Wesley yang tertarik dengan Aletta mendatanginya di rumah bordil. Dia ingin Aletta melayaninya malam ini. Tapi Jeane yang sedari awal curiga dengan sikap Wesley mengikutinya sampai ke rumah bordil.
Wesley menemui Aletta dan membookingnya semalam penuh. Dia sangat b*******h dan tak sabar untuk dapat menikmati malam bersama Aletta.
"Halo sayang, aku datang untuk menagih hutang", sambil memeluk pinggang Aletta.
"Tuan Wesley, Anda sudah datang. Tentu saya akan membayarnya, tapi di dalam kamar."
"Wohhh, aku suka gadis agresif sepertimu. Kalau begitu kita langsung ke kamarmu."
Andreas yang melihat kelakuan Wesley saat itu ingin sekali langsung menghajarnya. Andreas langsung mengejar mereka ke lantai 2. Tapi saat hendak menaiki tangga, Andreas malah bertabrakan dengan Jeane yang juga ingin menyusul Wesley dan Aletta. Jeane sudah memperhatikan mereka dari awal dan kini Jeane ingin langsung memergoki Wesley.
"Maaf Nona, saya terburu-buru", sambil memegang lengan Jeane.
Mata Andreas tak berkedip saat menatap Jeane yang hanya berjarak 30 cm darinya.
"Gadis ini sangat cantik. Ini pertama kalinya, aku bertemu gadis secantik ini", lamun Andreas.
"Saya juga terburu-buru. Saya harus segera melabrak mereka", ucap Jeane yang memecah lamunan Andreas.
"Melabrak mereka, mereka siapa Nona?"
"Tunanganku dan gadis murahan itu."
Jeane segera menaiki tangga dan menuju kamar Aletta diikuti Andreas. Sedangkan di dalam kamar, Wesley sudah tidak sabar ingin bermesraan dengan Aletta. Dia segera membuka kemejanya, terlihat d**a Wesley yang berbulu. Aletta pun sudah bersiap untuk membius Wesley tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Tok, tok, tok, tok, tok.... Buka pintunya. Aku tahu kamu didalam", teriak Jeane.
"Itu Jeane, mengapa dia ada disini?", Wesley segera mengambil kemejanya dan mengenakannya kembali.
"Aletta, kamu jangan berkata apapun, oke, aku akan segera membereskan wanita itu."
Wesley segera membuka pintu dan Jeane segera mendorong Wesley.
"Mana gadis murahan itu?"
"Sayang, kamu tenanglah."
"Tenang, sudah berapa kali kamu bermain dengan wanita lain di luar sana? Kamu anggap aku ini apa? Aku kurang apa dalam melayanimu?"
"Sayang, aku dan dia hanya bicara bisnis."
"Di kamar berdua, di rumah bordil seperti ini. Kamu ini membodohi siapa?".
Jeane lalu memaki Aletta, "Kamu masih muda tapi liat betapa memalukannya pekerjaanmu. Bercinta dengan banyak lelaki. Cuihhh."
"Apa kamu tidak jijik bercinta dengan gadis kotor seperti dia yang sudah tidur dengan banyak lelaki?"
Jeane menampar Wesley dan dia hendak menjambak rambut Aletta namun Andreas segera menghalanginya.
"Maaf Nona, gadis ini dalam perlindungan saya. Anda tidak boleh menyakitinya."
"Jadi kamu di pihak dia."
"Sudahlah Jeane kita pulang", sambil memeluk Jeane dari belakang.
"Lepas...", Jeane berontak.
"Kamu jangan pernah menemui Wesley lagi atau aku tidak akan tinggal diam."
"Dan kamu Wesley, aku akan melaporkan kelakuanmu ke Naga. Aku sudah lelah denganmu yang tidak bisa berubah", lalu Jeane berlalu.
Dan Wesley yang mendengar Jeane akan melaporkannya, dia segera mengejar Jeane untuk menenangkannya. Dia tidak ingin bermasalah dengan Naga karena itu akan merugikan dirinya.
"Aku tidak habis pikir, wanita secantik Jeane bisa bersama pria seperti Wesley."
"Kak Andre, apa maksudmu?"
"Iya, Jeane itu cantik sedangkan si Wesley itu tidaklah pantas untuk menjadi pasangannya."
"Apa Kak Andre suka dengan Jeane?"
"Bukan begitu. Aku hanya merasa mereka bukan pasangan serasi."
Aletta mengerutkan keningnya mendengar Andre seperti membela Jeane.
"Sudahlah, Kak Andre harus kembali bekerja. Kamu istirahatlah."
Andre meninggalkan Aletta di kamarnya. Aletta merasa kesempatannya untuk bisa bertemu dengan Winaga semakin kecil. Dia tidak ingin hubungan Jeane dengan Wesley menjadi berantakan karena dirinya. Jeane itu kan adiknya Winaga, jadi aku tidak boleh mengganggunya.
"Hmmm..., Winaga, aku merindukanmu. Apakah kau juga merindukanku? Tapi kenapa kamu tidak mencariku selama ini? Apa kau sudah melupakanku?"
Di sisi lain, Wesley dan Jeane sudah sampai di rumah mereka. Wesley berusaha bersikap manis dengan Jeane dan minta maaf kepadanya. Dia memohon kepada Jeane kesempatan terakhir untuk memaafkannya. Wesley berjanji tidak akan menemui wanita manapun lagi apalagi berhubungan di luar sana. Dan sekali lagi, Jeane terbujuk oleh kata-kata manis Wesley.
"Baiklah, aku memberikan kesempatan terakhir untukmu tapi ingat ini yang terakhir. Tidak akan ada lagi setelah ini, kamu harus cam kan itu."
"Sayang, aku akan ingat itu", sambil membelai rambut Jeane lalu memeluknya.
Tapi di pikiran Wesley masih membayangkan wajah Aletta. "Harusnya aku sedang bersenang-senang dengannya. Tapi gagal karena si Jeane ini. Kalau kamu bukan adik Naga sudah lama aku meninggalkanmu. Aku bersikap manis didepanmu karena kamu masih aku butuhkan, tapi kelak jika aku sudah berkuasa, kamu akan aku singkirkan."
Beberapa hari kemudian, Sabrina teman Aletta di rumah bordil menggigil dan mengerang kesakitan. Aletta yang mendengar teriakannya segera menuju kamar Sabrina. Saat membuka pintu, Aletta melihat Sabrina sedang menyilet tangannya dengan silet. Tangannya bercucuran darah dan Aletta segera merampas silet itu.
"Sabrina, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melukai dirimu sendiri?"
"Aku kedinginan, aku butuh obat, obat... Aku harus segera mencari Boas, iya aku harus pergi".
"Sabrina, apa kamu memakai obat? Kamu sudah kecanduan seperti ini, kamu harus melepaskan diri dari barang terlarang itu. Kamu tidak boleh seperti ini?"
"Aletta, tolong aku, temui Boas dan ambil obat darinya. Aku mohon. Ini nomor dan alamatnya. Kode rahasianya Hormat Bos Besar Carlos."
Aletta yang mendengar nama Carlos langsung terdiam.
"Carlos, penjahat itu. Apa mungkin?", gumam Aletta.
Tanpa berpikir panjang lagi, Aletta segera pergi ke alamat yang diberikan Sabrina kepadanya. Aletta pergi sendiri kesana tanpa mengajak Andreas. Sedangkan Andreas pun tidak tahu Aletta pergi karena sedang belanja keperluan di luar.
Aletta tiba di alamat yang diberikan Sabrina kepadanya. Tempat itu seperti sebuah gudang tapi ada beberapa orang yang menjaga di luar pintu. Dan Aletta mengucapkan kode rahasia itu lalu para penjaga itu membiarkannya masuk.
Di dalam, seseorang bertanya kepadanya, "Hai, kamu gadis cantik. Ada urusan apa?"
"Saya mencari Boas, saya ingin membeli obat."
Orang itu melihat Aletta dari bawah sampai atas, "Ayo, ikut aku."
Aletta mengikutinya, dia melihat beberapa orang mengemas barang di ruangan tengah. Dan sampailah Aletta di sebuah ruangan. Di sana, ada Boas dan seorang lagi.
"Boas, ada yang mencarimu."
Boas memperhatikan Aletta, "Ada apa mencariku? Apa kita saling kenal?"
"Saya temannya Sabrina. Saya kemari ingin membeli obat untuknya. Sabrina tidak bisa datang karena kondisinya saat ini, dia sangat membutuhkan obat. Ini uangnya, berikanlah obat itu."
Orang yang bersama Boas disana memperhatikan Aletta sedari tadi.
"Jadi kamu pekerja seks di rumah bordil?"
Aletta menatap ke arah orang tersebut, "Benar, Tuan...?"
"Diego Santos."
"Bos Diego, tunggu sebentar, aku ambil obat untuknya dulu."
"Baiklah"
"Bos, Diego Santos, nama belakangnya Santos. Apa mungkin dia anak Carlos Santos", gumam Aletta.
"Sini mendekatlah gadis cantik, biar aku bisa melihatmu dari dekat."
Aletta menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Apa Anda putra Tuan Carlos Santos?"
"Wahh, tebakanmu tepat. Aku rasa kamu gadis yang pintar."
Tiba-tiba dari luar, terdengar suara baku tembak dan Boas segera masuk ke ruangan.
"Bos, Naga dan anak buahnya menyerang markas kita. Kita harus segera melarikan diri."
"Apa, kurang ajar si Naga, ayo kita pergi". Dan mereka segera keluar meninggalkan Aletta sendiri di sana.
"Naga berarti aku bisa bertemu Winaga."
Aletta sengaja tidak melarikan diri karena dia ingin bertemu Winaga. Anak buah Winaga menemukan Aletta di ruangan itu sedang bersembunyi lalu menodongkan pistol ke arahnya.
"Ampun Tuan, tolong jangan tembak, aku hanya wanita panggilan di sini", Aletta sengaja berakting.
"Keluar, ayo jalan."
"Bos, semua sudah kami bereskan", ucap anak buah Naga yang lain.
"Bagus, bawa semua barang-barang ini."
"Bos, saya menemukan wanita ini di ruangan", kata anak buah yang tadi menangkap Aletta.
Momen ini merupakan pertama kalinya, Aletta melihat Winaga dari dekat. Jarak mereka hanya sehasta, jantung Aletta berdegup kencang, dia merasa senang. Sedangkan Winaga menatapnya dari bawah hingga atas. Tatapannya terpaku pada mata biru itu. Mata itu persis seperti mata gadis yang dia rindukan.
"Apa gadis ini....Anna? Mengapa Anna bisa berada di sini? Di markas Carlos Santos, penjahat yang telah membunuh kedua orangtuanya."