Seperi biasa Ayu yang sudah menjadi pramuniaga di butik Safana kini perasaannya sedang tidak karuan entah apa penyebabnya rasa Ayu hanya ingin marah dan diam. Sesampainya di butik Ayu bersama mamanya menuju ruang direksi bersama staf lainnya
" Ayu, apa kelanjutan dari pembukaan satpam berikutnya ?" tanya mama
" Nanti juga mama tahu sabil Ayu berfikir ma" jawab jutek Ayu
Indah yang melihatnya paham dengan sikap Ayu yang tiba saja jutek . Setelah selesai bimbingan hanya tinggal Indah dan bu Dinda yang di ruang direksi
" Indah kamu tahu Ayu kenapa seperti itu " tanya bu Dinda
" Kalau dari raut wajahnya seperti tak enak perasaannya bu, atau sedang ingin sendiri karena kalut bu " jawab Indah
" Dari tadi di rumah sudah seperti itu saya bingung di tanya jawabnya singkat kalau gak ya diam " ucap Bu Dinda
Bembari berjalan Indah dan Bos Dinda melihat keadaan Ayu dari CCTV
" lihat saja bu sedang murung. mungkin sedang memikirkan sesuatu " ucap Indah .
indah dan bu Bosnya menjalankan tugasnya seperti biasa dimana Indah mengerjakan laporan dan bosnya mengecek kinerja pekerja penjahitnya dan kualitas jahitannya. Ayu yang sedang menjaga kasih melihat mantan pacarnya bersama wanita membuatnya tambah panas
" Ayu" sapa Doni
" iya Don " jawab singkat Ayu
Ayu yang menjalankan pekerjaannya secara profesional namun Doni selalu menggodanya hingga membuat Ayu sedih
" Kamu kuliah tinggi tinggi masa hanya sebagai penjaga butik " ucap Doni
" Ya apa masalahnya kan pekerjaannya halal bukan mencuri " jawab Ayu
" Kita udah pisah 4 tahun lamanya sepertinya aku belum pernah lihat kamu update pasangan kamu " tanya Doni
" Iya ngapain apa masalahnha dengammu. kamu hanya masa lalu gak usah mengusik hidupku " jawab ayu dengan nada tinggi
Ayu meninggalkan Doni begitu saja setelah Doni membayar kain yang di belinya
Dea yang melihat Ayu berlari dari dalam entah mengapa membuatnya seperti itu namun tanggan Dea di tampis oleh ayu begitu saja .
" Ada apa yang terjadi pak " tanya Dea
" Tak tahu kan yang dilam mbak Dea bukan mang Udin " ucap Pak Udin
Pak udin berlari mencari Ayu namun hasilnya nihil
" Kemana ini non Ayu di sana gak ada di situ gak ada" gumam pak Udin
Indah yang penasaran tak melihat Ayu dari siang membuatnya panik
" pak Udin lihat Non Ayu " tanya Indah
" emm emmm tadi lihat mba Indah berlari ke luar setelah saya kejar gak tahu lari kemana" jawab Pak Udin
" kemana lagi ini sedang kalut pikirannya " gumam indah
Ayu yang berada di taman di bawah pohon dan dekat dengan anak sungai untuk menenangkan pikirannya sembari Ayu menangis . Beberapa ponselnya ada panggilan masuk tidak satupun Ayu angkat panggilan dari butik Safana . Ayu memilih menangis di tepi sungai dengan cuaca yang sangat mendung.
" Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku mengapa aku marah dan menangis seperti ini " ucap Ayu
Ayu yang melihat kedua anak dan orang tua melewati Ayu di tepi sungai membuat ayu tambah sedih
"Mengapa aku tak sebahagia anak kecil itu. mengapa aku terlahir dari orang tua yang broken home . mengapa Tuhan memberiku orang tua yang seperti ini" ucap Ayu
Dan Ayu melihat kembali sepasang sejoli yang sedang di mabuk asmara dengan mesranya lewat dengan cepat di depan Ayu dan di hiasi rintikan air hujan
" Mengapa Tuhan mengambil semua kebahagiaanku apakah Ayi juga merasakan yang sama denganku " gumam Ayu
Hujan yang tambah derasnya tak menghiraukan hujan dan angin yang mengenai tubuhnya . Ayu dengan senang duduk di taman tanpa ada yang menghalanginya. Hanya beberapa orang yang melihatnya sedang bermain hujan angin angin burung yang terdengar di telinga Ayu
" Udah besar aja masih bermain air hujan apa nanti tidak sakit " ucap pengunjung taman
Ayu yang melihat pengemis dengan cucunya sedang berteduh membuatnya senang melihat Kakek dan Cucu tersebut dengan harmonis. Hingga beberapa suara petir menyambar Ayu mulai berteduh berdekatan dengan Kakak dan cucu tersebut
Ayu yang juga merasa kedinginan dan menangis di dekat kakek
" Nak, mengapa kau main air hujan yang deras dan menangis " tanya kakek
" Entah mengapa kek. rasanya ingin marah saja Ayu juga gak tau apa permasalhannya " jawab Ayu
" Jangan begitu naak buanglah sifat itu yang akan membuatku rugi dan membuat orang di sekitarmu cemas " jawab Kakek
" Mengapa Tuhan membuat orang tua broken home dan mantan pacarku ledeki ku katanya aku anak yang tak berguna dan memperlakukanku tidak baik kek" ucap Ayu
" itu semua sudah ada yang mengaturnya bagaimana kita menjalani dengan sebaik mungkin . Naah sudah terang kakek pamit dulu ya " jawab kakek
Ayu yang masih setia di taman dengan menyaksikan pelangi yang nampak di hadapannya . Seketika langit itu hilang dan di guyur hujan yang tambah derasnya Ayu mendengar cerita kakek memilihnya untuk kembali ke butik dengan berjalan kaki sambil menangis
Banyak pasang mata melihat Ayu yang menangis dengan berjalan hingga Ayu berada di depan butik Safana dengan kaki yang lemas dan pandangan yang mulai kabur . Pak Udin melihat Ayu yang berjalan sempoyongan dengan cepat pak Udin membawa payung dan di bukannya menuju Ayu
" Non hujan hujan dari mana" tanta pak Udin yang berteriak
" Menemagkan diri " jawab Ayu
Entah apa yang akan di ucapkan Ayu pada pak Udin hanya memegang tangan pak Udin dengan satu lengannya hingga ketika Ayu pingsan di hadapan pak Udin
Dengan segera Pak Udin menarik Ayu dan membawanya ke ruang atas
" Awas awas awas Bu Ibu bu Ibu " teriak pak Udin
bu Dinda yang mendengarnya menghentikan pekerjaannya dan melihat Pak Udin yang membawa Ayu sedang pingsan. Indah juga menghentikan pekerjaannya saat mendengar Ayu pingsan
" Ayuu Yuuu kenapa bisa pingsan . cebat bawa ke ruang pribadi saya " teriak bu Dinda
Indah mengikuti PakUdin yang membawa Ayu dan bu Dinda yang sebelumnya Indah membuat teh hangat dan bubur hangat
" Permisi bu Ini bubur dan teh hangat kesukaan non Ayu" ucap Indah
" Mengapa Ayu seperti ini pak Udin " tanya bi Dinda
" saja juga tak tahu bu. Saya melihat non Ayu berjalan masuk ke halaman Butik saat tanya non Ayu hanya memegang saya dan pingsan " jawab Pak Udin
Setelah di hangatkan tubuh Ayu dan berganti pakaian Ayu yang sudah sadar dari pingsannya
" Non minum tehnya dulu mumpung masih hangat " ucap Indah
Mamanya mengeringkan rambut Ayu yang masih basah dengan heardeyer
" Aaaah nikmatnya teh ini kalau yang buat kak Indah " memuji Indah
" Sebenarnya apa yang kamu rasakan hingga membuatmu seperti ini " tanya Indah
" Awalnya entah apa yang kurasakan hanya emosi yang ku dapat. Dan hingga aku bertemu Doni mantanku ka yang meledeku yang intinya sekolah tinggi tinggi hanya bekerja di butik usah seperti itu di tambah Doni ya tambah emosi aku kak " jawab Ayu
" Niih makan buburnya biar hangat kaka suapin ya " ucap Indah
Indah menyuapi Ayu yang kedinginan hingga membuat bibirnya yang tipis membiru
"aaaaaaa panas" teriak Ayu
Indah meniup bubur sebelum di makan Ayu.
" Jangnlah kamu berbuat seperti ini lagi buat kaka sedih, bingung memang kamu bukan adik ka Indah tapi Kak sudah anggap kamu adik kaka dan bu Dinda seperti mama kaka sendiri. Kamu mau kan mau berjanji tidak melakukannya lagi " ucap Indah
" Iya ka aku berjanji akan stabil emosiku " jawab Ayu
Sesampainya di rumah Ayu langsung tidur karena capai seharian menangis tak jelas dan mamanya membiarkan Ayu seperti itu dahulu tak ingin memarahi Ayu dengan emosi ya yang masih labil