Fani baru saja sampai di dalam rumahnya, ia langsung membuka majalah masak yang baru dibelinya. Ia membaca dengan teliti takut-takut dirinya ada yang terlewati, karena mau bagaimana pun juga dirinya harus membuat masakan itu sempurna enak dan tentunya Ardi menyukainya.
Fani bernapas dengan lega ketika melihat isi lemari es nya yang penuh dengan bahan-bahan makanan. Ia kemudian mengambil bahan yang diperlukan untuk membuat masakan kesukaan Ardi--- Udang asam saus mentega. Fani mulai membersihkan udang, entah dirinya mempunyai alergi atau tidak karena kedua tangannya begitu memerah ketika membersihkan udang. Tapi jika dirinya makan ia biasa saja, tidak merasa gatal atau panas. Namun entah kenapa hanya dengan membersihkan udang, tangannya terasa panas seperti ini. Bahkan beberapa kali ia berhenti dan mencuci kedua tangannya agar mengurangi rasa panas dan gatal.
Bukan Fani namanya jika menyerah begitu saja, cewek berambut panjang itu kembali menekuni pekerjaannya yang tertunda tadi. Fani tersenyum melihat semua udang telah ia bersihkan dan cuci bersih, sekarang waktunya dirinya membuat saus dan memasak udangnya saja.
Beruntungnya Fani memiliki daya ingat yang tinggi, sehingga dirinya tidak perlu repot-repot kembali membuka majalahnya ketika memasak. Karena hanya membutuhkan sekali saja membaca, otaknya telah menyerap semua bacaan tersebut.

Tak berapa lama akhirnya masakan yang ia buat telah selesai, dia tersenyum melihat hasil masakannya. Ia berdoa semoga Ardi menyukai masakannya, Fani lantas mengambil Tupperware yang biasa untuk dirinya membawa makanan. Ia memindahkan masakan yang dibuatnya dengan hati-hati takut terjatuh. Tersenyum dengan lega, Fani beranjak dari dapur menuju kamarnya. Ia ingin membersihkan dirinya yang terasa lengket dan bau, tidak mungkin kan jika dirinya pergi ke rumah Ardi dengan bau masakan rasanya itu akan mempermalukan dirinya.
Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mandi dan bersiap, ia terlihat lebih fresh dan cantik tentunya.

Fani keluar dari rumah sambil menenteng paperbag yang berisi masakan spesial untuk Ardi. Dia berharap dengan ini Ardi akan mulai hangat seperti dulu, tidak lagi memandangnya dingin atau berlaku tidak peduli padanya. Yah semoga saja.
Fani yang telah memesan Gojek seketika tersenyum melihat jemputannya sudah berada di depan rumahnya. Dengan senyum ramah ia mengambil helm yang disodorkan si sopir tersebut. Setelah menyebutkan tujuannya sesuai dengan yang dia tulis di aplikasi tersebut, ia lalu naik ke atas motor dan setelah Fani siap motor yang dipesannya itu melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Ardi.
Sesampainya di rumah Ardi ia mendengar suara-suara orang yang sedang mengobrol dan terkadang tertawa membuat Fani penasaran. Fani mengetuk pintu rumah Ardi sambil mengucapkan salam dan tak lama kemudian, pintu yang berada di hadapannya itu terbuka menampilkan seseorang yang tidak ingin dilihatnya.
Shela tersenyum miring melihat Fani yang berdiri di hadapannya dengan membawa paperbag. Ia melirik Fani dari atas ke bawah dengan pandangan menilai, masih tidak percaya jika yang berdiri di hadapannya itu Fani---cewek tomboy yang kini terlihat berbeda dengan penampilannya.
"Mau ngapain lo ke sini?"
Fani mengangkat alisnya tinggi mendengar pertanyaan Shela.
"Siapa Shell?" seru seorang wanita paru baya yang berada di dalam rumah.
"Fani, Tan." balas Fani cepat sebelum keduluan oleh Shela yang kini memandangnya kesal.
Tanpa dipersilahkan masuk oleh Shela, Fani menerobos begitu saja menabrak bahu cewek menyebalkan itu. Ia berjalan santai diiringi sungutan sebal Shela yang mengikutinya berjalan dari belakang.
"Sore, Tan." sapa Fani sambil tersenyum cantik.
Mama Ardi yang tengah mengobrol bersama Ardi dan Alan seketika menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Fani dengan tersenyum kaget. Bagaimana tidak kaget melihat Fani yang berbeda terlihat jauh lebih cantik, pacar dari anak bungsunya itu terlihat lebih feminime. Bukan hanya Mama Ardi yang terpesona sepertinya, tapi kedua cowok yang tengah duduk menghadapnya itu menatapnya dengan pandangan lain. Alan jelas terpesona melihat Fani yang begitu cantik, sedangkan Ardi memandangnya tajam. Membuat dirinya salah tingkah dan merasa risi ditatap seperti itu oleh Ardi.
"Kamu cantik banget, Fan. Pangling Tante lihatnya." seru Mama Ardi yang menyuruh Fani duduk di sampingnya.
Mata kelam kedua cowok berbeda generasi itu terus memandangnya.
"Ah Tante bisa aja." balasnya dengan tersenyum malu membuat Shela yang diam-diam memerhatikan ketiga orang di sana berdecak tidak suka.
"Ah iya, aku baru ingat. Ini Tan cobain, aku lagi belajar masak." ujar Fani sambil menyerahkan paperbag yang berisi masakannya.
Dengan semangat Mama Ardi mengeluarkan Tupperware yang berisi hasil masakan Fani. Ketika tutup makan itu terbuka seketika ruang keluarga rumah Ardi harum aroma masakan Fani.
"Harum banget, Fan." seru Alan yang langsung saja menghampiri dua cewek yang berbeda usia itu.
"Tahu aja kamu, Fan makanan kesukaan Ardi." goda Mama Ardi yang membuat Fani salah tingkah, ia hanya tersenyum sambil membernarkan rambut panjangnya ke belakang telinga.
"Aku mau coba dong, Fan." seru Alan lagi yang melihat sang Mama telah memakannya. Fani mengangguk memersilahkan, sedangkan Ardi. Cowok itu hanya diam menatap Fani dengan tatapan data, tak berniat sedikitpun untuk menghampirinya. Membuat Shela yang diam-diam memerhatikan tersenyum puas melihat Ardi yang diam saja.
"Enak." ujar Mama Ardi sambil tersenyum ke arah Fani.
"Eh apa, Tan?" tanya Fani balik yang kembali tersadar dari lamunan sesaatnya.
"Udang asam saus mentega kamu enak." sahut Alan mewakili sang Mama menjawab pertanyaan Fani.
"Ah gitu, syukur deh kalau enak." balasnya sambil tersenyum tipis.
"Sini Ar cobain masakannya Fani, ini masakan kesukaan kamu kan?" panggil Mama Ardi yang dibalas dengan gelengan dari Ardi membuat Fani seketika sedih.
"Ngomong-ngomong tangan kamu kenapa itu, kok merah-merah?" tanya Alan begitu melihat kedua telapak tangan Fani yang merah. Pertanyaan Alan membuat mereka semua memandang ke arah tangan Fani.
"Ah ini, aku nggak tau kenapa. Cuman pas tadi bersihin udang tangan aku kayak gini, agak gatel terus panas tapi nggak apa-apa kok." jawab Fani diiringi dengan senyuman.
"Cih cari perhatian." dumel Shela pelan namun masih terdengar oleh pendengaran Fani.
"Duh kasian, tangan mulus kamu jadi kayak gini." sahut Mama Ardi prihatin.
"Nggak apa-apa kok, Tan. Lagian udah mendingan, kalau gitu aku pamit yah, Tan." pamit Fani yang bergegas beranjak dari duduknya.
"Loh kok udah mau pulang lagi? Tunggu bentar lagi lah, Fan." sahut Mama Ardi yang keberatan akan Fani yang ingin pulang. Fani hanya tersenyum tipis menjawab pertanyaan Mama Ardi. Lagi pula untuk apa dirinya masih diam di sini, toh Ardi tidak memedulikannya malah membuatnya semakin sakit hati saja akan sifat cowok itu.
"Yaudah deh kalau kamu mau pulang, Ardi sana anterin Fani kasian dia pulang sendiri."
Perkataan Mama Ardi membuat suatu harapan bagi Fani, hatinya sudah berteriak kegirangan karena akan diantar oleh Ardi. Setelah selama lima bulan ini---semenjak mereka berdua putus Ardi tak lagi mengantar jemputnya, dan perkataan Mama Ardi barusan membuat Fani berharap akan kemajuan dari hubungannya. Misalnya seperti mereka kembali bersama?
"Maaf, Tan. Kayaknya Ardi nggak bisa anterin Fani. Aku sama Ardi lagi ngerjain tugas kelompok, jadi kayaknya Kak Alan aja yang anterin Fani." sela Shela cepat.
Binar harapan dihati Fani seketika redup akan perkataan Shela. Dan wajah sendu Fani tak lepas dari tatapan Ardi dan juga Alan.
"Gimana Fan? Kamu nggak cemburu kan Shela berduaan sama Ardi?" tanya Mama Ardi.
"Eh hehe nggak lah, Tan. Santai aja, lagian aku udah biasa liat Ardi di deketin sama Shela." balas Fani sambil tersenyum miring.
"Yaudah yuk, Fan aku anterin. Tunggu yah, aku bawa dulu kunci motor di kamar." Alan berseru sambil berjalan menuju kamarnya.
"Yaudah Tan, Fani pamit yah. Makasih udah mau coba masakan aku. Maaf kalau nggak enak, hehe."
"Kamu ini ah bisa aja, tunggu di sini aja Fan diluar dingin."
"Nggak apa-apa, Tan. Fani lagi gerah," ucapnya sambil mencium tangan kanan Mama Ardi kemudian cewek itu berjalan meninggalkan ruang keluarga menuju teras.
Fani menghela napasnya berat begitu tidak mendapati Ardi saat berpamitan pada Mamanya. Sibuk dengan pikirannya membuat ia tidak menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapannya, sampai sebuah suara membuatnya mendongak.
Iris jelaga itu memaku netra Fani membuat tiba-tiba saja cewek itu dilanda gugup.
"Nih." Ardi menyodorkan jaket beserta salep alergi kepadanya.
"Pake jaketnya, bisa gak sih kalau pakai baju itu yang bener? Nggak kebuka gini, kamu tuh gampang masuk angin. Ini lagi udah tahu gak bisa masak, sok-sok'an masakin udang, kamu tuh kenapa sih?" seru Ardi kesal menatap Fani.
Fani diam saja mendengar perkataan menyakitkan dari Ardi. Dia benar-benar kesal, tak bisa kah Ardi memerlakukannya seperti yang kakaknya itu lakukan? Memujinya sedikit, entah itu dengan penampilannya, atau masakannya. Bukannya malah memarahinya seperti ini.
"Tatap lawan bicaramu, Fan!" geram Ardi yang melihat Fani hanya diam saja sambil kembali menunduk.
"Ehem kalian kenapa?" sahut Alan memecahkan keheningan diantara mereka berdua namun aura ketegangan diantara mereka masih terasa.
Fani seketika mendongak ia langsung membalikkan wajahnya menatap Alan.
"Ah nggak apa-apa kok, Kak. Ayok Kak anter aku pulang." sahut Fani yang segera menghampiri Alan sambil membawa jaket dan salep yang diberikan Ardi.
Alan hanya menurut dengan wajah yang masih bingung namun ia diam saja tidak ingin bertanya lagi.
Begitu Alan akan menaiki motornya, seruan Ardi membuat cowok yang berbeda tiga tahun dari mereka itu urung untuk menaiki motor.
"Pake mobil gue aja." sahut Ardi sambil menyodorkan kunci mobilnya pada Alan.
"Terus ntar lo anterin Shela pake motor gue, gitu?" tanya Alan balik yang langsung saja Fani berteriak dalam hatinya. Tidak, Shela tidak boleh dibonceng oleh Ardi. Ia tidak sudi cowok yang masih dicintainya itu mengantar Shela dengan motor. Kesempatan dalam kesempitan itu namanya!
"Nggak, gue mau pake motor nggak mau pake mobil. Gerah!" seru Fani cepat yang langsung saja mendapat delikan tajam Ardi.
Dan kali ini Ardi yang tidak suka, dia tidak suka Fani harus memeluk Alan saat berboncengan, tidak dia tidak menyukainya.
Begitu tahu jika dirinya akan kalah dari ucapan Ardi maupun Alan. Fani kembali bersuara.
"Pakai motor atau aku pesen Gojek!" tandas Fani final yang membuat kedua cowok di hadapannya itu menggeleng tegas.
Mereka jelas tidak menyukai ide Fani, apalagi dengan Fani yang memakai baju yang seperti itu membuat driver ojol pasti berpikiran yang tidak-tidak kepada Fani. Dan tentu saja mereka jelas tidak menyukainya.
Jika Ardi tidak menyukainya, itu wajah karena Ardi masih menyimpan rasa pada Fani. Tapi Alan? Ini lah yang membuat Fani sedikit bingung dengan perubahan ekspresi Alan yang menyebutkannya, jika dirinya akan naik Gojek saja. Untuk apa pria itu tidak suka? Ini lah yang membuat kebingungan Fani bermunculan.
"Baiklah kita pakai motor." putus Alan final yang membuat Ardi kesal bercampur marah. Tanpa berkata-kata lagi cowok itu berbalik kemudian pergi masuk kembali ke dalam rumahnya diiringi tatapan sendu Fani.
_
_
_
_
Tbc