lahir di tanggal 12 Mei di jam yang sama, cuman beda 30 menit—enggak ada namanya sahabat jadi cinta, itu bullshit sekali!   Total 16 tahun Hana bertemen dengan Ical dan tau semua kebobrokan Ical yang bisa bikin orang lain ilfeel. Walaupun dibalik kebobrokan Ical, doi punya banyak bakat, bahkan dicap sebagai anak serba bisa karena setiap dia ikut lomba pasti bakal menang, minimal juara 3 lah. Mukanya Ical juga lumayan lah.   "Amit-amit Cal," kata Hana setelah lift terbuka. Mereka lalu berjalan ke kantin, "ga sudi aing mah jadi pacar mahluk macam sia."   Ical langsung nyanyi. "Apa salah dan dosaku sayang? Cinta suciku kau buang-buang. Lihat jurus yang kan ku berikan ...."   "Jaran goyang, jaran goyang," Hana menyahuti nyanyian Ical karena humor mereka itu satu frekuensi.   Imma yang sedang menikmati makanannya menepuk kepala mereka. Si kembar sepertinya harus diberi vaksin anti gila. Ada ya orang abis berantem dan baikan gara-gara lagu Jaran goyang? Yah cuman Hana sama Ical.   "Kok lama sihh?" tanya Imma sembari menyodorkan semangkuk onigiri yang isinya cuman 4 kepalan nasi ketan berisi abon yang dibungkus dengan rumput laut. "tuh gue pesenin."   "Makasihhh Imma." Hana menyodorkan tangannya untuk mengambil onigiri, akan tetapi Ical memukul tangannya. "Cuci tangan dulu. Kotor kan tangan sia teh."   "Tayamum aja lah. Lagian tangan aing bersih kok, ga abis cebok kok tenang," balas Hana dan mengambil onigirinya.   Ical mendumel. "Terserah lah, capek ngebilanginnya, maneh mah ga pernah nurut. Kalo sampe besok sakit perut kaya si Jartit awas aja."   "Siap komandan!" seru Hana setengah bercanda. Ical hampir saja menakol Hana dengan botol saos.   "Ngeselin banget sia poe ieu. Udah mah susah di keluarin, dan ga nurut lagi sama aing. Udah lah ga usah jadi sahabat aing lagi aja," omel Ical panjang kali lebar dengan bahasa campuran sunda.   Mungkin Ical melantur atau lagi pms, pikir Imma. "Ical, tau ga? Pa Rukmana hamil loh!"   Ical melotot. Kaget lah dia gurunya tiba-tiba hamil. "Hah?"   "Hihah!" kata Hana dan Imma barengan. Keduanya lalu berhighfive ria setelah mentertawakan Ical yang kena joke lama itu.   "Koplok," sungut Ical kesel. Dia lalu berdiri, "udah ah aing mah mau pulang aja.”   "Ai sia, kita teh disini mau ngomongin osis kan?" Imma menahan tangan Ical karena itu manusia malah mau pergi, "duduk!"   Ical duduk lagi dengan terpaksa. "Osis apa?"   Imma dan Ical membicarakan tentang hal yang sebenernya kurang Hana pahami. Hana enggak pernah menjadi osis, karena dia tuh males.   Sementara kedua sahabatnya berbicara soal osis, Hana malah mikirkan Joel yang baru hari pertama aja udah bikin kacau hidupnya! Apa-apaan tadi?! Seenaknya duduk di sampingnya dan ketika istirahat dia menahan tangan Hana agar enggak pergi. Ah pasti abis ini muncul gosip yang enggak-enggak.   "Han?" Ical memanggilnya. "kenapa diem aja? Sakit?" Imma menambahkan. "Hana, kalau ada masalah cerita aja. Jangan dipendem sendiri." Imma sepertinya cocok jadi peramal!   Tapi Hana enggak mau cerita karena dia pikir sahabatnya engga perlu tau soal Joel yang tinggal di rumah. Kalau tahu, Ical pasti akan memindahkan Joel ke rumahnya atau Imma akan menyuruh Hana tinggal di rumahnya. Kedua sahabatnya kan agak over protective, apalagi Ical yang kadang lebih perhatian dari Ayah Hana sendiri.   "Gue cuman kepikiran geografi nanti ulangannya gimana, enggak ngerti apa-apa," ucap Hana berdusta.   "Ah elo mah bilang ga ngerti apa-apa tau-tau nilai di rapot 9,2 lagi kaya kemarin," bales Imma. "itu ga ngerti teh?"   Hana nyengir. "Itu cuman beruntung."   "Gue tau masalah elo pasti bukan itu Han," ucap Ical sembari menatap Hana tajam. "mau bohong? Inget ga kata Pa Ustad kalo bohong itu dosa."   Hana diem, bingung sebenernya mau cerita apa, lagian masalahnya terlalu konyol untuk diceritakan.   Dan lagi ....   TENG NONG NENG NONG, TENG NONG NENG NONG.   Bel keburu berbunyi, menandakan setiap anak harus masuk ke kelasnya masing-masing untuk kembali belajar.   "Aduh, kimia euy!" seru Imma diakhiri dengan helaan nafas panjang karena sebal mengingat gurunya selalu datang dengan cepat, secepat cewek baperan jatuh cinta.   Imma lalu berdiri. "Eh Guys, gue ke kelas dulu ya? Gurunya 5g!"   Ical juga ikut-ikutan berdiri, Baru inget kalo kecepatan gurunya datang setara sama 5g juga. "Han, gue duluan," katanya diakhiri dengan dicomotnya setengah onigiri milik Hana.   Rasanya Hana ingin menenggelamkan Ical ke rawa-rawa.   Sementara kedua temennya pergi ke kelas, Hana malah enggan balik ke kelas. Kelas baginya 11 12 dengan neraka, makannya Hana lebih suka berada di luar.   Toh lagian gurunya lebih lelet dari 2g, dan malah Hana mencium bau-bau jam kosong.   Lagi asik bengong, mata Hana sekarang tertuju kepada seorang lelaki blasteran yang sedang membeli jus. Namanya Gabriel, orang yang Hana suka sejak kelas 7 SMP. Awalnya cuman tertarik karena rupanya yang ganteng abis. Akan tetapi lama-kelamaan Hana menyukainya. Hanya saja sayang sekali sampai sekarang Hana belum sempat berkata akan hal itu.   Kesempatan ada, tapi Hana selalu merendah. Berfikir bahwa Gabriel menyukai perempuan sempurna, sedangkan dirinya jauh dari kata sempurna.   Hana menghela napas. "Haah," setelah itu kembali menatap orang yang di sukainya, akan tetapi, 'bangsul!' Gabriel malah menoleh ke arahnya.   Akhirnya Hana cepat-cepat berdiri dan menutupi wajahnya, dia lalu berlari menuju kelasnya. Berharap Gabriel enggak sadar kalau dia memperhatikannya, malu banget kalo sampe Gabriel sadar.   Setelah agak menjauh dan sudah sampai di lift, barulah Hana berjalan normal.   "Ke kelas nona Ayanna?"  Sumpah ini mah kaget beneran! Hana sampai loncat ketika ada cowok bertanya padanya. Takutnya itu Gabriel.   Untungnya bukan. "Sialan lu waketos edan!" sungut Hana sebal karena lagi-lagi Benben si wakil ketua osis menjahilinya. Benjamin Toh sih namanya, doi manusia asal Singapura. Tapi Hana dan temen-temennya lebih suka memanggilnya Benben.   Pintu lift terbuka, Hana dan Benben masuk ke dalamnya. "Kenapa sih lo kagetan amat, abis dikejar bendahara ya?"   Hana diam saja, enggan menjawab pertanyaan Benben yang pastinya nanti menimbulkan perdebatan.   "Ngambek nyai?"   Ketika pintu terbuka, barulah Hana menjawab. "Gue buru-buru, ga ada waktu buat adu bacot sama orang kaya elu ya."   Adek kelas sinting emang si Hana, Benben itu niatnya ngehibur sama nyapa doang sih, ga ada niatan adu bacot—meskipun ujungnya Hana tau dia bakal berujung adu bacot sama Benben. Wakil ketua osis itu kan 11 12 sama Ical.   Biasanya Hana juga fine-fine aja adu bacot sama Benben atau siapapun, hanya saja hari ini pengecualian, soalnya dia lagi bete berat. Ingin tidur aja biar ingatannya lumpuh kek lagu Geisha.   Akan tetapi, ketika Hana masuk kelas dan hendak berjalan ke tempat duduknya, Hana malah memukan sesuatu yang membuat kepalanya tambah sakit.   "WAAA SELAMAT JOEL DAN JIHAN."   Selamat buat apa?   "LANGGENG YAA."   Langgeng? Emang siapa yang jadian?   "Jihan jangan lupa taktir ya, kamu kan udah jadian sama Joel."   Menyimpulkan semua seruan temen-temennya, sekarang Hana hanya bisa mematung sembari memasang ekspresi WHAT THE HELL?! KOK BISA JOEL JADIAN SAMA JIHAN?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN