“Nino, tunggu!” Nino yang tengah menuruni anak tangga menghela napas. Akhirnya dia kehilangan kesabaran juga setelah mengabaikan Lani beberapa lama. Dia terpaksa berhenti lalu menengok pada Lani dengan dongkol. “Apa?” tanyanya. Lani tergemap. Meskipun dia sudah memanggil-manggil Nino sebenarnya dia tak tahu alasan macam apa lagi yang harus diutarakannya pada Nino. “Apa kamu nggak bisa kasih aku kesempatan kedua? Apa kita harus putus hanya karena masalah ini?” pinta Lani. “Hanya katamu?” Alis Nino berkerut-kerut karena mulai jengkel. “Apa kamu masih nggak sadar seberapa besar dampak dari perbuatanmu?” sentaknya. “Ta-tapi aku─” “Cukup!” potong Nino. “Aku nggak mau bicara sama kamu sebelum kamu introspeksi diri!”

