"Ayah meminta kita keistana untuk membuat lukisan keluarga kerajaan" ucap Alaric kepada Bella yang berjalan disampingnya.
Pasangan suami istri itu sedang berjalan kelantai bawah untuk pergi keruangan masing masing.
"Kapan?" tanya Bella.
"Nanti siang"
"Lanjutkan perjalananmu, aku akan kedapur" Bella berbalik arah kearah dapur dengan tergesa gesa.
"Kau ingin melakukan apa?" tanya Alaric menghentikan jalannya dan berbalik menatap Bella.
Bella juga membalikan tubuhnya dan membuatnya berjalan mundur.
"Aku akan membuat sesuatu" jawab Bella tanpa melihat dibelakangnya ada sebuah pilar besar.
"Baiklah, tapi hati-hati dibelakangmu ada-"
"Aku pergi dulu, selamat tinggal" potong Bella kembali membalikkan tubuhnya.
Bruk
"Aw jidat gue" ringis Bella mengelus dahinya yang baru saja terbentur pilar didepannya.
"Pilar" lanjut Alaric pelan dengan wajah meringis melihat betapa kerasnya benturan dahi Bella dengan pilar besar tersebut.
"Kau tidak apa apa?" tanya Alaric khawatir.
Bella menyengir menatap Alaric lalu berujar "Tidak usah khawatir, aku baik baik saja. Selesaikan urusanmu, aku akan pergi kedapur, bye"
Wanita itu pergi meninggalkan Alaric dengan rasa malu yang tidak bisa ia pungkiri, apalagi tadi ada beberapa pengawal yang melihat kejadian tersebut.
"Oh my god, malu banget!" gumam Bella sambil mencoba berjalan secepat mungkin.
Tingkah konyol Bella itu membuat Alaric geleng geleng kepala sambil tersenyum geli. Ah istrinya itu memang selalu bisa membuatnya semakin jatuh cinta setiap harinya.
-----------
Didapur, Bella sedang sibuk menyiapkan bahan bahan masakan, karena dia berencana untuk mengenalkan beberapa jenis makanan modern kepada Raja dan Ratu.
"Apakah rotinya sudah matang?" tanya Bella pada salah satu pelayan yang bertugas memanggang.
Untuk memepersingkat waktu, Bella mengerahkan semua pelayan dan koki yang ada untuk membantunya menyiapkan makanan yang akan ia buat.
"Sudah putri" jawab pelayan tersebut.
"Tunggu beberapa menit, potong potong lalu masukan lagi kedalam panggangan hingga kering, setelah itu hancurkan"
"Baik Putri"
"Ayam yang ku minta mana?" tanya Bella pada kepala dapur.
"Sedang-"
"Ini ayam yang Putri minta sudah siap" ucapan kepala pelayan terpotong oleh pelayan laki-laki yang membawa ayam yang sudah bersih dari bulunya.
"Taruh disini" ucap Bella menunjuk talenan kayu besar.
"Perhatikan" lanjut Bella yang mendapat anggukkan kompak dari orang orang yang berada disana.
Setelah ayam itu sudah diletakan ditalenan, Bella mengelapnya menggunakan lap bersih.
"Pisau yang paling tajam"
Kepala dapur segera memberikan pisau kepada Bella.
Bella memotong ayam tersebut dengan teknik fillet, yaitu memisahkan daging dengan tulangnya, membuat kepala dapur melongo melihat cara memotong Bella yang tidak biasa.
Bella mengambil tepung dan memasukkannya kedalam mangkuk kayu besar, lalu memasukkan air, rempah rempah dan garam, dia juga menaruh tepung dipiring besar.
Bella mengambil sepotong daging ayam, mencelupkannya kedalam adonan basah lalu keadonan kering, dia melakukan itu sebanyak dua kali, lalu memasukkannya kedalam penggorengan kuno yang sudah terisi minyak panas.
Para pelayan mendekati penggorengan, penasaran dengan yang sedang dimasak oleh sang Putri. Setelah dirasa matang Bella mengangkatnya dan ditaruh dipiring kayu. Bella mengangkat piringnya dan tersenyum puas.
"Wow" takjub para pelayan dan koki disana.
"Lakukan seperti apa yang ku lakukan tadi sampai satu ayam ini habis"
"Baik putri" balas para pelayan serempak dan segera melakukan apa yang diperintahkan Bella.
"Kau Markonah" Bella menunjuk salah satu pelayan muda yang ada didapur.
Pelayan yang merasa dirinya ditunjuk segera menghampiri Bella dengan terburu buru. Dia menunduk hormat, lalu berujar "Maaf putri nama saya Carolyn"
"Ah iya terserah"
Bella mengambil kentang yang sudah dikupas, dilemparnya keatas lalu ditakapnya kembali.
"Jangan menunduk, perhatikan aku" pelayan itu mengangkat kepala dan memperhatikan Bella dengan seksama.
Bella mengambil pisau, memotong kentang yang ada ditangannya dari ujang hingga bawah tanpa terputus. Bella celangak celinguk mencari benda untuk menusuk kentang yang dia pegang, lalu pandangnnya berhenti pada salah satu pelayan dari negri gingseng.
"Kau, tolong pinjam tusuk rambutmu" ucap Bella, membuat pelayan itu mau tak mau meminjamkannya.
Bella mencuci tusuk rambut tersebut, lalu menusukannya pada kentang yang sudah dipotong. Menggorengnya sebentar dan jadilah kentang tornado dengan visual yang sangat menarik untuk dimakan.
"Lanjukan seperti itu, tapi kau jangan menusuknya menggunakan tusuk rambut juga, cari kayu dan bentuk seperti itu" ucap Bella.
"Baik putri" pelayan itu segera pergi melakukan perintah Bella.
Bella membuat beberapa makanan lagi sambil sesekali memperhatikan pekerjaan para pelayan dan koki disana.
Dan masakan terakhir adalah pie buah yang sedang dipanggang, dia khawatir pie tersebut gosong karena panggangan yang dia gunakan adalah panggangan jaman kuno yang terbuat dari tanah liat, tapi saat dikeluarkan ternyata pie itu matang dengan sempurna. Bella bernafas lega, lalu dia menambahkan buah buahan dan agar-agar yang sudah dimasak, tunggu mengeras dan selesai.
Bella naik kelantai dua untuk membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket dengan keringat serta beberapa tepung yang menempel dibaju dan wajahnya.
Bella mengganti pakaiannya dengan dress hitam bertali spaghetti dan memoleskan pewarna bibir bewarna nude kebibirnya.
Setelah selesai semua, Bella menemui Alaric yang masih betah diruangannya, tapi sebelum itu dia keruangannya terlebih dahulu untuk mengambil kamera.
Cekrek
Bella memotret Alaric yang tengah fokus dengan kertas dihadapannya.
"Bella" Alaric memandang Bella kesal, dia tidak suka difoto.
Bella terkekeh, menghampiri Alaric lalu duduk dipaha laki-laki itu, membuat Alaric melingkarkan tangannya pada pinggang Bella.
"Kau tampan" puji Bella menatap hasil foto yang ada ditangannya.
"Kau sangat cantik hari ini" balas Alaric mengecup pipi kiri Bella.
"Haha, tentu"
"Kau sudah menyelasaikan urusanmu didapur?" tanya Alaric dengan tangan yang mengelus perut rata Bella.
"Sudah"
"Mau pergi sekarang?"
"Ayo" Bella bangkit diikuti Alaric.
Mereka berdua berjalan keluar menuju kereta kuda.
"Tolong bawakan keranjang ku yang ada didapur" ucap Bella sebelum menaiki kereta kuda.
"Baik putri" pelayan itu segera pergi dan kembali dengan keranjang rotan yang cukup besar.
