Bab 2. Pertemuan

1529 Kata
Lima tahun kemudian. Anjani kembali menginjakkan kakinya ke tanah air, udaranya cukup membuat rindu, dia hanya berharap kepulangannya kali ini benar-benar mengubah seluruh hidupnya. "Bu Anjani!" Pria dengan pakaian kemeja biru itu menyapanya. Anjani melihat ke sumber suara. "Ronald, ya?" Anjani menebak sambil melepaskan kacamata hitamnya. Elegan sekali sangat berbeda dengan Anjani dulu. "Bener, Bu." "Jangan Ibu, saya masih muda, panggil Kakak atau Mbak aja, mana yang enak." Anjani tersenyum ramah. "Baik ... Mbak Anjani," ucapnya. "Biar saya yang bantu bawa kopernya." Pria itu mengambil alih koper besar yang dibawa oleh Anjani. "Terima kasih." Anjani berkata singkat dan memberikan koper itu pada Ronald. Anjani kembali ke tanah air setelah lima tahun dia pergi ke Jepang, tampilannya benar-benar sangat berbeda, bukan sepatu canvas, baju kaos oblong dan celana jeans yang biasa dia kenakan dulu, tapi kini sangat elegan dengan blouse krem dipadupadankan dengan rok pendek diatas lutut dan sepatu tinggi yang membuatnya sedikit mencolok. "Silakan, Mbak," ucap Ronald membukakan pintu mobil, Anjani masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh perusahaan dimana dia akan bekerja dalam dua tahun kedepan. Pria itu memasukkan koper Anjani ke bagasi dan duduk di bangku sebelah sopir. "Mbak An, ini Pak Budi, driver yang khusus disiapkan oleh perusahaan untuk mobilisasi Mbak Anjani selama di sini." Ronald memperkenalkan supir itu pada Anjani. Wanita itu hanya tersenyum simpul, "Terima kasih, Pak, sebelumnya kita mampir ke toserba dulu ya, ada yang mau saya beli." Anjani berkata dengan nada datar. "Baik, Bu," jawab Budi. "Mbak aja, Pak, gak usah Ibu, saya belum tua-tua amat." Anjani berkata lalu terkekeh, dia berusaha untuk mendekatkan diri dengan mereka. "Mbak, file yang Mbak minta sudah saya siapkan di belakang," ucap Ronald pada Anjani, yah Anjani melihat sebuah tablet ukuran 10 inchi di bangku sebelahnya, lalu mengambilnya dan membuka benda itu. "Terima kasih Ronald." "Sama-sama, Mbak, itu sudah jadi bagian dari pekerjaan saya." Ronald tersenyum. Ronald merupakan sekretaris merangkap asisten pribadinya, pria itu yang kedepan akan membantu tugas-tugas Anjani. Sedangkan Anjani, dia mendapat sebuah kehormatan untuk menjadi seorang direktur bagian pengembangan produk di perusahaan pengembang kecerdasan buatan. Sepak terjangnya dalam lima tahun terakhir memang tidak main-main, dia pergi ke Jepang atas rekomendasi teman lama yang pernah belajar bersamanya waktu kuliah. Anjani adalah anak yang pintar lulus dengan predikat Magna Cumlaude di universitasnya, lalu dia mendapatkan tawaran untuk beasiswa sekaligus meriset lebih lanjut tugas akhirnya terkait kecerdasan buatan, tapi dia malah menolaknya dan memilih untuk bekerja di perusahaan milik negara di bidang IT oleh rekomendasi pacarnya saat itu. Namun, belum satu tahun bekerja dia diajak menikah dan harus mengundurkan diri dari perusahaannya, secinta itu dia dengan kekasihnya, Darren. Setelah bercerai dia benar-benar berusaha bangkit dan mencari cara agar bisa berdiri tegak tanpa belas kasih orang lain. Dia memutuskan pergi ke Jepang setelah menyusun rencana jangka panjangnya. Melanjutkan S2 dalam waktu singkat dan meraih gelar Summa Cumlaude karena IPK sempurna lalu dilanjutkan menyelesaikan risetnya dan mendapatkan gelar doktor! kecerdasannya itu sangat luar biasa hanya dalam waktu 3,5 tahun dia bisa mengerjakan semuanya dan 1,5 tahun berikutnya dia melakukan berbagai penelitian dan meraih lebih banyak lagi prestasi. Dia sibuk dalam pengembangam beberapa proyek kecerdasan buatan dan akhirnya memutuskan untuk kembali membangun negeri dengan beberapa hak paten atas penelitiannya yang akan digunakan untuk pengembangan kecerdasan buatan di perusahaan yang dia naungi sekarang. Budi menepikan kendaraannya di depan sebuah mini market Biru Kuning, Anjani segera turun dengan cepat. Anjani membeli beberapa peralatan mandi yang dia lupa untuk membawanya, lalu beberapa makanan ringan dan membeli teh s**u hangat. Saat akan keluar dari tempat itu, tidak sengaja dia menabrak seorang pria sehingga membuat teh yang dia pegang mengenai pria itu. “Ah, maaf aku gak sengaja.” Anjani terlihat panik, dia ingin membantu mengelap, tapi tidak mungkin karena itu sedikit tidak sopan. “Maaf, ini ada uang untuk membawa pakaian Anda ke laundry.” Anjani memberikan uang seratus ribu pada pria itu dan segera meninggalkannya. Pria itu melihat Anjani dengan tatapan kesal dan juga heran. “Hei tunggu!” Dia mencegatnya. “Maaf, saya benar-benar minta maaf, saya juga sedang buru-buru,” ucap Anjani lalu segera membalikkan badannya dan berlari menuju mobil. “Pak Budi ayo segera jalan!” perintah Anjani pada supirnya itu. Anjani bersandar pada kursi dan berpikir keras, kali ini dia ingin membuktikan kembali tentang tulisan bias yang ada dalam deretan sintaks program yang dia buat seminggu lalu, kalau dia tidak salah baca saat itu, dia akan segera bertemu dengan seorang pria yang akan mengejar cintanya di sebuah toserba dan terjadi sedikit kecelakaan. Kalau kecelakaan yang dimaksud adalah menumpahkan minumannya pada pria itu artinya nanti mereka akan bertemu kembali dikesempatan lain, kalau memang pria itu adalah orang yang ada dalam ramalan, maka mereka akan bertemu lagi nanti. "Mbak ... Mbak Anjani kenapa?" tanya Ronald membuat kesadaran Anjani kembali. "Eh, iya kenapa Nald?" Anjani tidak mendengar apa yang dia bicarakan tapi di tahu kalau Ronald mengajaknya bicara. "Ehm ... Mbak tadi kenapa? Kok mukanya terlihat panik?" Ronald bertanya dengan sedikit khawatir. "Ah, gak apa-apa. Eh, ini kita langsung ke kantor dulu ya." Anjani memberi perintah. "Baik, Bu," jawab Budi. “Mbak, apa Mbak yakin kita langsung ke kantor dulu?” tanya Ronald pada Anjani ingin memastikan, karena dia tahu kalau Anjani baru saja melakukan perjalanan jauh dan sedikit melelahkan, sedangkan sekarang sudah hampir jam dua siang. sepertinya sedikit tanggung kalau harus ke kantor. “Ya, langsung ke kantor aja dulu, nanti selepas urusannya selesai baru pulang.” Anjani berkata dengan tegas. “Kenapa memangnya?” Anjani bertanya. “Jarang ada orang yang dari perjalanan jauh malah pergi ke kantor dulu, gak milih istirahat.” Ronald berkata terus terang. “Ah, memang negara kita terkenal dengan orang-orang yang santai ya.” Anjani terkekeh. *** Sampai di sebuah gedung pencakar langit, Anjani dibawa ke lantai 15, tempat dimana direktur utama berada. Orang inilah yang membujuk Anjani untuk menariknya bekerja di perusahaannya. “Akhirnya, Nona Anjani datang juga! Welcome Home Anjani!” Pria dengan setelan jas hitam itu beranjak dari kursinya dan menyambut Anjani saat melihat wanita itu di pintu masuk. “Apa kabar Pak Sentosa?” Anjani bertanya basa-basi sambil menyambut tangan pria itu untuk bersalaman. “Kabar sangat baik, apalagi kamu sudah ada di sini, saya berharap semuanya akan jauh lebih baik lagi.” Dia terkekeh, dan mempersilakan Anjani untuk duduk di sofa. “Mudah-mudahan bisa seperti itu.” Anjani menjawab dengan sangat sopan. “Ternyata kamu memang benar-benar seperti yang diisukan orang, seorang wanita pekerja keras! Dari Jepang langsung datang ke kantor, aku berharap kedepannya orang-orang disini bisa mencontoh perilakumu ini.” Pria itu terkekeh. “Sudah seharusnya, Pak, lagipula saya digaji besar untuk bergabung disini, sudah sepatutnya saya memberikan yang terbaik untuk perusahaan.” Anjani berkata dengan merendah. *** Setelah melakukan pertemuan tersebut, Anjani diantar pulang ke apartemen yang juga disewakan oleh kantor untuknya. Dia merasakan sekarang hidupnya benar-benar jauh berubah dari sebelumnya. “Mbak, nanti kalau ada perlu apapun bisa hubungi saya, ya.” Ronald berkata pada Anjani setelah mengantarnya ke unit apartemen yang dia tempati. “Baiklah, terima kasih untuk hari ini, eh, iya bilang sama Pak Budi kalau dia mau pulang gak apa-apa nanti aku bisa sendiri untuk pergi kemana-mana.” “Okay Mbak An, selamat istirahat. Saya permisi pulang dulu.” Anjani menutup pintu dan segera menghidupkan laptopnya, kali ini dia benar-benar berharap bisa kembali melihat deretan sintaks coding yang dia buat untuk ramalan selanjutnya, tapi sudah beberapa lama dia berkutat dengan aktivitas itu, dia tidak mendapatkan petunjuk apapun. “Apa mungkin kekuatannya sudah hilang?” tanya Anjani pada dirinya sendiri. Dia mendapatkan deretan ramalan tentang pria yang akan mengejarnya itu seminggu yang lalu, sejak saat itu juga dia tidak pernah melihat hal aneh lagi saat dia mengetik sintaks coding programnya. “Aneh, apa benar-benar sudah tidak bisa lagi?” kembali dia bertanya pada dirinya sendiri. Dia lalu menghela nafas berat dan menutup kembali laptopnya. Seminggu yang lalu dia mendapatkan kalimat yang bias, tidak seperti sebelumnya, tapi dia bisa mengingatnya dengan cepat. “Cinta akan datang mengisi hati, toserba tempat berhenti, kecelakaan sangat berarti, yang tampan mengejar sudah diberkati.” Kalimat itu benar-benar sangat teringat jelas dalam otak Anjani, bahkan dia langsung mencatatnya di handphone. Dia mengingat pria tadi, bagi Anjani sudah sangat lama dia tidak terlalu memikirkan pria dalam otaknya. Untuknya yang terpenting saat ini hanya karir dan mengejar impian dengan cara begitu dia bisa melupakan Darren untuk sesaat. Pria hanya bisa membuat otaknya tidak bisa berpikir dan menjadi bodoh. Pengalaman cinta dan rumah tangga yang hancur adalah pelajaran yang cukup berharga. Tidak boleh sampai terjadi kebodohan kedua. Anjani merasa bosan di tempat ini, perutnya juga sudah menunjukkan tanda-tanda harus cepat diisi, dia segera mengganti pakaiannya menjadi lebih santai, lalu menyambar tas selempang yang ada di atas kursi, setelah melihat isi tas itu dia langsung keluar. *** Baru saja keluar dari lift, langkah Anjani terhenti. “Tunggu!” Anjani berkata pada seorang pria yang akan masuk ke dalam lift. Pria itu mengerenyitkan dahinya lalu melihat ke kanan dan ke kiri, tapi hanya ada dirinya saja. “Kamu memanggilku?” tanyanya pada Anjani sambil menunjuk dirinya sendiri. Anjani mengangguk. “Ada apa?” tanyanya. “Kamu ... Siapa namamu?” Pertanyaan Anjani membuatnya makin mengerutkan kening karena heran dengan wanita itu. “Hah?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN