bc

Lupakan Mantan, Kejar Tetangga Tampan!

book_age18+
35
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
HE
curse
independent
bxg
bold
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Anjani Ranita, seorang programmer kecerdasan buatan yang memutuskan resign saat menikah tiba-tiba mendapatkan keanehan dalam dirinya ketika dia dipaksa bercerai dengan suaminya yang sedang berada di ruang ICU oleh sang mertua. Dia seolah bisa membaca sintaks program yang dia buat menjadi ramalan masa depan untuk kehidupannya sendiri.

.

Ramalan itu mengubah kebiasaannya menjadi 180 derajat berbeda, apalagi saat ramalan tentang seseorang yang akan mengejar cintanya muncul. Hal yang harus dia lakukan agar tidak sakit hati dengan kata cinta adalah dengan melakukan hal sebaliknya!

.

Kebetulan pria itu adalah tetangganya, demi melupakan sang mantan suami dan tidak ingin ditinggalkan lagi, Anjani berusaha untuk mendekati pria yang ada dalam ramalan itu. Bukan dia yang dikejar cinta melainkan dia yang akan mengejar cinta itu!

.

Lalu apakah dia berhasil?

.

***

Cerita cinta akan segera dimulai

Hanya kita yang bisa menilai

Apakah kisah ini mampu membawa galai

Tepat pada cinta yang sudah direlai

Bersama-sama mereka akan mulai bermain

Otak dan hati akan mendesain

Tentang perjalanan cinta baru yang lain

***

Selamat membacaJangan lupa Follow 1G @nychintaa ya!

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Perpisahan
"Ah!" Tamparan keras mengenai pipi Anjani, wanita itu jatuh tersungkur di lantai yang terasa sangat dingin, dia memegang pipinya yang memanas dan perih, tapi rasa itu tak sebanding dengan sakit hatinya yang selalu dihina oleh ibu mertuanya. "Ini semua terjadi karena kamu! Sejak awal kamu itu memang pembawa sial!" Wanita yang menatap Anjani dengan penuh kemarahan itu sekarang berjongkok dan menarik rambut Anjani yang ikatannnya sudah tidak teratur. "Ah, lepas, Ma, sakit," rintihnya. "Dengar ya! Segera gugat cerai anak saya! Karena saya tidak ingin dia mati karena ketiban sial nasib burukmu itu!" Wanita itu kemudian mendorong Anjani hingga kepalanya terbentur ke sudut meja. Anjani hanya diam, dia tidak ingin melawan wanita itu, harusnya jika dia ingin memberikan perlawanan sangat bisa sekali tapi dia lebih memilih diam. Air matanya mengalir tapi isaknya tertahan. Menangis dalam diam sangat menyesakkan d**a, yang rasanya ingin pecah saat itu juga. "Aku akan melakukan semua yang Mama minta." Suaranya terdengar serak dan lemah. "Bagus! Mulai sekarang keluarlah dari rumah ini dan jangan coba-coba untuk menemui Darren lagi!" Mirna, Ibu mertua Anjani, wanita itu berkata sambil bersedekap tangan. "Tapi, Ma, Mama tidak bisa memaksaku untuk keluar rumah, karena ini rumahku juga." Anjani berkata dengan suara serak. "Apa kamu bilang? Jadi maksudmu Darren yang harus keluar? Apa kamu sedang bermimpi Anjani?!" Suara lengkingan itu terdengar memekakan telinga. Kali ini Anjani benar-benar tidak ingin mengalah, mungkin sudah saatnya berhenti untuk bersabar. Dia berdiri dengan susah payah, karna tubuh ringkihnya itu sudah sangat lelah, ditambah lagi pergolakan batin yang sungguh menyiksa sejak kecelakaan itu terjadi. "Ma, jangan terus memaksaku, aku akan mengajukan cerai, semuanya aku lakukan kecuali tidak untuk rumah ini!" Anjani berkata dengan sisa-sisa keberanian dalam dirinya. "Kamu pikir kamu bisa apa?! Kamu hanya anak yatim piatu yang dibesarkan dengan bantuan donasi dari orang lain, sangat tidak sepadan dengan keluarga kami yang punya garis keturunan jelas, latar belakangmu itu sangat tidak pantas untuk bersama Darren! Lebih baik kamu segera keluar dari rumah ini dan pergi dari kehidupan anakku selamanya!" Wanita itu sangat marah. "Gak akan! Cukup bagi kalian menghinaku! Aku gak akan pernah sekalipun pergi meninggalkan rumah ini." Anjani berkeras dengan keinginannya. "Anjani, jadi orang jangan tidak tau malu! Lakukan saja apa yang seperti Mamaku bilang, bukannya selama ini kamu sudah cukup beruntung hidup dengan Kak Darren? Semua keperluanmu sudah dipenuhi oleh kakakku, kamu juga tidak perlu lelah untuk bekerja. Keluarlah dari rumah ini." Giliran Saskia, adik bungsu Darren berkata dengan suara dingin, dia memegang tubuh mamanya yang masih menahan marah pada Anjani. "Kamu jangan ikut campur Saskia! Selama ini aku hanya diam, sekarang pergi tinggalkan rumah ini sebelum aku membunuh kalian berdua!" Anjani berkata dengan nada tinggi, kilatan marah di matanya membuat tangisnya terhenti saat itu juga. Lelah ... dia sudah lelah untuk menerima cacian, makian dan hinaan yang sangat bertubi-tubi, selama ini dia bersabar karena rasa cinta itu sungguh besar, dia takut kehilangan tempat bersandar, baginya Darren adalah segalanya, tapi sekarang? "Apa?! kamu berani mengancam kami?!" Saskia kembali melengkingkan suaranya, membuat Anjani makin muak. "Kalian pikir aku tidak berani?" Anjani mengepalkan tangannya. "Kamu berani melakukan itu?!" Saskia berkata lagi dengan marah. "Ini rumahku! Kalian masuk ke dalam lalu mencari keributan di sini, kalau aku melukai kalian aku hanya akan bilang kalau sedang membela diri! Pergi kalian sekarang juga sebelum aku benar-benar membunuh kalian berdua!" Teriak Anjani. Namun, Kedua wanita itu tetap di sana seolah menantang. "Kamu tidak memiliki apapun untuk berurusan dengan hukum! Lebih baik kamu yang keluar!" Mirna berkata kesal, wanita itu masih tidak sudi untuk meninggalkan rumah yang dia katakan milik anaknya. Anjani lalu berlari ke arah dapur dan mengambil pisau daging. "Pergi kalian! Dasar mertua biadab! Ipar kurang ajar! Aku akan membunuh kalian detik ini juga!" Anjani mengacungkan pisau itu kehadapan Mirna dan Saskia. Kedua orang itu akhirnya ketakutan melihat Anjani yang benar-benar akan merealisasikan ucapannya. "Kau! Kau berani-beraninya mengancam!" Teriak Saskia sambil berjalan keluar dan menarik ibunya. Setelah kedua orang itu pergi meninggalkannya, Anjani tertawa dengan keadaannya sendiri. Dia sungguh tidak menyangka kalau akhirnya hari ini benar-benar akan tiba, saat dimana dia berani melawan kedua orang itu, kedua orang yang membuatnya sangat tertekan selama ini. Dia menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya lalu berjalan ke arah wastafel, melihat wajahnya yang sudah bengkak karena menangis dan juga miris karena wajah itu sangat tidak terurus. Darren, suaminya saat ini sudah hampir satu bulan berjuang dalam ruang ICU karena kecelakaan yang dialaminya. Sejak saat itu juga kekuarga Darren makin berbuat semena-mena dan menghinanya dengan berbagai macam ucapan yang menyakitkan hati. Kalau ditarik kebelakang, pernikahan ini juga tidak terlalu mendapatkan restu kedua orang tua Darren, mereka akhirnya bisa menikah dengan beberapa syarat yang diajukan padanya oleh keluarga Darren, yaitu dia harus menyiapkan uang mahar dan harus berhenti bekerja, karena tugas seorang istri adalah melayani suami di rumah. Awalnya Darren menentang usulan ibunya, tapi Anjani sudah terlalu mencintai Darren dan membutakan matanya, dia menyetujui syarat itu dan sejak saat itu awal mula penderitaan batin yang dialami oleh Anjani. Setelah membersihkan wajahnya, Anjani duduk di sofa dan mulai berpikir dengan tenang. Anjani lalu melihat ke atas meja yang di atasnya ada laptop yang masih menyala, sebelum kedatangan dua orang itu, Anjani masih sibuk mencari pekerjaan secara freelance di situs pencari kerja, karena dia sadar sepertinya dia harus kembali bangkit dari keterpurukannya. Kemudian Anjani duduk di kursi itu dan tanpa sengaja dia membuka file lama saat dia bekerja dulu, file yang di dalamnya berisi sintaks program. Tiba-tiba saja, deretan sintaks program itu berubah menjadi tulisan yang menurutnya sangat aneh. "Akan datang yang membantu lalu lepaskan yang terasa berat dan tidak adil, pergilah menjauh untuk memulai kembali." Beberapa kali Anjani mengerjapkan matanya, kalimat itu benar-benar sangat jelas terbaca, tapi saat dia mengulang untuk memastikannya, tulisan itu kembali seperti sedia kala, tulisan itu hanya deretan sintaks program biasa saja. Anjani tidak menghiraukannya, dia hanya berpikir kalau itu hanyalah kebetulan semata, apalagi tangisnya sudah sangat banyak tumpah hari ini. Bisa jadi ini hanya ketidaksinkronan otak, mata dan hatinya saja. Anjani lalu menghela nafas dalam, dia mematikannya laptop itu dan kembali menenangkan pikirannya. Tak lama berselang nomor tidak dikenal menghubunginya, dengan sedikit ragu Anjani menerima panggilan itu. "Hallo, Anjani?" Suara yang terdengar cukuo familier tapi Anjani tidak mengingat pemiliknya. "Ini siapa?" Anjani bertanya dengan datar. "Aku Raza," jawab penelpon itu. Seseorang teman lama yang sangat mengagumi kecerdasan Anjani, dulu dia bahkan sangat tergantung dengan Anjani dalam tugas-tugas kuliah. "Ah ... apa kabar Raza?” Anjani menyadari kalau mereka sudah sangat lama sekali tidak berhubungan, mungkin sejak Anjani lulus lebih dulu darinya. “Baik An, kamu sekarang dimana An?” tanyanya. “Aku?” “Ya maksudku apa kamu masih kerja di—” “Setelah menikah aku berhenti bekerja tapi kalau sekarang kamu menawarkan bantuan untuk pekerjaan bisa kupertimbangkan.” Anjani berkata tanpa basa-basi. Baginya tak penting gengsi! “Ya, karena itulah aku ingat denganmu, kupikir tugas akhirmu dulu sangat cocok untuk pengembangan produk di perusahaanku ini, kalau kamu bersedia aku akan—” “Aku bersedia,” potong Anjani cepat. Raza lalu menceritakan semuanya dan Anjani menyanggupinya. Setelah telpon selesai, Anjani kembali mengingat tulisan yang baru saja dia lihat. ‘Apa ini benar-benar terjadi?’ batin Anjani. Dia yang penasaran itu lalu kembali menghidupkan laptopnya lagi dan mencari file yang baru saja dia buka, tapi dia tidak menemukan kejanggalan apapun. *** Anjani menjenguk suaminya di rumah sakit, dia tahu ini adalah kali terakhir dia datang kemari, setelah berpikir panjang dan mengurus semuanya. "Darren, maafkan aku ... aku sudah tidak bisa menjalani ini semua." Anjani menarik nafas berat, air matanya jatuh, isaknya tertahan. Dia sungguh mencintai suaminya, begitupun Darren, tapi desakan keluarga Darren tidak bisa membuatnya untuk terus mempertahankan kata cinta yang dulu sangat dia agungkan. Dia tahu Darren juga sangat mencintainya, walaupun terkadang kebanyakan Darren tidak kuasa untuk melawan orang tuanya dan berakhir dengan permintaan maafnya untuk Anjani, pria itu akan selalu membuat Anjani luluh dalam pelukannya. Anjani keluar dari tempat itu, saat dia mulai menjauh, dia juga sudah siap meninggalkan semua kenangannya bersama pria itu. *** "Uang penjualan rumah bagian Darren sudah kutransfer ke rekening Darren." Pesan itu dikirimkan Anjani kepada mantan mertuanya, yah ... mantan mertua karena sejak tiga hari yang lalu, pengadilan sudah memutuskan perceraian mereka. Handphone Anjani berdering sesaat setelah pesan itu dibaca oleh mantan mertuanya itu. "Kenapa mengirimkannya ke akun Darren, harusnya uang itu langsung kamu kirimkan padaku!" Dia membentak, membuat Anjani menjauhkan telpon itu dari telinganya. "Hei wanita kurang ajar! Apa kamu mendengarkanku?!" Kembali wanita itu berteriak. Anjani menarik nafas dalam. "Tidak perlu teriak, Ma, aku tidak tuli. Aku memberikan uang penjualan rumah kepada Darren bukan pada keluarganya! Kalau mama menginginkan uang itu, Mama minta saja sama anak mama yang masih belum bangun dari ruang ICU itu." Anjani menjawab dengan santai, dia bahkan sudah berusaha untuk menerima takdir kalau dirinya telah menjadi Janda diusia 26 tahun. "Kamu benar-benar tidak tahu—" "Justru aku tahu diri makanya aku mentransfernya ke rekening mantan suamiku, Anda hanya orang luar diantara hubungan kami. Aku matikan telponnya, aku selalu berdoa agar Darren cepat siuman dan bisa melanjutkan hidupnya seperti sedia kala dan aku juga berdoa agar hati Anda bisa melunak dan cepat sadar diri." Anjani mematikan sambungan telpon itu, tapi benda kecil itu kembali berdering mantan mertuanya menghubunginya lagi, demi menghemat energi dan juga menjaga moodnya, Anjani mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tas jinjingnya, bersamaan dengan itu, panggilan penumpang keberangkatan Tokyo menggema. Tokyo tujuannya saat ini. Walaupun kisah cintanya kandas tapi hidup tidak boleh terus tertindas. Dia sudah menyusun kembali impiannya yang sempat terhenti karena pernikahannya dengan Darren selama nyaris dua tahun ini. Sekarang sudah saatnya dia menyusun rencana untuk bangkit. "Tante Mirna, kupastikan anakmu akan terus mengingatku!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook