AT THE EDGE OF WAITING Diperbarui pada Mar 29, 2020, 09:01
"Sorry," jawab si penabrak yang tak lain adalah Shin.
Viola mengendus, "Jadi, cowok yang paling populer di sekolah, yang nabrak Gue?" ujar Viola sedikit kesal,
Tetapi tak bisa dipungkiri wajahnya memerah juga suaranya sedikit bergetar. Mendengar ucapan Viola, tatapan mata tajam Shin mulai menyipit, bibirnya sedikit melengkung, karena hampir tersenyum, tetapi segera menyembunyikannya.
Shin duduk di halte berdampingan dengan Viola yang pura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya.
Shin tersenyum melihat Viola dari dekat, tanpa disadari oleh Viola.
°°°
3 August, 2009.
Viola berjalan cepat menuju lantai tiga, di mana di sana adalah lantai untuk kelas tiga. Benar, Viola sudah kelas tiga sekarang, berkali-kali Braga meneleponnya tetepi Viola tak ada jawaban, padahal dengan jelas ponselnya bergetar di saku osisnya.
"Yya!! Viola!!" Braga melambaikan tangan, tersenyum ke arah Viola.
Viola mendapati Braga sudah di ujung anak tangga lantai tiga, Viola membalas senyum itu.
"Cepet!!" perintah Braga, membuat Viola sedikit terburu-buru menaiki anak tangga itu.
Braga mengulurkan tangannya, ketika Viola hampir sampai ketempatnya. Viola pun menyambutnya dengan senang hati.
"Kenapa bisa kesiangan sih?" protes Braga.
"Papa, tadi harus isi bensin dulu, jadi kena macet deh," jawab Viola sekenanya.
"Tau gitu gue jemput!" balas Braga tanpa menoleh kearah Viola.
"Gue di kelas mana?" tanya Viola.
"Sekelas sama gue," jawab Braga singkat, tetapi entah kenapa jawaban Braga seperti orang yang kesal.
"Serius?"
Braga hanya mengganguk menanggapinya.