Bunga

Puspa Cantika, putri sulung dari Pak Sofyan dan Ibu Nita. Delapan belas tahun usianya. Meski sulung, bisa dibilang ia merupakan anak tunggal. Kug bisa? Adiknya diadopsi oleh pamannya sendiri, adik dari Ibu Nita. Kebetulan sang paman tidak memiliki keturunan. Keadaan seperti itu membuat semua kebutuhan dan keinginan Puspa relatif bisa terpenuhi. Layaknya remaja lain, Puspa juga tidak mau ketinggalan zaman. Mulai dari gadget terbaru, fashion yang lagi tren semua Puspa ada koleksinya. Sudah berkecukupan secara materi, berparas nan cantik sesuai namanya, Puspa gemar berorganisasi pula. Tak heran bila ia mempunyai banyak jaringan. Ditambah sikapnya yang supel membuat teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan senang bergaul dengannya. Di antara rasa senang itu ada yang berubah jadi cinta. Sewaktu umurnya menginjak tujuh belas tahun setahun lalu, seorang teman cowoknya dari sekolah lain tanpa diduga-duga berani menembaknya tepat di hari ulang tahunnya. Tanpa pikir panjang, Puspa menerima. Ia tahu cowok itu anak baik. Maka, untuk pertama kalinya ia berpacaran. Sayang, belum sampai setahun berhubungan, mereka putus. Mau tahu alasannya? Puspa merasa cowoknya, sebut saja namanya Aldi lama kelamaan menunjukkan dirinya bukanlah tipikal idaman Puspa. Aldi menurutnya masih kekanak-kanakan. Padahal, sebagai anak sulung ia mendambakan sosok kekasih yang lebih dewasa. Maklum, meski banyak teman, Puspa acap kali merasa kurang diperhatikan. Seolah ada sosok yang hilang. Orang tuanya terlalu sibuk bekerja sehingga kurang ada waktu untuk memperhatikan dan mendampingi Puspa. Belum lama putus dari Aldi, Puspa menjalin hubungan dengan Beny. Nah, kalau ini ceritanya berawal dari kegiatan konser di SMA tempat Puspa bersekolah. Beny jago nge-band. Membuat cowok itu memiliki banyak penggemar. Ia bisa dibilang kreatif, hampir semua lagu bandnya adalah ciptaan Beny sendiri. Alkisah sore itu, gladi bersih penampilan dalam rangka perpisahan kakak angkatan digelar. Karena usai menjelang matahari terbenam, Puspa kebingungan untuk pulang. Orang tuanya tak bisa menjemput, padahal ia tadi berangkat juga nebeng tetangga. Tahu Puspa panik, Beny dengan baik hatinya menawarkan diri mengantar Puspa. Tak ada pilhan lain, Puspa bersedia. So sweet bukan? Dari kejadian tersebut, lama-lama ada kedekatan istimewa di antara mereka. Mereka pun memutuskan untuk berpacaran. Hari demi hari, bulan demi bulan kembali Puspa merasa terabaikan. Beny lebih cenderung mengutamakan karir dan teman bandnya. Hasilnya dapat diduga, mereka putus! Putusnya baik-baik kok. Memasuki kelas dua belas, sekolah Puspa mendapat kunjungan dari sebuah yayasan orang-orang Jepang yang ingin menjalin kerja sama pertukaran budaya antara Jepang dengan Indonesia. Pada momen itulah Puspa berkenalan dengan Nobita, warga Jepang yang sudah fasih berbahasa Indonesia. Dan, inilah cerita tentang perjalanan panjang mereka. . .