Prolog
"Mak, pokoknya aku ndak mau dijodohin sama dia. Aku mau nikahnya sama Ji chang wook aja. Kalo ndak yo sama Oh Sehun. Pokoknya ndak mau kalo sama dia. Yo makkk !!!". Aku terus merengek ke mamak. Berharap dia mengabulkan keinginanku agar tidak dijodohkan dengan anak temennya.
" Mosok mamak tega nikahin anakmu yang cantik, seksi, boay Aduhai Penyanyi sama dia. Nanti kalo jomplang piye ?? Kalo kata orangutan itu bagai langit dan debu."
"Langit dan bumi keless !!" jawab emak sengit, sambil terus mengaduk adonan kue di dalam baskom.
"Nah itu. Yo mak. Aku ndak mau pokoknya. Titik." Putusku tegas setengah putus asa. Duduk dengan lesu di kursi depan mamak yan sedang membuat kue.
"Emang dia tuh kenapa sih ??! Mapan, bibit bebet bobotnya jelas, ngerti agama, dan yang penting sesuai tipemu .. Guuuannntenggg !!" jelas emak.
"Ganteng opo ne to mak. Mosok ketemu aku dia ne nunduk terus, kalo ngomong yo ndak mau natap aku. Aku ne yo sakit hati mak. Emang aku se elek kui opo . " Keluh ku.
Memang selama ini laki-laki yang akan dijodohkan denganku itu tak pernah mau memandang pandangan kita saat bertemu atau mengobrol. Jadi kalo mata kita saling tatap, aku jamin nggak ada sedetik, dia langsung memalingkan mukanya dari pandanganku.
Entah karna jelek, atau ada kotoran di mukaku, jadi dia jijik kalo lihat. Atau karna nafasku bau?
Tapi jelek ??? Helllllowww !! Dari jaman baru jebrol, masih merah-merahnya aja aku udah dibilang cakep. Belum lagi aku juga selalu jadi jajaran Most Wanted dari jaman sekolah sampai sekarang jadi mahasiswi semester 5.
Terus apa tadi ?? Kotoran di muka ??!. Maap-maap aja ni ya. Ni muka dan badan selalu dapat perawatan di salon minimal sebulan dua kali. Belum termasuk perawatan sendiri dirumah. Dan lagi, aku selalu memastikan diri ini keluar kamar apalagi dalam keadaan sempurna numero un o. Jadi begitu Pasti ITU nggak Mungkin.
Dan terakhir bau mulut ?? !! Sial tidak . Aku selalu ngikutin saran dokter yang ada di iklan pasta gigi untuk menyikat gigi dua kali sehari. Pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Aku juga selalu pake obat kumur.
Jadi salahnya di mana ????? !!!!
"Heh !!? Yo bener itu namanya. Agama kan memerintahkan umatnya untuk menjaga pandangan cowok . Ndak kayak kamu yang sukanya liat cowok cantik yang ndak pake baju. Terus matanya suka jelalatan liat di jalan."
"Nha kan katanya ndak boleh mendustai nikmat Tuhan. Jadikan aku harus terus menikmati nikmat Tuhan yang telah diciptakan."
"Halah ngeles terus kamu kalo dikasih tau." Emak menoyor kepalaku.
"Hehehe ..." Aku hanya bisa meringis.
"Mak.Ya mak ya ... Plissss, jodohinnya sama Mbak Yuni aja. Kalo ndak yo sama Bude Uti. Kasihan Budi Uti jadi janda terus." Aku masih terus merengek ke mamak. Berharap dia akan merubah keputusannya.
"Sembarangan !!! Mbakyu mu itu minggu depan dah mau nikah. Apalagi Bude mu. Kamu pikir bude mu umur berapa ???" Sembur emak.
"Mak, cinta itu ndak pandang usia. Di berita-berita aja, ada anak belasan tahun nikahin nenek-nenek. Jadi yo ndak papa kalo Bude Uti nikah sama dia."
"Yo berarti ndak papa juga ke kalo dia nikah sama kamu ??"
"MAMAKKK .. !!!!"
*****
"Nang, kamu udah pesen undangan sama cincinnya ???"
"Belum bu '."
"Lho kok belum sih ?? Acaranya satu bulan lagi lho nang ??!"
"Iya bu 'nanti.”
Hanya itu yang bisa menjadi jawab. Bagaimana tidak, wanita yang akan ku nikahi ini seperti sudah menerimaku. Dan aku sadar diri apa penyebab dia seperti itu.
"Jangan nanti-nanti. Ini udah mepet lho nang. Nanti takutnya tempat percetakannya nggak bisa jadi cepet. Nanti gimana kalo kamu udah mau nikah tapi undangnya belum jadi ??! Terus Kara kenapa nggak pernah kamu mau ajak main kesini sih ?? Dan bla bla bla ... "
Hahh .. Kara. Perempuan yang dijodohkan denganku.
Segera ku habiskan sarapanku. Mencoba pembicaraan ibu yang ujung-ujungnya membahas mengenai rencara pernikahanku.
Bukannya aku tak ingin menikah. Di usia yang hampir kepala tiga ini tentu aku sudah mulai menebak mencari mencari hidup. Tapi bukan berarti aku ingin dijodohkan seperti ini.
Kalau boleh jujur, sebenarnya aku tak masalah dijodohkan. Apalagi dengan Kara. Perempuan cantik dengan berbagai ekspresi itu. Siapapun akan betah menatapnya. Termasuk aku. Sayangnya jantungku seperti akan mengabaikan saat dia menatap mataku ini.
"Aku berangkat ya bu '. Assalamualaikum." Pamitku pada ibu dan mencium.
"Kamu itu, ibu masih mau ngomong malah ditinggal pergi.”
Udah siang bu '. Nanti aku terlambat ngajar ". jawabku hati-hati. Sambil mengulas senyum. Mencoba tidak membuat ibu kesayanganku ini kecewa.
"Owhh iya ya. Yaudah hati-hati ya nang".
"Iya bu '. Assalamualikum". Pamit ku lagi kemudian pergi keluar, ke arah mobilku di halaman rumah.
Kara
Kara
Kara
Apakah aku pantas dengannya ??!
****
*ndak = Tidak
*mosok = yakali
*piye = gimana
*opo = apa
*se elek kui = se jelek itu
*nang = Lanang (Panggilan untuk anak laki-laki)