Puspa Noda

1547 Kata
Suatu malam Minggu di sebuah kamar kos putri yang temeram, jauh dari pusat kota... Pukul 22.00 Puspa POV  "Ughh.... ahhh.. ughh. Sssh..." Antara sadar dan tak sadar aku melenguh. Dadaku sesak, tertindih sosok berat. Dia terus saja menggoyang tubuh bongsorku ini. "Sssh... kamu nikmat sekali, Puspa... sllmmm" bisiknya di telingaku. Ia menjilatinya, meninggalkan jejak liur. Pria ini semakin membuatku melayang. Merubah eranganku dari kesakitan jadi kenikmatan. Air mataku mengalir. Batinku berontak.  "Ohhhh.., ada apa denganku? Kenapa aku justru menikmati persenggamaan haram ini.. Ohh, maafkan aku, Nobi. Aku telah mengecewakanmu, Sayang. Aku tak bisa menjaga apa yang seharusnya aku jaga. Erggh.." Terlintas bayang wajah Nobi, pria Jepang berkaca mata yang telah menjadi kekasihku sejak bertahun-tahun lalu. Malam ini bukan dia yang menggumuliku, tapi orang lain, Alesandro. Oh, Tuhan kenapa aku tadi begitu bodoh membiarkan lelaki ini masuk kamar. "Oghhhh...aaahhhh...erhhhh. Kamu legit, Beiby. Nikmat sekali tubuhmu. Uughh.. ughh..." lenguhnya sembari memompa kelaminku. Sepertiga penisnya dimasukkan dalam vaginaku, lalu ditariknya lagi. Ia lakukan itu berulangulang membuatku kepayahan. Vaginaku terasa semakin perih. "Ouuhh... nikmaaatnyaaaaa." entah kenapa aku malah mengamini kata-katanya. Dia melakukannya dengan kasar seolah ingin meluapkan semua dendamnya padaku. Memang, aku telah menolak pernyataan cintanya tempo hari. Itu karena ternyata ia sudah bertunangan dengan teman sekampusku. "Mmuaahh.. cppcpcp.. muaah.." Bibirku diciuminya penuh nafsu. Ia gigit bibir bawahku lalu lidahnya mengajak dansa lidahku. "Elmmmm... elmmmm.." Payudaraku diremas-remasnya seperti hendak memeras santan dari parutan kelapa. Aku merasa bagaikan kuda betina yang dipacu dalam pacuan agar taruhan tuannya menang. Tenagaku benarbenar diperasnya. Kesadaranku semakin lama semakin menghilang. Duhai, aku sama sekali tak merindukan momen seperti ini. Raut wajah kepolosan Nobi pasang-surut membayangi mataku. Semakin lelaki ini memompaku, semakin aku merasa bersalah pada Nobi.  "Puspaaa.. oouhh, Puspa.." erang lelaki ini sambil mencoba menjebol selaput daraku. Aku masih meringis, menangis, memejamkan mata dalam diam tak kuasa menyadari ia begitu berniat mengambil keperawananku. Mengambil apa yang aku bangga-banggakan selama ini di hadapan kolega-kolegaku. Kolega yang rata-rata sudah memberikan keperawanan pada kekasih mereka. Aku mengakhiri berusaha perbuatannya. mendorongnya, Setidaknya, meskipun penisnya sudah wara-wiri masuk vaginaku, aku ingin sekuat tenaga menghalangi selaput daraku robek. Tapi, semakin ku berusaha menghindarinya, lelaki ini semakin mengunciku. Teknik kuncian yang sangat ia kuasai sebagai atlet bela diri, betul-betul ia praktekkan pada tubuhku. "Ouuhh, aku tak tahaaan, Puspa.. Ingiiiin seeegeeeraaa ku ambil perawaaanmu. Biarrr tak adaaa lelaki lain yanggg mengambilnyaaa selaaain akuuu." kata-katanya mengancamku. "Ouuh, akuuu juga tak tahaaan. Kenaaapaaa jadii senikmaat ini. Ouh." bisik benakku. Semenit-dua menit, rangsangannya malah membuat aku liar. Ya, Puspa kini menjadi wanita binal yang menikmati pemerkosaannya. "Errghhhh, Sayaaaang..." sial, mulutku malah lancang begitu.. "Iyaaa, sayaangg.. milikkuuuu.. ohhhh.." Hari ini kau Penisnya ..oughh.. penisnya besar dan keras. Aku merasakannya memasukiku. Vaginaku tak kuat lagi menampungnya. Terasa semakin sesak dan melebar. Inikah yang dirasakan orang-orang pada malam pertama? Daaan.... cees.. aku merasa ada yang jebol di diriku. Ada juga cairan menyeruak keluar dari rahimku. Membuat seluruh tubuhku terasa terhempas melayang ke awang-awang.  "Tidaaak.. Lelaki ini berhasil memperawaniku.." Musnah sudah mahkotaku. Tubuhku melunglai. Aku tak bisa bohong ternyata tubuhku justru meresapi persetubuhan ini. "Aaahhhhh ..". Dia mendiamkan saja penisnya di dalam vaginaku. Detik-detik ini terasa lambat sekali. Kami hanya bisa diam mencapai puncak persetubuhan. Sebagian logikaku masih berfungsi ketika ku merasa penisnya mulai membengkak seolah ingin meledakkan sari patinya. "Ale.. tolong.. Jaangaan.. jangaan keeluaarkaaaan di dalaam.. ku mohon.. oghhh" Aku bersuara sambil membuka mata menatapnya memohon. Rupanya dia sadar diri. "Tentu, Manis.. aku pun juga tak ingin kau hamil.. Hahaha" tawanya lepas. Tergesa ia mencabut penisnya. Ada perasaan lega sekaligus geli saat p***s itu meluncur keluar dari vaginaku. "Crrott.. crrot" rupanya ia muntahkan spermanya ke atas perut hingga dadaku. Ia kemudian meratakan spermanya. Tubuhku bagian depan terasa lengket dan berbau anyir khas bau pejuh. Hal ini membuatku merasa semakin kotor. Meski di satu sisi ada hal yang ku syukuri yaitu ia tidak memuntahkan spermanya ke rahim. Kalau sampai hal itu terjadi, aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi keluargaku bila tahu anaknya dihamili pemuda asing. Usai menghabiskan spermanya, Ale berguling ke sampingku. Persetubuhan pertama yang melelahkan ini membuat kami mengantuk. Akupun tertidur sembari menangis sesenggukan menyesali nasi yang sudah menjadi bubur.  Author POV  Tengah malam, sekira pukul 00.00 Tak lama, Alesandro terbangun. Ia merasakan birahinya mulai naik kembali. Sebenarnya ia telah merencanakan semua ini. Mengetahui Puspa sedang sendirian di kos, ia berniat mengerjainya. Disiapkannya pula jamu kuat pria special. Ia dendam. Puspa berbeda dengan cewek lain yang mudah ia bawa ke ranjang. Membuatnya penasaran. Pun, mengetahui Puspa masih terlentang polos tak tertutupi apapun setelah ronde pertama tadi, timbul ide nakal Ale. Tangannya menuju kelamin Puspa yang masih agak licin sisa o*****e. Diarahkannya jari tengah ke k******s Puspa. Bintil serupa kacang yang menjadi titik pusat rangsangan pada wanita itu ia elus. Ia membuat gerakan memutar-mutar. "Esshhh... toolongg.. aku maaasih leemaas..oghh.. " igau Puspa. Rupanya Puspa merasakan rangsangan Ale. Senyum simpul Ale mencuat mendengarnya. Ia pun bergegas bangun dan mengambil posisi di atas tubuh Puspa. "Nikmati saja, Perawanku.. Hehe.." Ia atur posisi kaki Puspa lebih mengangkang lagi. Kelamin Puspapun semakin terbuka. Ia terus saja menjelajahi ‘lubang surgawi’ yang baru saja ia tembus beberapa jam lalu itu. Bergantian ia gunakan jemari tangannya mengubel-ngubel v****a itu. Puspa hanya bisa melenguh dan pasrah. Ia benar-benar teler tak berdaya. Ale berhenti sebentar. Tiba-tiba ia putar tubuh Puspa menjadi tengkurap. "Auuhh.." seru Puspa kaget tapi tetap tak berdaya melawan. Ale menginginkan doggy style rupanya. Ia angkat kaki Puspa ke bahunya. Lalu... Bluuss..... Penisnya ia tembakkan langsung ke v****a Puspa. "Aghhh... erhhhh.. ogh, sakit." lenguh Puspa serak. Jlep.. jlep.. jlep.. Suara dua kelamin menyatu memenuhi kamar itu beberapa puluh menit kemudian. Ale menggenjot Puspa habis-habisan. Ia habiskan semua efek jamu kuatnya pada doggy style kali ini. Digenjot tiada habisnya seperti itu membuat Puspa tumbang, pingsan. Kesempatan yang tak disia-siakan Ale. Terus dan terus ia mempercepat kocokannya. Setiap o*****e ia semprotkan pejuhnya pada punggung Puspa. Ia lakukan berulang-ulang hingga lima ronde! Puas, p***s Ale mulai mengecil. Ia turunkan kaki Puspa yang sedari tadi ditahan di bahunya. Ia ratakan pejuhnya ke seluruh punggung Puspa. Ale tersenyum sangat lebar melihat seluruh tubuh Puspa kini berkilatan terkena lampu kamar. Ia kembali menusukkan penisnya ke v****a Puspa. "Blush.." tubuh Puspa spontan meregang begitu dua kelamin itu menyatu kembali. Ale memeluk Puspa. Diciuminya pipi Puspa yang mulus itu sampai ia puas. Tak lama, ia lepaskan tubuh Puspa. Ditinggalkannya tubuh Puspa tengkurap polos tanpa penutup. Ia kembali kenakan bajunya. Bergegas keluar, pulang ke kosnya sendiri.  *******************  Flash Back On  Pukul 19.30 Puspa terduduk di depan cermin kamar kosnya. Terlihat raut wajahnya sendu pertanda kelelahan. Ia baru menyelesaikan tugas praktek dari kampusnya di luar kota. Sore ini ia tempati kembali kamar kos yang ia tinggalkan dua minggu belakangan. Karena ia ingin santai, ia pun berganti baju. Kaos t-shirt dan celana hotpants jadi pilihannya. Toh, tidak ada siapasiapa lagi di kamar. Sebenarnya ia hanya berani memakainya jika berada di kamar sendiri sekedar penyegar suasana. Aturan berpakaian seperti itu sudah menjadi semacam kebiasaan di rumahnya yang ada di kampung. Saat bercermin ia merasa dadanya agak sesak dan terlihat sangat menonjol. Hmm, timbul pikiran nakalnya. "Aku lepas BH-ku, ahh." Sembari senyum-senyum sendiri ia melepas BH-nya. Tak ayal kini dadanya hanya berbalut t-shirt saja. Beberapa hari ini kos sepi. Banyak yang masih dalan perjalanan kembali dari praktek lapangan. Puspa beruntung karena tadi bisa mendapatkan kereta api paling awal. Seperti biasa, sebelum tidur Puspa melakukan perawatan pada kulitnya. Tak heran bila Puspa sangat mempesona. Malam ini ia ingin memanjakan diri dengan paket perawatan terbaru dari tempat perawatan kecantikan langganannya. Baru saja selesai, pintu kamarnya diketuk. "Took.. tokk..took" Siapa yang datang malam-malam begini? pikir Puspa. Oh, mungkin Mbak Mercy. “Iyaa.. sebentar..” Puspa bergegas menuju pintu. Alangkah terkejutnya ia, Alesandro rupanya. "Hei, Puspa. Udah datang ya, boleh masuk?" Salah tingkah, Puspa malah mempersilakan Alesandro masuk. "O, iya boleh kug. Silakan masuk, Le" Alesandro mengambil tempat di pinggir ranjang Puspa. Kamar kos itu tergolong kecil sehingga kalau ada tamu, langsung duduk di kasur. "Sepi amat malam ini" "Iya, mbak-mbak yang lain belum pada datang. Hanya ada aku nih. O ya, ada urusan apa malam-malam begini, Le?" "Gak ada apa-apa kug. Cuman mau nengokin kamu." Katanya sambil tersenyum. "Alah gombal." jawab Puspa mencibir. Alesandro terdiam sejenak. Ale terpesona. Baru menyadari betapa penampilan Puspa sangat merangsangnya sebagai laki-laki. Puspa pun terdiam dan ia pun baru sadar apa yang membuat Ale terdiam. Astaga, dia pasti melihat penampilanku seperti ini. batin Puspa. Belum sempat ia membuka mulut bertanya pada Ale, ia terheran melihat Ale malah menjauhinya. Rupanya Ale menuju arah pintu. Ale mengunci pintu kamar Puspa. "Ale, kenapa dikunci?" seru Puspa. Hatinya mulai was-was. Ale mendatanginya lalu menaruh telunjuknya ke bibir Puspa membuat isyarat supaya Puspa diam. "Ssst.. diam.. Kamu cantik sekali malam ini, Puspa." lirih Ale. Puspa terbengong. Pikirannya masih mencoba mencerna suasana. Maukah kau bercinta denganku malam ini, Puspa?" "Apa? Apa yang kamu bilang?? Itu dosa, Le!" sergah Puspa. Ale tak menghiraukannya. Langsung diterjangnya tubuh Puspa ke atas kasur. "Too..long.. Mmmphhh" teriak Puspa. Tapi Ale terlanjur membekap mulutnya. Sedangkan tangan kanannya mula membuka celana dan baju Puspa. Puspa meronta-ronta. "Diamlah, Sayang. Percuma teriak karena hanya kita berdua di sini. Nikmati saja, Sayang." kata Ale sembari membuang celana dalam dan kaos Puspa ke sembarang arah. Puspa kalah tenaga. Rontaannya semakin membuatnya lemas. Rasa capek setelah perjalanan jauh membuatnya semakin kelelahan menghadapi perlakuan Ale. Sampai akhirnya Ale berhasil menelanjanginya dan menindih tubuhnya...  Flash back off
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN