bc

AT THE EDGE OF WAITING

book_age16+
1.3K
IKUTI
8.6K
BACA
love-triangle
friends to lovers
goodgirl
witch/wizard
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Uraian

"Sorry," jawab si penabrak yang tak lain adalah Shin.

Viola mengendus, "Jadi, cowok yang paling populer di sekolah, yang nabrak Gue?" ujar Viola sedikit kesal,

Tetapi tak bisa dipungkiri wajahnya memerah juga suaranya sedikit bergetar. Mendengar ucapan Viola, tatapan mata tajam Shin mulai menyipit, bibirnya sedikit melengkung, karena hampir tersenyum, tetapi segera menyembunyikannya.

Shin duduk di halte berdampingan dengan Viola yang pura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya.

Shin tersenyum melihat Viola dari dekat, tanpa disadari oleh Viola.

°°°

3 August, 2009.

Viola berjalan cepat menuju lantai tiga, di mana di sana adalah lantai untuk kelas tiga. Benar, Viola sudah kelas tiga sekarang, berkali-kali Braga meneleponnya tetepi Viola tak ada jawaban, padahal dengan jelas ponselnya bergetar di saku osisnya.

"Yya!! Viola!!" Braga melambaikan tangan, tersenyum ke arah Viola.

Viola mendapati Braga sudah di ujung anak tangga lantai tiga, Viola membalas senyum itu.

"Cepet!!" perintah Braga, membuat Viola sedikit terburu-buru menaiki anak tangga itu.

Braga mengulurkan tangannya, ketika Viola hampir sampai ketempatnya. Viola pun menyambutnya dengan senang hati.

"Kenapa bisa kesiangan sih?" protes Braga.

"Papa, tadi harus isi bensin dulu, jadi kena macet deh," jawab Viola sekenanya.

"Tau gitu gue jemput!" balas Braga tanpa menoleh kearah Viola.

"Gue di kelas mana?" tanya Viola.

"Sekelas sama gue," jawab Braga singkat, tetapi entah kenapa jawaban Braga seperti orang yang kesal.

"Serius?"

Braga hanya mengganguk menanggapinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
SATU
Seorang remaja berseragam putih abu-abu tengah berdiri di halte. Napasnya memburu, satu tangannya dikibas-kibaskan tepat di depan wajahnya. Berkali-kali melirik arloji yang melilit di tangan kirinya. Setiap kali sebuah bus berhenti di depannya,  matanya menyelidik seperti tengah mencari mangsa. "Aissh, lama sekali!!" keluhnya lirih, ketika sebuah bus berhenti dan lagi-lagi bukan tujuanny Matanya kembali melirik arloji di tangannya. Dua bola matanya membulat saat melihat waktu menunjukan pukul 06:45. Sebuah Bus mendekat kearah halte di mana dia berada. "Akhirnya," ujarnya kembali bersemangat. Setelah masuk, Ia dengan cepat mencari bangku kosong. Masih sekitar ada lima bangku yang kosong. Gadis itu menduduki salah satu bangku kosong yang jaraknya dekat dengan pintu masuk. Sampai akhirnya sisa bangku kosong yang lain diduduki oleh penumpang yang naik setelah dirinya. Gadis itu memakaikan earphone dikedua telinganya. Napasnya perlahan stabil, walau terlihat dengan jelas di raut wajahnya penuh rasa khawatir. Waktu menunjukan pukul 06:50 WIB, itu artinya masih ada waktu empat puluh lima menit lagi upacara penerimaan siswa baru dimulai. Setidaknya jika jalanan Kota Jakarta pagi itu lancar, dia akan sampai di sekolah tepat pukul 07:20 WIB. Tetapi, jika jalanan Kota Jakarta macet, sudah pasti gadis itu akan terlambat. Di halte berikutnya bus berhenti. Seorang nenek naik dengan tubuh bergetar khas orang tua, juga langkahnya yang ragu menaiki tangga pintu. Tangannya berpegang pada besi yang sudah berkarat, membuat nenek itu berhasil masuk ke dalam bis. Apa daya tempat duduk semuanya sudah terisi, bahkan orang lain yang melihat nenek itu tampak tidak peduli dengan objek yang sudah jelas dilihatnya. Gadis itu tersenyum, dan berdiri mempersilahkan nenek itu untuk duduk, dengan nada sangat sopan. "Nek, Nenek bisa duduk di sini." Gadis itu mempersilakan, menampakkan senyuman yang sangat manis. Si nenek pun terlihat senang, dan sangat terharu melihat gadis itu. Nenek itu tersenyum, dan mengatakan, "Terima kasih, Nak." Gadis itu mengangguk, orang yang melihatnya cukup terkesan dan tampak malu kepada dirinya sendiri, karena perlakuan gadis itu terhadap si nenek. Ada satu orang cowok yang duduk di bangku paling belakang, yang juga berseragam putih abu-abu, dia tersenyum menyaksikan pemandangan pagi itu. °°° Brukkkkk..... Seorang Siswi terjatuh di tengah-tengah peserta MOS dan pembina MOS. Saat siswi itu dihukum  berlari mengelilingi peserta MOS yang sudah berbaris sangat rapi, dihukum karena terlambat masuk di hari pertama. "Aishh," gerutu Viola malu, wajahnya memerah, penampilan anehnya lebih terlihat aneh saat dirinya terjatuh, tangannya meraih ponsel Nokia E90 yang terlempar dari saku seragam osisnya. Seorang Siswa laki-laki yang berdiri tepat di belakang Viola menahan tawanya melihat dia terjatuh,  membuat gadis itu semakin kesal. "Yya!! Kenapa ketawa? tolongin kek!!" pekik Viola sedikit malu, wajahnya memerah karena menahan malu, dia mencoba bangun tanpa bantuan. Viola sangat yakin dirinya kini menjadi pusat perhatian dan bahan tawaan untuk senior yang masih berbaris rapi di depan peserta MOS yang sedang melakukan apel pagi. Viola masuk ke dalam barisan siswa yang terlambat, ada sekitar lima siswa termasuk Viola, dan laki-laki yang tertawa melihatnya terjatuh. Siswa laki-laki itu terus menahan tawanya, entah apa yang membuatnya merasa lucu. "Yya!! ketawa-ketawa aja, bebas!!" gerutu Viola kesal. Siswa laki-laki itu hanya tersenyum sinis, dialah Shin Heraldyne. °° Sejak kejadian di dalam bus, juga saat Viola terjatuh dan berbicara sinis terhadapnya, Shin mulai tertarik pada Viola, bagaimana bisa seorang cewek begitu berani berbicara sinis padanya. Shin mencari tahu tentang Viola, bahkan Shin sering memperhatikan Viola secara diam-diam. Ada satu orang yang mengganggu pikiran Shin, yaitu Braga. Karena Viola dan Braga terlihat sangat dekat. Shin mulai mencari tahu tentang hubungan kedua siswa itu, melalui teman sebangkunya, Gerry. Shin mengetahui bahwa Braga hanya sebatas sahabatnya. Dia banyak mendapat informasi tentang Viola dari Gerry. °° Viola tersenyum ramah pada guru yang berpapasan dengannya, juga siswa lain yang mengenal dirinya. Ramah, cantik, pintar. Semua seperti sudah sangat akrab dengan Viola. Shin mengetahui bahwa di hari ini Viola akan mengikuti ekstra kulikuler bela diri. Shin tertarik, pertama kalinya menemukan cewek yang mengikuti bela diri. Shin dengan sengaja bermain basket, Karena dari lapangan basket akan terlihat dengan jelas saat peserta ekstra kulikuler bela diri yang tengah berlatih di aula. "Menarik," ucap Shin lirih lalu tersenyum, matanya menatap objek penting yang tengah melakukan gerakan dasar bela diri, dia adalah Viola. Shin tersenyum melihat itu, lalu kembali memainkan bola basket di tangannya, sesekali memasukan ke dalam Ring. Shin cukup populerdi sekolah, apalagi saat dirinya terpilih menjadi kapten basket, membuat cewek seantero sekolah memperebutkannya. Shin sering mendapatkan sepucuk surat, bahkan sekotak coklat mungkin setiap hari Ia terima, yang diletakan di dalam lokernya. Semakin hari, Shin memperhatikan Viola. Entah Viola menyadarinya atau tidak saat Shin memata-matainya dengan manis.  Terlebih Viola sering dijadikan petugas upacara di hari senin, karena Viola tinggi dan juga cantik, bahkan suaranya yang lantang serta jernih membuat dirinya selalu ditugaskan sebagai pembawa acara upacara. Shin sangat di gandrungi para kaum hawa, dia sangat populer, bahkan setiap dirinya bermain basket banyak sekali siswi perempuan yang melihatnya. Sama dengan siswi perempuan lain, Viola mulai penasaran dengan sosok Shin. °° Sore itu, angin terasa masih sepoi-sepoi. Membelai rambut panjang Viola yang tengah berjalan di atas trotoar menuju halte yang letaknya tak jauh dari gerbang sekolah, jalanan sudah sangat sepi. Hanya lalu lalang mobil yang melintas di atas jalan raya. Tiba-tiba seseorang menabrak Viola dari belakang, membuatnya sedikit oleng. "Yya!!!" pekik Viola. "Sorry," jawab si penabrak yang tak lain adalah Shin. Viola mengendus, "Jadi, cowok yang paling populer di sekolah, yang nabrak Gue?" ujar Viola sedikit kesal, Tetapi tak bisa dipungkiri wajahnya memerah juga suaranya sedikit bergetar. Mendengar ucapan Viola, tatapan mata tajam Shin mulai menyipit, bibirnya sedikit melengkung, karena hampir tersenyum, tetapi segera menyembunyikannya. Shin duduk di halte berdampingan dengan Viola yang pura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya. Shin tersenyum melihat Viola dari dekat, tanpa disadari oleh Viola. °°° 3 August, 2009. Viola berjalan cepat menuju lantai tiga, di mana di sana adalah lantai untuk kelas tiga. Benar, Viola sudah kelas tiga sekarang, berkali-kali Braga meneleponnya tetepi Viola tak ada jawaban, padahal dengan jelas ponselnya bergetar di saku osisnya. "Yya!! Viola!!" Braga melambaikan tangan, tersenyum ke arah Viola. Viola mendapati Braga sudah di ujung anak tangga lantai tiga, Viola membalas senyum itu. "Cepet!!" perintah Braga, membuat Viola sedikit terburu-buru menaiki anak tangga itu. Braga mengulurkan tangannya, ketika Viola hampir sampai ketempatnya. Viola pun menyambutnya dengan senang hati. "Kenapa bisa kesiangan sih?" protes Braga. "Papa, tadi harus isi bensin dulu, jadi kena macet deh," jawab Viola sekenanya. "Tau gitu gue jemput!" balas Braga tanpa menoleh kearah Viola. "Gue di kelas mana?" tanya Viola. "Sekelas sama gue," jawab Braga singkat, tetapi entah kenapa jawaban Braga seperti orang yang kesal. "Serius?" Braga hanya mengganguk menanggapinya. Braga masuk ke kelas yang di atas pintunya terdapat papan berukuran kecil, dan  bertuliskan 3 Ipa 2. Suana kelas sudah ramai, beberapa siswa sudah menempati tempat duduknya. Viola terus mengikuti langkah Braga.  "Nih!!" ucap Braga membuka bangku untuk Viola. "Wahh!!" Sesuai keinginan Viola, yang ingin duduk di samping jendela, bisa melihat pemandangan luar kelas. "Terima kasih," ucap Viola, ucapan itu disambut senyum Braga. Braga duduk di belakang Viola. Sembari menunggu bel masuk berbunyi, Viola memutar tubuhnya menghadap Braga, tersenyum manis pada sahabatnya itu. "Jangan senyum gitu deh," protes Braga, yang tengah mengambil buku-buku dari dalam tasnya. "Ihh," gerutu Viola, dengan cepat menarik senyumnya kembali. Braga tersenyum, "Kenapa?" tanya Braga dengan lembut. "Gue seneng aja satu kelas sama sahabat gue," jawab Viola sekenanya. "Nanti bakal ada kejutan, yang buat lo lebih seneng lagi," jawab Braga menatap Viola lekat Sontak Viola pun penasaran. Matanya menyelidik Braga dan sekitarnya. Merasa tidak ada yang aneh, mata Viola kini kembali menatap Braga. "Apa?" selidik Viola. Braga menjawab hanya dengan mengangkat bahunya. *** Bersambung... 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

Rewind Our Time

read
168.7K
bc

Everything

read
283.5K
bc

My Sweet Enemy

read
49.1K
bc

T E A R S

read
317.7K
bc

Si dingin suamiku

read
501.1K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook