bc

Antara Kita, Saling Memiliki

book_age18+
110
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
family
opposites attract
dominant
badboy
sweet
bxg
campus
highschool
like
intro-logo
Uraian

Menghabiskan malam bersama, bukan berarti terjadi apa-apa!

Tapi apa yang kira-kira para orang tua lakukan saat melihat anak-anak mereka laki-laki dan perempuan berbaring bersama di atas ranjang?

"Dewa, kamu nikahi Priska! Sebelum terjadi apa-apa, kamu nikahi dia!"

"Ya Allah, Ma! Berani sumpah! Kita nggak ngapa-ngapain!"

"Pokoknya, kamu nikahin dia, sekarang!"

"Rugi dong, aku! Mending aku perawanin beneran daripada nggak ngapa-ngapain tiba-tiba suruh nikahin!"

chap-preview
Pratinjau gratis
Priska, Kamu Milikku - Bagian 1
Ini adalah hari pertama untuk Priska menjadi anggota dari pengurus himpunan mahasiswa jurusan. Dengan segudang prestasi yang pernah ia dapatkan sebelumnya, dirinya pantas untuk menduduki posisi sebagai sekretaris di himpunan mahasiswa tersebut. Gadis cantik dengan rambut bergelombang yang selalu periang itu, memiliki nilai yang cukup tinggi di jurusannya. Lalu dia bisa kuliah selama ini juga melalui beasiswa bidik misi. Bukan mahasiswa biasa pastinya, yang bisa mendapat beasiswa bidik misi. Mereka pasti memiliki otak yang cerdas, termasuk Priska. “Priska Angelina Shaumi!” panggil seseorang yang berlari ke arahnya. “Kamu dipanggil sama Kak Dewa ke ruang organisasi!” tutur kawannya pada Priska. Wajah Priska yang tadinya tersenyum lebar saat sedang bersama anggota himpunan lainnya, mendadak langsung kecut mendengar nama Dewa disebutkan. Tapi ia tak bisa lama-lama memasang wajah cemberut itu. Bagaimanapun juga, dia tetap harus senyum. “Oh gitu, ya? Sekarang, nih?” tanya Priska. “Iya, sekarang!” jawab salah satu temannya yang memanggil tadi. Priska mengembuskan napas dengan berat. Lalu ia tersenyum dengan lebar. “Baik, aku ke sana sekarang.” * Dewa Yunanda, seorang ketua dari Badan Eksekutif Mahasiswa, yang merupakan organisasi tertinggi dalam suatu kampus, tentunya berada di atas himpunan mahasiswa. Pria tersebut merupakan pria populer dan hanya berkencan dengan mahasiswi populer juga. Beberapa orang menyebut Dewa sebagai seorang playboy, karena ia tidak pernah lama menjalin hubungan dengan seseorang dan cenderung berganti-ganti. Meski menurut pengakuan Dewa, dirinya hanya sekedar berganti wanita, tapi tidak pernah berselingkuh darinya. Lalu, kenapa seorang ketua dari Badan Eksekutif Mahasiswa memanggil sekretaris dari sebuah himpunan? Rasanya, hubungan organisasi mereka terlalu jauh. Apabila mereka hendak melakukan sesuatu, banyak sekali perantara yang harus mereka lalui demi kesesuaian dengan prosedur dan birokrasi. Kecuali jika yang mereka lakukan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi dan tak ada sangkut paut dengan organisasi. Pria dengan wajah putih dan rahang yang tegas itu duduk di mejanya. Ruangan organisasi ini sedang kosong, hanya ada Dewa yang sedang menatap ke arah pintu menggunakan mata tajamnya. ‘Blak’ Tanpa ketukan pintu, tanpa salam, apalagi sapaan yang santun. Seorang gadis membuka pintu dari organisasi tersebut dengan keras. Tapi Dewa sama sekali tak terkejut meski pintu organisasinya dibanting. Priska masuk ke dalam ruangan tersebut sambil melirik kanan-kiri terlebih dahulu. Setelah itu, dia menutup pintu dan langsung menghampiri Dewa. “Kak Dewa!” panggilnya dengan nada yang kencang. Pria yang dikenal playboy itu langsung turun dengan melompat dari atas meja. Dia langsung berjalan mendekat ke arah Priska dan keduanya bertemu di bagian tengah ruangan. Tanpa rasa takut dan segan, Priska melipat tangan dan mengangkat dagu saat bertatapan dengan Dewa. “Memang ya, cuma istriku yang tidak ada takut-takutnya sama ketua BEM!” tutur Dewa sambil terkekeh dengan keras. “Heh! Sssssst!” Priska terburu-buru membekap mulut Dewa dengan tangannya. “Aduuuh!” Dewa melepaskan tangan Priska dan langsung melirik pada gadis tersebut. “Ya, Kak Dewa jangan kencang-kencang ngomongnya!” ungkap Priska kesal. “Ada apa?” tanyanya dengan nada yang kesal. “Sepatuku kotor! Tolong dibersihkan, dong!” titah Dewa dengan santainya. Priska langsung melotot melihat pria tersebut. “Cuma karena sepatu aku disuruh meninggalkan ruang himpunan? Kak Dewa tahu nggak, ini hari pertamaku di himpunan, jangan ngajak main-main dong!” “Nurut sama suami itu kewajiban istri!” ucap Dewa yang kali ini tak bisa dibantah lagi oleh Priska. “Ya ampun ...!” gerutu Priska sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya. “Ya udah! Sini, mana sepatunya?” “Tuh, di loker belakang!” Priska pun langsung mengambil sepatu milik Dewa yang tersimpan dalam loker dan membersihkannya. Walau dengan bibir komat-kamit mengucap sumpah serapah untuk Dewa, tangannya tetap mengerjakan tugas yang diberikan pria tersebut. Pernikahan Dewa dan Priska terjadi satu minggu yang lalu. Hal itu terjadi karena unsur tidak sengaja yang mereka buat. Meski ini adalah pernikahan terpaksa, tapi keduanya setuju karena saling menguntungkan mereka. Priska mendapat tempat tinggal gratis dari Dewa dengan syarat dia harus mau mengurus rumah itu. Lalu Dewa bisa tinggal terpisah dari orang tuanya dengan Priska yang akan menjadi pelayan di rumah tersebut. Win-win solution, bukan? Tapi pada kenyataannya, Dewa menjadikan Priska sebagai pelayan tak hanya di rumah mereka, melainkan juga di mana saja termasuk di kampus tempat mereka berkuliah. Apa ada persyaratan lain untuk pernikahan mereka? Tentu saja! Sama seperti pernikahan kontrak yang sering dibaca melalui novel, Priska terpikir untuk membuat perjanjian dengan Dewa. Yakni mereka harus merahasiakan pernikahan ini dan tak ada sentuhan fisik di antara mereka. Perjanjian itu dibuat dan mereka menyetujuinya. Lalu pada akhirnya, sekarang inilah yang terjadi. Priska dengan sepatu milik Dewa. “Sepatu ini sama sekali tidak kotor. Hanya ada debu sedikit dan menggunakan lap saja sudah kembali bersih mengilap lagi!” gerutu Priska sambil memberikan sepatu itu pada Dewa. “Nah, bagus!” Dewa sama sekali tidak menggubris kalimat protes dari Priska. Ia hanya fokus pada sepatu pentopel hitamnya dan tersenyum dengan hasil kerja gadis di hadapannya. “Aku mau balik!” ujar Priska sambil memutar tubuhnya. “Eit, eit, eit!” Dewa menghadang gadis itu agar tidak pergi. “Aku harus apa lagi?” ujar Priska dengan kesal. “Kamu tadi sedang apa di ruang himpunan?” tanya Dewa dengan sinis. “Kita lagi ngumpul-ngumpul aja! Kan, baru selesai rapat. Biar makin akrab antar anggota,” jawab Priska seadanya. “Oh, biar makin akrab, ya?” tanya Dewa seraya membulatkan mulutnya. “Udah tau, nanya!” Priska membuang muka dan tak mau menatap Dewa. “Kamu jadi sekretaris, kan?” tanya Dewa lagi. “Iya, kenapa?” sinis Priska. “Kamu jadi anggota saja deh! Jangan jadi sekretaris!” usul Dewa yang membuat Priska makin meradang. “Kamu siapa? Seenaknya ngomong begitu?” kesal Priska pada Dewa. “Lihat ini!” Dewa menunjukkan gambar dokumentasi dari rapat himpunan pada periode sebelumnya. “Ini ... himpunan tahun kemarin?” tanya Priska. “Apa hubungannya!” “Ada, lah! Kamu ... duduk di sini, kan? Menggantikan orang ini?” ujar Dewa sambil menunjuk pada seseorang. Yang ditunjuk oleh Dewa adalah sekretaris dari himpunan periode sebelumnya. “Iya, lah! Itu, kan, tempat duduk sekretaris. Ada tulisannya, tuh!” sinis Priska. “Nah, itu yang jadi masalah!” Dewa langsung ngegas pada gadis di depannya. “Idih! Apaan?” “Sekretaris itu, pasti duduk sebelahan sama ketua. Nempel-nempel gitu lengannya, tuh! Lihat foto ini!” Dewa menunjuk pada bagian lengan dari sekretaris wanita yang kebetulan memang bersinggungan dengan lengan sang ketua pada foto tersebut. “Lah, terus?” “Kamu nggak boleh kayak gini!” “Iya, itu pasti nggak sengaja, lah! Namanya juga duduk sebelahan, kalau lagi ngobrol pasti nggak sengaja nempel!” sinis Priska dari tadi. “Aku bilang nggak boleh, ya, nggak boleh! Besok kamu jadi anggota biasa lagi aja! Aku dengar seksi pendidikan di himpunan kamu itu perempuan semua, nanti kamu masuk ke sana saja!” titah Dewa seenaknya. Priska pun melotot mendengar hal itu. Bagaimanapun juga, jadi sekretaris di himpunan itu tidak mudah. Dia sangat ingin jadi sekretaris sejak tahun lalu. “Nggak mau, aku mau jadi sekretaris pokoknya!” “Priska ...!” panggil Dewa dengan nada yang rendah tapi ditegaskan di akhir katanya. “Kak Dewa ...?” balas Priska yang tak mau kalah. “Nurut, ya!” tegas Dewa sambil berdiri dan posisi badannya lebih tinggi dari Priska. “Nggak,” jawab Priska dengan kukuh sambil menggelengkan kepala. Seringai Dewa pun terbit dan ia terus melangkah maju menyudutkan Priska. Hingga kaki dari gadis itu terantuk meja, lalu Dewa dengan segera mengungkungnya di atas meja. “Ya udah! Aku bakal perawanin kamu kalau gitu!” “Aaaaaaa! Kak Dewa gilaa!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook