bc

Aku Istrinya

book_age16+
2.2K
IKUTI
17.9K
BACA
HE
goodgirl
brave
dare to love and hate
drama
sweet
bxg
coming of age
sacrifice
like
intro-logo
Uraian

Meysha Aditama adalah seorang model. Di hari pernikahannya kedua orang tua Meysha mengalami kecelakaan maut. Meysha menggila sehingga hal itu membuat mentalnya terganggu, Anxiety Disorder.

“Cukup Arsy Allah bergetar sekali ketika ijab qabul. Tidak akan berguncang kedua kalinya!” -Fathan Murat-

“Esha tidak akan menagih apapun dari Abang. Takdir milik Allah, Esha hanya mampu ikhtiar dan berdo’a semoga hati Abang benar-benar dikukuhkan.” -Meysha Aditama-

Getir. Akankah Fathan sesetia kalimat yang dia ucapkan? Seberapa besarpun cinta Fathan padanya, tapi hati sangat mudah berubah. Terlebih Fathan selalu mendapat desakan dari Mama untuk menceraikannya.

“Kalau saya menggantikan tempat suami kamu, boleh tidak? Dia ada Mama yang harus dia patuhi. Sedangkan saya tidak ada siapapun yang akan mengatur. Dengan saya, kamu tidak akan dihina oleh siapapun lagi.” -Ishaq-

Rumah tangga mana yang tidak dilanda badai? Pun Meysha, bahkan sudah dimulai sejak awal pernikahannya. Masalah beruntun datang seolah tidak ada putusnya. Badai seolah mereda, angin semilir datang menawarkan sejuknya ketenangan. Bagaimanakah kesudahannya? Apakah Meysha bertahan atau malah terbawa oleh hembusan semilir angin yang menawarkan kesejukan itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Hinaan
“LELET banget sih kamu, Sha.” caci Ami pada Meysha, menantunya. Ami mengambil minuman yang sudah Meysha susun di baki. Meysha tersenyum, lalu meletakkan gelas terakhir. Ami menatap sinis, “Dasar tidak berguna, sudah bisu lamban lagi.” tidak ada puas-puasnya Ami memaki, kemudian dia berlalu pergi membawa baki minuman menuju ruang tamu. Teman-temannya sedang berkunjung hari ini. Sialnya ART sedang cuti karena ada keluarganya yang sakit. Sebenarnya sudah menyewa pekerja sementara, tetapi pekerja tersebut hanya bisa sampai jam sebelas siang. Jadi jam selanjutnya, apapun itu Ami bebankan semuanya pada Meysha. Tapi entah kenapa Meysha tidak begitu membantu baginya. Ami tidak pernah puas dan senang dengan apapun yang dikerjakan menantunya itu. Meysha tersenyum kelat. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan buruk Mama mertua sejak 2 bulan terakhir ini. Perempuan yang bergaya bak sosialita itu selalu memperlakukan dirinya buruk karena dia tidak kunjung sembuh. Kejadian malang menimpa Meysha, membuat gadis itu menjadi penyendiri dan terkadang ketakutan tiba-tiba. Hingga akhirnya Meysha menjadi sangat jarang bicara. Meysha hanya berbicara pada orang-orang tertentu. Meskipun dia sangat ingin bicara, seperti ingin menjawab mertua yang selalu menghinanya, tapi dia tidak mampu melakukannya. Di rumah ini Meysha hanya sedikit leluasa berbicara dengan Fathan, suaminya. Hal ini berawal dari depresinya yang disebabkan oleh kepergian kedua orang tuanya karena kecelakaan maut 7 bulan yang silam. Ayahnya meninggal di tempat, Ibunya sempat menjalani perawatan, namun mengalami koma berbulan-bulan dan akhirnya Ibu pun pergi menyusul Ayah menghadap yang Maha Kuasa. Kecelakaan itu terjadi saat orang tuanya bertolak pulang setelah acara pernikahannya dengan sang suami. Hari bahagia, berganti tangis dengan luka yang teramat dalam. Terpukul yang teramat sangat hingga akhirnya Meysha seperti ini. “Maaf ya jeng.. aku serabutan lho. ART lagi cuti, jadi semuanya aku turun yang tangan.” Ami berucap pada 5 orang temannya sambil menaruh minuman di atas meja. Sendiri? Meysha mendengar dengan jelas kalimat Mama mertuanya itu. Dia tersenyum hampa. Perasaan selalu dia yang bekerja. Ami memang selalu bermain peran bahwa dia yang telah bekerja keras, di depan Fathan pun juga begitu. Seolah Meysha tidak mengerjakan apapun. “Assalamu’alaikum.” Meysha mengembang senyum. Suara itu, adalah suara yang paling menenangkan baginya. Wa’alaikumussalam, Abang. Jawab Meysha dalam hati. Dia pun bergegas ke depan. “Wa'alaikumussalaam. Sudah pulang? Tumben cepet.” tanya Ami heran. Fathan menyalami tangan Mamanya, “Karin pulang, Ma. Fathan mau membawa Esha.” Jelasnya. Lalu Fathan tersenyum manis pada Meysha yang berjalan arahnya. Meysha mendekat, menyalami dan mencium tangan Fathan dengan takzim. “Sayang, Karin pulang. Kita ke rumah sakit ya?” Fathan tersenyum cerah. Dia memang sudah sangat menantikan kepulangan dokter psikolog Karin dari luar negeri. Dia ingin istrinya sembuh seperti semula. Sudah beberapa psikolog dan psikiater yang mencoba merawat Meysha sebelumnya. Tetapi tidak berhasil, karena Meysha sendiri mengaku merasa tidak nyaman dengan dokter-dokter tersebut. Meysha mengangguk setuju. Fathan mengusap kepala istrinya dengan sayang. “Ma, tante... Fathan dan Meysha ke atas dulu ya.” ucap Fathan dengan ramah. “Iya. Semoga pengobatan Meysha berjalan dengan lancar ya, nak Fathan.” ucap Mira, salah satu dari teman Ami. “Aamiin. Terimakasih doanya , tante.” Fathan dan Meysha langsung menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas. Wajah Ami sudah tidak sangat tidak senang kala itu. Dia menatap kesal punggung menantunya yang menjauh. "Malangnya nasib putraku", Lirih hatinya penuh kesal. “Jeng.. Meysha sangat beruntung punya suami seperti Fathan. Sudah seburuk ini keadaannya, tapi Fathan masih mempertahankan dia.” Ami melabuhkan bokongnya di sofa. Jelingan mata tidak senang akan kalimat temannya tadi. “Si bisu saja yang beruntung, tapi anakku tidak. Kasihan sekali putra ku dapat istri cacat mental.” Jawabnya dengan seringai remeh. “Hush.. Jeng. Jangan gitu, kasihan menantu kamu.” Nina dengan kalimat simpati tapi dengan nada penuh ejekan. Empat orang di sana termasuk Ami terbahak tertawa. Sementara, Rika dan Mira hanya menggelengkan kepala. Ini bukan hal yang layak untuk dijadikan lelucon menurut mereka. “Jeng, kalian jangan meremehkan Meysha. Dulu saja saat dia masih menjadi model, kalian memuji dia habis-habisan.” Ucap Rika. Dia tidak bisa untuk tidak berucap. Tawa empat orang itu berhenti seketika. Tersengih sinis mendengar kalimat Rika. “Itu dulu, Jeng... Beda cerita dengan sekarang. Yang sekarang kasihan sekali Fathan.” nada Niki tidak seolah tidak terima. “Kenapa jeng Niki yang kasihan? Fathan saja sendiri tidak masalah.” Mira kali ini membuka suara. Dia beralih menatap pada Ami yang sekarang hanya diam sebagai pemerhati. “Fathan menuruni sikap Malik, Papanya. Malik pasti tersenyum di alam sana melihat ini.” Ami tampak tertegun. Ada ekspresi tidak senang di sana, tapi dia tidak mau melawan Mira, karena perusahaan suami Mira adalah mitra bisnis putranya. Dia tidak akan mencari masalah dengan orang yang lebih darinya. “Haha.. sudah Jeng. Jeng Mira benar, jangan mengolok-olok menantu ku lagi,” ucap Ami yang sukses membuat 3 orang temannya tadi tersenyum kesal. Cih, apa-apaan sih?! *** "CANTIKNYA istri Abang.” Fathan memeluk Meysha dari belakang, tangannya melingkar sempurna. “Terima kasih Abang.” Pipi Fathan diusap dengan lembut, “Tapi lepasin dulu. Esha mau pasang jilbab. Katanya abang tidak sabar bawa Esha ke psikolog.” Protes Meysha. Fathan tertawa. Lancar sekali Meysha berbicara, jarang-jarang seperti ini. Tentu hatinya senang, walau dimarahi. “Sebentar lagi sayang, Abang masih rindu sama Esha.” Meysha sebenarnya masih ingin protes, tapi tidak bisa. Dia memang tidak mampu leluasa berbicara seperti dulu pada suaminya ini. Meysha mencoba membujuk hatinya yang sendu akan lidahnya yang kelu. Sabar Esha.. semua sudah ada ketentuannya. Kekeluan ini, Allah kirim pasti ada hikmahnya. Meysha memejamkan mata sejenak, kala itu Fathan sudah menyandarkan dagu di bahunya. Fathan juga memejamkan mata. “Abang..” Meysha mencoba membuka suara lagi. Sedikit bergetar suaranya kali ini. “Iya, sayang.” Fathan menjawab dengan Matanya yang masih terpejam. “Jika Esha tidak sembuh-sembuh bagaimana? Apakah abang malu punya…” “Stttsss..” Fathan menaruh telunjuknya di bibir Meysha. Dia tidak ingin mendengar lebih banyak pikiran yang tidak-tidak dari istrinya itu. “Esha, bukankah abang selalu bilang... abang tidak masalah bagaimanapun kondisi Esha. Abang tetap cinta pada Esha, hanya Esha yang selalu berjaya dan bertahta di hati abang.” tubuh Meysha diputar menghadap ke arahnya. “Dengar perkataan abang baik-baik, Abang ingin sayang sembuh, bukan karena abang malu dengan kondisi Esha. Abang justru sangat bangga dapatkan Esha jadikan istri. Abang hanya ingin Esha menjalani kehidupan seperti dulu. Abang ingin Esha kembali percaya diri, abang ingin jalan-jalan keluar dengan Esha, abang ingin membawa Esha ke berbagai tempat. Semuanya abang lakukan untuk kebaikan Esha dan juga Abang. Abang rindu tawa ceria Esha, rindu bagaimana kita bersenda gurau dan bergaul dengan yang lainnya. Abang hanya cinta Esha seorang. I love you, I love you so much.” Tutur Fathan panjang lebar. Meysha merasa sangat terharu atas pengakuan suaminya. Dia mengusap lembut dan mencium tangan Fathan, “I love you too. I love you too so much, Abang." *** “NONA Meysha Aditama, silahkan ikut dengan saya.” Panggil perawat yang baru saja keluar dari ruangan dokter Karin. Fathan memang sudah membuat janji khusus, tetapi tiba-tiba Karin sedikit sibuk hingga akhirnya dia menunggu di luar. “Tunggu sebentar, sus.” jawab Fathan, lalu dia menoleh pada Meysha yang sekarang hanya menundukkan kepala. Tangan Meysha dalam genggamannya sangat dingin sekarang. Fathan memegang pipi Meysha dengan kedua tangannya. Gadis itu menatapnya sayu. “Esha, bicaralah pada dokter Karin, okey? Abang tunggu sayang di luar.” “Okey. Tapi jangan jauh-jauh ya Abang.” pinta Meysha, Matanya penuh kecemasan. Fathan tersenyum lembut, pipi istrinya di usap, “Tidak. Abang duduk di sini saja. Abang pantau sayang.” Meysha mengangguk mengerti, dia masuk bersama perawat ke dalam ruangan Karin. Ketika pintu ruangan sudah tertutup, Fathan langsung mengusap wajahnya, “Ya Allah, berikanlah kesembuhan pada istri hamba.” Doanya dengan sangat tulus. Dia menaruh harapan yang sangat besar pada dokter Karin sekarang. Dia berharap Meysha juga bisa nyaman dengan Karin, hingga pengobatan bisa dijalankan dengan baik. *** SUDAH cukup lama Meysha di dalam. Fathan pun juga sudah menunaikan shalat ashar. Tapi belum ada tanda-tanda Meysha akan keluar. Fathan juga sudah tidak betah duduk, dia mondar-mandir di depan pintu ruangan. Sehingga tidak sengaja menabrak seseorang. Seorang wanita terjatuh, karena saat Fathan mondar-mandir tiba-tiba saja wanita itu di depannya. “Aww.. sakit.” rintih Tania. Wanita itu mengenakan pakaian yang cukup terbuka. Fathan tidak sengaja melihat pemandangan itu, dia langsung beristighfar dengan cepat. “Astagfirullahal 'adzim.. maaf mbak.” Fathan mencoba membantu wanita itu. “Lepasin.” Tangan Fathan di tepis kasar oleh Tania. Fathan terkejut awalnya, tapi beberapa detik kemudian dia cepat berdiri seperti semula. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena kancing rendah baju menampakkan belahan d**a wanita itu. Tania berdiri perlahan, dia belum sempat menoleh pada Fathan sedikitpun. Dia sibuk mengusap pergelangan tangannya yang memang terasa sakit sekarang. Mungkin saja terkilir. “Eh, kamu ini bisa gunakan mata kamu itu tidak? Kamu mondar-mandir di si…” belum sampai Tania menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba dia berhenti Karena melihat siluet rahang tegas Fathan. Pria itu masih mengalihkan wajah ke samping, hingga rahang tegasnya terekpost sempurna di depan mata Tania. Oh my god! Dari samping saja sudah mempesona. Apalagi dari depan. Tania tampak begitu antusias. Senyum sumringah melengkung di bibirnya. “Tuan, maaf saya tidak bermaksud memarahi anda.” ucap Tania lembut dan rada manja. Alis Fathan terangkat. Kenapa tiba-tiba lembut? tadi wanita ini memarahinya sepenuh hati. Fathan menoleh pada wanita itu, “Tidak apa. Saya yang salah, saya yang harusnya meminta maaf.” Tania tersenyum. Suara Fathan juga menarik baginya. Dia ingin lanjut berbicara, dia ingin berkenalan dengan Fathan. Tetapi tiba-tiba perawat dari ruangan dokter Karin keluar. “Tuan Fathan, dokter Karin meminta anda masuk ke dalam.” “Ah, okey sus. Mbak, saya permisi dulu. Perihal tadi saya benar-benar minta maaf.” Ucap Fathan. Dia bergegas masuk ke ruangan dokter Karin. Tania merasa hampa. Baru saja mau berkenalan, tapi perawat itu menggagalkannya. Mengganggu saja, huh! “Fathan.” Sebaris nama itu disebut perlahan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.2K
bc

My Secret Little Wife

read
95.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook