Mulai Melupakan (2)

358 Kata
Dus, tibalah hari bakti sosial. Kesibukan kami di sini membuatku benar-benar merasakan kehidupan baru. Berbaur dengan para korban bencana menyejukkan hatiku. Belum lagi melihat anak-anak kecil yang tetap tertawa lepas seolah tidak mempermasalahkan rumah mereka yang rata dengan tanah. Kami ditempatkan kurang lebih 10 hari di sini. Malam pertama setelah menyelesaikan sebuah tugas, terlintas di benakku untuk menghubungi Nobi. Bagaimanapun, aku harus jujur dan mungkin inilah saat yang tepat untuk berpisah. Aku tak mau terlalu mengecewakan Nobi. Ia berhak mendapatkan pasangan yang lebih suci dariku. Dengan tangan bergetar sambil meneteskan air mata, di saat istirahat malam kami, ku beranikan mengirim SMS pada Nobi: Nobi, maafkan aku. Aku telah mengecewakanmu. Aku lama tak membalas pesanmu. Klik "Send" Tak lama kemudian, Ting! Ada balasan: Gak pa pa kug, Manis. Aku tak Manis lagi sekarang, Bi. Enggak kug. Kamu tetap manis di hatiku. Sudah aku bilang aku tak Manis lagi! Maksudmu? Aku telah berbuat nakal. Nakal? Nakal seperti apa? Bukankah kita juga sudah sering nakal selama ini? Hehe, Nakal dengan seorang cowok. Hmm.. Nakal gimana? Boncengan? Itu sih tak apa. Bukan! Lalu apa, pegangan tangan? Bukan! Jangan bilang kalau ciuman? Lebih dari itu. jawabku. Sampai di sini, keringat dingin mengalir dari tubuhku. Jangan tanyakan yang lebih lagi, Nobi! teriak hatiku. Lebih dari itu? Hmmm, em-el? Oh, tidak! Harapanku musnah. Iya. jawabku singkat. Andaikan kau tahu bagaimana wajah dan tubuhku ketika menulis jawaban ini, Bi. Ku lanjutkan.. Tapi dipaksa. Sama siapa? Aduh, naluri selidik Nobi muncul lagi. Gustafo! Apa ini artinya kau sudah gak virgin lagi? Menurutmu? Entah kenapa, membaca jawaban Nobi tadi membuat air mataku mengalir deras.  Aku punya teman yang sudah menikah. Katanya ia masih perawan selama tiga hari setelah malam pertama karena penetrasi suaminya tidak dalam. Memangnya dia keluarin di mana? Oh, Nobi. Kenapa kau bertanya seperti itu?? Di luar kug. Di atas perut. Kriting... Kriingg... Dering tanda telepon masuk dari Nobi. Aku terkejut. Sepertinya ia ingin bicara langsung kepadaku. Tapi, manalah aku sanggup? Aku putuskan menolak panggilannya. Sudahlah, Bi. Gak usah telepon! Biarkan aku sendiri! SMS terakhir yang masih sadar k*****a malam ini. Karena setelah itu aku tiba-tiba mengantuk. Rupanya aku kepayahan. Aku terlelap seraya memegang ponselku. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN