Pertama
Aira menyeka peluh di dahi nya, lelah ! Hari ini cafe ramai sekali pengunjung.
Ya, apalagi saat weekend seperti hari ini, cafe tempat ia berkeja slalu ramai di kunjungi orang orang yang ingin menghabiskan waktunya untuk sekedar meminum coffe atau nongkrong bersama temannya.
Untung saja jam kerja nya telah usai, satu persatu rekan kerja nya meninggalkan caffe, Tak terkecuali Aira, ia pulang dengan memesan ojol, karna jarak cafe dan rumahnya lumayan jauh.
"Assalamu'alaikum, bu. Aira pulang" ucap nya. waktu menunjukan pukul 23.30, tak ada yang menjawab salamnya, 'mungkin sudah pada tidur' kata nya dalam hati.
Saat Aira hendak masuk ke kamarnya, tiba tiba terdengar suara isak tangis dari kamar orang tuanya. Ia bergegas menghampiri kamar orang tuanya.
Dilihatnya ternyata ibu yang sedang menangis di kursi samping bapanya.
"Bu, kok nangis, kenapa?" tanya nya pelan.
Ibuu terkejut mendengar suara Aira, di seka air matanya, sebelum memandang ke arah Aira. Aira bersimpuh di pangkuan ibunya.
"sudah pulang nak, sudah makan ?" ucap Ibu mengalihkan pembicaraan.
"Sudah bu, di cafe tadi. Ibu belum jawab pertanyaan Aira, ibu kenapa menangis?" desak Aira
"Tadi Bapak pingsan." jawab ibu lirih,
"Astagfirullah, kenapa bu ? Kok gak dibawa ke rumah sakit?" Aira mengusap kening Bapak perlahan, suhunya normal, sedikit lega batinnya.
"gak papa nak, tadi sudah manggil dokter kesini, katanya tidak perlu di bawa kerumah sakit" jawab Ibu
"kok bisa pingsan bu?" Aira masih penasaran.
Lama ibu terdiam, sampai akhirnya membuka suara.
"tadi... renternir itu datang lagi, mereka bilang, jika dalam waktu satu bulan, Ibu tidak melunasi hutang Ibu, mereka akan menyita rumah ini" kata Ibu lirih
Aira terkejut "Astagfirullah bu, dari mana kita dapat uang sebanyak itu dalam waktu sebulan" perlahan air matanya keluar, sakit ia rasakan di bagian dadanya.
Bagaimana tidak, rumah yang ia tempati sejak lahir harus di ambil orang karna tidak sanggup membayar hutang.
"kita serahkan semuahnya pada Tuhan ya nak, semoga Dia mendengar dan mau menoling kita" yakin Ibu. Aira hanya mengangguk pasrah. Menunggu keajaiban datang.
///
maaf kalo ada kesalahan penulisan pemeran utama cewe, namanya tetep Aira ya saya salah ketik dan susah di perbaiki