“ADNAN PELAN-PELAN!” teriak Aileena ketika Adnan menggas motornya dia jalan yang menurun dekat kawasan kebun teh Rancapali. Adnan hanya tertawa menanggapi teriakan heboh Aileena sedari tadi bahkan dia tidak peduli ketika Aileena memukul lengannya dengan penuh napsu. “UDAH NIKMATIN AJA SAYANG. RENTANGIN TANGANNYA!” seru Adnan sambil merentangkan sebelah tangannya. “AKU NGGAK NORAK KAYAK KAMU! AKU NGGAK MAU!” seru Aileena, Adnan lagi-lagi terkekeh pelan. Entahlah kenapa mereka jadi mendadak berteriak-teriak seperti ini mungkin karena sudah menjadi kebiasaan mengingat di rumah sekalipun mereka sering saling meneriaki. “Kamu mau mampir dulu di sini atau mau langsung ke Kawah Putih?” tanya Adnan sambil sedikit menoleh pada Aileena. “Kawah Putih,” jawab Aileena. “Pil

