Fani memasuki kelas dengan langkah gontai, dia memikirkan Ardi yang kemarin melewati rumahnya. Jelas-jelas rumahnya dan rumah Ardi berjauhan tapi kenapa Ardi bisa melewati rumahnya? Rumah kedua temannya pun tidak ada yang satu komplek dengannya, lalu kenapa bisa mantannya itu melewati rumahnya membuat hatinya kembali galau.
Rara yang sudah datang dan berada di bangkunyaseketika menaikkan alisnya tinggi, ketika melihat sang sahabat yang berjalan gontai ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Rara setelah Fani duduk di sampingnya.
Fani mengembuskan napasnya dengan berat, kedua tangannya ia taruh di meja lalu wajahnya ia sembunyikan pada kedua tangannya itu.
"Kemarin... Ardi lewatin rumah gue." ujarnya lirih dengan nada yang begitu lemah.
"Hah!" balas Rara tak percaya.
Fani berdecak kemudian mengangkat wajahnya dari kedua tanganya tersebut.
"Iya kalau elo gak percaya, lo bisa tanya sama Pak Rio." dumel Fani kesal karena sahabatnya itu meragukannya.
"Terus ngapain si Ardi lewatin rumah lo?"
Fani berdecak mendengar pertanyaan Rara.
"Mana gue tahu, kan gue juga tanya gitu sama lo tadi." dengus Fani yang semakin jengkel dengan sahabatnya itu.
"Apa jangan-jangan tuh cowok ngikutin lo?" selidik Rara memandang Fani dengan mata yang sengaja disipitkan.
Alis Fani terangkat tinggi lalu sedetik kemudian dirinya mengeluarkan suara tawa, yang membuat beberapa temannya yang baru masuk langsung melirik ke arah mereka.
"Haha... Ngaco lo, kurang kerjaan banget si Ardi ngikutin gue. Lagian buat apa coba tuh anak lewatin rumah gue "
"Ya kangen misalnya?" goda Rara yang langsung mendapat dengusan Fani.
"Betewe, Fan gue pinjem ponsel lo dong. Pulsa gue abis nih, gue mau kasih tau Abang gue buat gak usah jemput gue nanti pulang sekolah."
Fani pun memberikan ponselnya kepada Rara ia lantas berdiri dari duduknya.
"Gue titip dulu deh ponselnya di elo."
"Lah emangnya lo mau ke mana?" tanya Rara bingung.
"Mau ke ruang guru." balasnya sambil berlalu meninggalkan kelas.
Kini Rara tengah asyik memegang ponsel Fani, sesuai dengan perkataan yang dirinya utarakan kepada Fani untuk mengirim sms pada Abangnya. Seharusnya dia membiarkan ponsel Fani di dalam saku seragamnya, namun jemarinya begitu gatal ketika melihat notifikasi dari Pak Rio---guru PKL yang menurut rumor menyukai sahabatnya itu---Fani.
Jemari nakalnya langsung saja membuka pesan tersebut dengan senyum menyebalkan.
Pagi Fan.
Semoga harinya menyenangkan
Rara tersenyum geli begitu membacanya. Dia semakin penasaran dengan pesan-pesan lainnya yang dikirimkan oleh Pak Rio kepada sahabatnya. Asal kalian tahu Fani itu termasuk cewek yang tidak suka dengan kata-kata yang terlalu berlebihan, dan Pak Rio jenis orang yang selalu melebihkan kata-kata dalam setiap pesannya. Pantas saja Fani membalasnya begitu singkat dan tak jarang sahabatnya itu tidak membalasnya. Dia ingin tertawa melihat pesan yang membuat dirinya geli sendiri.
Selamat tidur Fani,
Semoga memimpikan saya. Karena setiap malam saya selalu memimpikan kamu, mungkin itu salah satu pertanda bahwa kita berjodoh :)
Ingin sekali Rara menyemburkan tawanya namun dirinya tidak ingin sampai anak-anak menghampirinya karena penasaran. Pesan tersebut tentu tidak di balas oleh Fani dan hanya membacanya saja, jelas saja sahabatnya itu tidak akan membalas, kata-katanya saja menggelikan seperti itu.
Rara semakin penasaran dengan pesan lainnya, dia kemudian melihat dan membaca kembali pesan dari Pak Rio.
Terimakasih Fani sudah mengizinkan saya mengantarmu pulang, akhinya saya tahu rumahmu. Next time saya akan membawa kedua orangtua saya. Persiapkan dirimu yah :)
Mata Rara membulat kedua bola matanya seakan ingin keluar begitu dirinya telah selesai membaca pesan dari Pak Rio. Dia tidak menyangka guru pengganti itu begitu serius kepada sahabatnya, dan sepertinya Fani tidak menanggapinya karena dia lagi-lagi hanya membacanya. Bagaimana mungkin Fani mau menerima lamaran tersirat gurunya itu, kalau dirinya saja belum move-on. Fani begitu cinta mati kepada Ardi jelas saja dia akan menolak Pak Rio mau setampan apa, segagah apa, se-kaya apa, semapan apa, tetap saja dirinya akan menolak Pak Rio. Hatinya sudah tertutup oleh Ardi dan kemungkinan tidak akan ada cowok lain yang menggantikan sang ketos kita.
Entah setan dari mana sehingga dirinya niat untuk memfoto bukti percakapan antara Fani dan Pak Rio. Dia hanya menjaga-jaga saja, siapa tahu pesan-pesan menggelikan itu bermanfaat baginya. Batinnya dalam hati, dia kembali menscroll percakapannya sambil terkekeh geli.
Fani dan Rara berjalan beriringan di koridor, mereka akan kembali ke kelas setelah menghabiskan waktu istirahatnya di kantin. Obrolan Fani seketika terhenti begitu dirinya melihat sang mantan yang berjalan ke arahnya dengan Radit sohibnya. Ardi sesekali tersenyum dan mengangguk begitu mendengarkan Radit berbicara, dan dia begitu merindukan senyuman cowok itu. Ah andai kan saja dirinya masih berhubungan dengannya mungkin dia tidak akan seperti ini. Batinnya dengan senyum miris.
"Emm pantes aja lo berenti ngoceh, ternyata ada si mantan toh." goda Rara yang langsung saja mendapat dengusan dari Fani.
Jantungnya semakin berdetak tidak karuan begitu jarak antara dirinya dan Ardi semakin dekat, Fani segera mengobrol kembali dengan Rara mengalihkan pandanganya dari Ardi. Ketika Ardi berpapasan dengannya ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, detak jantungnya semakin menggila dan jangan lupakan aroma parfume Ardi yang begitu memabukan membuat dirinya ingin pingsan karena merindukan semua tentang cowok itu.
Sedangkan Ardi sendiri yang melihat tingkah Fani hanya menaikkan alisnya tinggi.
Rara tiba-tiba saja berhenti, dia lalu membalikkan tubuhnya kemudian berteriak memanggil sang ketos sebelum kedua pria itu semakin menjauh. Dan Fani yang berada di sampingnya seketika mempunyai firasat tidak baik dengan aksi Rara kali ini. Dia berdoa agar temannya yang diam-diam menghanyutkan itu tidak melakukan yang aneh-aneh untuk memperlakukan dirinya.
"Hei Ketos." teriak Rara membuat Ardi dan Radit berhenti kemudian membalikkan badannya, dia bersyukur jika yang berada di koridor ini hanya ada mereka berempat.
Ardi tidak membalas teriakan Rara yang menghentikan langkahnya, dia hanya menaikkan alisnya bingung.
"Sohib gue kangen sama elo katanya." serunya lagi yang langsung dapat pelolototan tidak percaya Fani, sahabatnya itu seketika menampar pantatnya sambil berbisik "b******k" dan Rara hanya meringis sambil terkekeh. Berbeda dengan kedua cowok di depannya itu, Radit jelas terkekeh geli mendengar seruan Rara. Sedangkan Ardi hanya memandang lurus Fani tanpa senyum membuat perasaan Fani tidak karuan.
Setelah menatap Fani dengan intens ia kembali membalikkan badannya di ikuti oleh Radit. Namun lain halnya dengan Fani dan Rara yang masih setia pada posisinya menatap punggung kedua cowok itu.
Fani yang masih kesal dengan Rara kini gantian dirinya yang berteriak. Membuat lagi-lagi Ardi dan Radit membalikkan badannya.
"Kali ini apalagi? Mau bilang kalau elo masih cinta sama sohib gue, tenang aja dia udah tau ko." seru Radit sambil menyeringai.
Ardi sendiri hanya mendesis sedangkan Fani? Wajah cewek itu sudah memerah seperti tomat yang begitu matang. Merah sempurna.
"A-apaan sih lo. Dit. Nga-ngarang lo." dustanya yang langsung dapat kekehan geli dari Radit.
"Kenyataan juga nggak apa-apa kali, toh sohib gue juga masih jomblo." serunya lagi yang lagi-lagi mendapat dengusan dari Ardi.
"Bodo amat!" balas Fani cepat yang langsung saja mendapat tatapan tajam dari Ardi membuat ia seketika menelan ludahnya dengan gugup. Namun dirinya mencoba untuk tidak terpengaruh. Mengangkat dagunya tinggi Fani kembali membalas ucapan Radit.
"Gue cuman bilang, kapan elo mau nembak sohib gue. Baperin iya jadian kagak, keduluan sama cowok lain mampus lo!" ujarnya sengit yang membuat Radit dan Rara menganga dengan perkataan Fani.
Sedangkan Radit sendiri hanya menampilkan senyum tipis yang tentunya tidak terlihat oleh siapapun.
Setelah mengatakan hal tersebut Fani berbalik lalu berjalan meninggalkan Rara yang masih terpaku di tempatnya. Namun beberapa detik kemudian seakan tersadar jika Fani telah meninggalkannya, Rara pun berlari mengejar Fani dengan makian seperti "s****n" yang tentunya di tujukan pada Fani.
Adit menggeleng dengan senyum melihat kelakuan dua cewek itu, sedangkan Radit mendengus namun tersenyum juga.
"Mantan cewek lo tuh, Ar bener-bener deh tuh mulutnya." ujarnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Ck lagian bener yang di omongin Fani, nggak baik baperin anak orang." balasnya sambil berbalik lalu kembali melangkah melanjutkan perjalanannya yang tertunda diikuti Radit di belakangnya.
"Huh! Kayak elo nggak aja, elo lebih parah nahan perasaan cewek. Di deketin sama cowok lain gak boleh, tapi elo-nya diem aja di tempat. Di kawinin Pak Rio baru tau rasa lo?!" serunya sengit yang membuat langkahnya kembali terhenti, Adit memiringkan wajahnya menatap Radit dengan tatapan tajamnya. Membuat Radit seketika meringis melihat reaksi Ardi sebelum Ardi menelannya bulat-bulat.
"So-sorry gue ngomong apa adanya." katanya lagi yang langsung saja berlari meninggalkan sahabatnya itu yang telah mengeluarkan aura hitamnya.
"s****n!" desisnya kesal lalu kembali melangkah setelah lagi-lagi terhenti.
Rara benar-benar tidak percaya jika Fani dengan mulut sialannya itu tega membeberkan kenyataannya di depan cowok yang sialannya di sukai olehnya. Dengan kesal ia mengambil ponselnya lalu membuka grup sekolah khusus kelas 12 karena sedari tadi ponselnya itu terus berbunyi. Rara membaca notifikasi line dari teman-teman angkatannya. Tidak ada yang seru batinnya.
Tiba-tiba saja dirinya teringat jika ia tadi telah menscreen-shoot percakapan antara Fani dan Pak Rio. Dengan senyum setan ia mengirimkan percakapan tersebut pada grup sekolah, yang beruntungnya tidak ada kontak para guru di grup tersebut.
Rara_12A
Gaesss gue punya berita up to date...
Bian_12A
Paling-paling obral novel atau kontak cowok cakep.
Mira_12B
Apaan Ra? Kalau yang di omongin si Bian beneran juga gpp Ra xD
Radit_12C
Apa?
Niko_12A
2
Rara_12A
Elo semua yang suka sama Fani siap-siap buat patah hati. Soalnya....
Niko_12A
Soalnya apa? Ngomong yang jelas elah...
Bian_12A
Ngomongnya jangan setengah-setengah woy!!!
Rara_12A
Woleesss kali Pak @Niko_12A @Bian_12A
Radit_12C
Ardi balikan lagi sama Fani?
Rara_12A
Emm sayangnya bukan.
Galih_12D
Terus?
Rara_12A
Pak Rio!!!
Bian_12A
Seriusan???
Niko_12A
Ngarang lo!
Rara yang kesal karena dianggap berbohong pun langsung mengirimkan buktinya. Notifikasi dari aplikasi Line pun seketika meramaikan Hp nya dan sedetik kemudiam dirinya menon-aktifkan ponselnya, karena dia tahu Fani akan memborbardir ponselnya.
Rara terkikik geli membaca balasan dari teman-temannya, dia berani bertaruh jika besok sekolah akan gempar karena aksinya. Dan dirinya bersyukur jika besok dirinya sudah izin untuk diam di ruang kesehatan menggantikan Meta yang tidak bisa masuk.
Di tempat lain, Fani yang masih di sekolah dan baru selesai rapat dengan semua ketua ekskul berjalan menuju kelasnya. Namun ketika dirinya akan melewati peepustakaan, lengannya di tarik seseorang untuk masuk ke dalam perpustakaan tersebut dan menutupnya. Fani yang akan menyemburkan sumpah serapahnya seketika tidak jadi, ketika dirinya tersadar jika yang menariknya itu Ardi---sang mantan terindah.
Ardi menatapnya dengan dingin, iris jelaganya itu memaku Fani membuat jantung Fani berdetak tidak karuan. Cowok yang masih mengisi hari-harinya itu memajukan tubuhnya mengurungnya di tembok. Jantungnya semakin berdetak tidak normal wajahnya memerah ketika wajah Ardi semakin dekat dengannya, bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan. Onyx gelap Ardi terus menatapnya membuat Fani ingin meleleh.

(Anggap saja mereka pake seragam )
"Sejak kapan, kamu ja-di-an sama Rio?" bisiknya dalam di depan bibir Fani.
Fani yang tidak bisa berkonsentrasi karena jarak wajahnya dengan Ardi yang begitu dekat, serta tatapan dalam cowok itu kepadanya dan bau parfume mantannya membuat dirinya kehilangan fokus.
"Aku kangen banget sama kamu, Fan. Kangen banget." ujarnya lirih dengan sorot mata yang kini memandangnya dengan tatapan rindu.
Tbc