Kereta kuda Bella dan Alaric berjalan meninggalkan mansion diikuti satu kereta kuda dibelakangnya yang berisi beberapa pelayan wanita dan para pengawal yang menunggangi kuda berada disamping dan dibelakang kereta kuda mereka berdua.
Saat sampai diistana, Bella dibuat takjub dengan istana yang sangat megah dan mewah, serta interiornya yang terbuat dari emas dan perak.
"Ini tiang kalo gue jual dapet berapa miliar ya? Bakalan kaya mendadak gue" gumam Bella mengelus tiang berlapis emas yang ada dihalaman depan.
Alaric yang mendengar gumaman Bella hanya terkekeh kecil.
"Ayo masuk" ajak Alaric.
"Ekhm" Bella berdiri tegak mencoba bersikap anggun.
Aduh Rai jangan malu malauin anjir, anggun Rai anggun Rutuk Bella dalam hati.
Bella melingkarkan tangannya dilengan Alaric dan mereka berjalan memasuki istana. Didalam mereka disambut dengan beberapa pelayan yang berjejer rapih.
"Dimana Raja?" tanya Alaric kepada salah satu pelayan.
"Diruang keluarga, Pangeran" balas pelayan itu dengan kepala yang tertunduk.
Alaric membawa Bella keruang keluarga, dan dia mendapati orang tuanya sedang mengobrol santai disofa ruangan tersebut.
"Apakah kalian baru saja datang?" ucap Raja ketika melihat mereka berjalan mendekat.
Bella melepaskan tangannya dari lengan Alaric.
"Salam Yang mulia Raja dan Ratu" Bella memberikan salam dengan kedua tangan berada diperut dan tubuh yang membungkuk.
"Hm" Alaric hanya berdehem menjawab pertanyaan ayahnya, membuatnya mendapat cubitan dari sang istri.
"Yang sopan" ucap Bella pelan, lalu tersenyum tak enak kepada Raja dan Ratu.
"Sakit Bell" ringis Alaric mengusap pinggangnya yang terasa panas.
Orang tua Alaric hanya tersenyum melihat interaksi sepasang suami istri itu.
"Silahkan duduk" ucap Ratu mempersilahkan.
"Bagaimana kabar kalian?" lanjut Ratu saat Bella dan Alaric telah duduk.
"Kami baik, apakah pelukisnya sudah datang Yang mulia?" tanya Bella.
"Tidak usah terlalu formal, panggil ayah saja. Mungkin pelukisnya sebentar lagi akan datang" jawab Raja yang hanya dibalas anggukan sopan oleh Bella.
Mereka berbincang bincang sebentar hingga seorang laki-laki mengintrupsi pembicaraam mereka.
"Maaf Yang mulia, pekukisnya tidak bisa datang karena terhalang hujan badai" ucap laki-laki itu.
"Apakah tidak ada pelukis lain?" tanya sang Raja.
"Tidak Yang mulia, diluar sedang hujan badai jadi tidak mungkin ada pelukis yang mau datang kesini"
"Baiklah kau bisa pergi" ucap sang Raja membuat laki-laki itu segera pergi.
"Sepertinya acara membuat lukisan ini akan diundur" ucap Raja dengan nada kecewa.
Bella menyingkirkan kepala Alaric yang berada dilehernya.
"Tidak perlu diundur, sekarang pun kita bisa membuatnya. Ayo ke Aula" ucap Bella percaya diri, dia pergi seorang diri meninggalkan mereka.
"Serahkan saja padanya" ucap Alaric berdiri dari duduknya.
Tiba-tiba Bella kembali dengan wajah menyengir menahan malu.
"Hehehe aku tidak tahu letak aulanya dimana"
Alaric merangkul Bella, membawanya ke aula meninggalkan orang tuanya yang masih berdiri diruang tamu. Siapapun tolong carikan akhlak Alaric.
"Anak sialan" umpat sang Raja.