Di tempat lain ... "Bagus. Tetap pantau keadaannya. Setidaknya kerjamu kali ini memberiku rasa puas. Ya, baiklah! Akan aku kirim secepatnya." Seringai rasa puas tersemat di sudut bibir merahnya. Tertawa sinis, tangannya terulur menenggak cairan merah di gelasnya. "Begitu mudah menghancurkanmu. Ini hanya sebagian dari rencana kecil yang aku susun. Suruh siapa mengabaikanku?" **** Tatapan mata Justin sayu. Terhitung sejak dua hari lalu setelah dokter mengatakan kebenarannya. Siapa pun itu, Justin terus berusaha mencari pelakunya. Bukan soal keguguran yang Valerie alami tapi Justin benci ketika miliknya di sentuh orang lain. Baginya ini pengkhianatan. Karena seharusnya—sebesar apapun masalahnya—jangan melibatkan keluarga. Dan b*****h pengecut ini melakukannya. Seujung kuku saja takkan

