Pertemuan Pertama

2200 Kata
Benar saja dugaan Hanna, Ae Ri mengajaknya ke KBC, stasiun TV tempat dia bekerja. 'Punya rencana apa lagi anak ini,' gumam Hanna. Meskipun perasaannya tidak enak. Ia tetap mengekorinya dari belakang. Jalannya cepat sekali. Sesekali Hanna harus berlari untuk mengimbangi langkahnya. Di depan penghalang yang mengharuskan kita untuk men-scan identitas jika mau masuk, mereka dihentikan oleh penjaga. Ae Ri tampak geram, ia sudah tidak sabaran karena terlambat. Bisa-bisa PD Nim menguliahinya selama enam sks jika dia tidak segera absen sekarang. Sesaat kemudian dia insaf dan mengeluarkan kartu identitasnya lantas menempelkannya di mesin scanning. Seketika besi penghalang tersebut dapat digerakkan. Dia menarik tangan Hanna dan berteriak pada penjaga yang berusaha mengejar mereka karena Hanna termasuk salah satu tamu yang tak diundang. “Dia model pengganti untuk model Nam Jung-si yang tidak bisa hadir karena mendapat insiden tadi pagi di kamar mandi. Aku sudah tidak punya waktu lagi untuk mendaftarkan tamu. PD Nim bisa segera meruntuhkan gedung ini dengan suaranya kalau aku terlambat semenit lagi saja." Meskipun sudah susah payah menahan tawa. Akhirnya tawa Hanna tetap meledak. Bahkan air matanya sampai keluar karena kebanyakan tertawa saat mendengar alasan konyol yang keluar dari mulut Ae Ri yang sukses membuat penjaga berhenti mengejar mereka. Mereka memang mudah ditipu jika sudah menyangkut nama PD Nim. Sebegitu terkenalnya kah PD Nim, sampai-sampai tidak hanya Ae Ri yang takut tapi sepertinya hampir seisi gedung ini takut padanya. Hanna hafal sekali sama lelaki itu karena Ae Ri setiap pulang kantor selalu mengeluhkan laki-laki itu. PD Nim inilah, PD Nim itulah. Ia selalu mempunyai bahan untuk menceritakan kejelekan PD Nim. “Emangnya Nam Jung-si benar-benar jatuh di kamar mandi?” Hanna bertanya disela-sela langkah kaki mereka. “Sudahlah. Kau diam saja. Aku sudah terlambat.” Dia bersungut-sungut kesal. “Siapa suruh kau menyetir lama sekali," ejek Hanna. “Kau jangan berpura-pura b**o. Kau sendiri tahu kalau aku nggak bisa menyetir di atas 70 km/jam. Lagipula, karena siapa tadi yang lama sekali berdandan hingga aku sampai karatan menunggu dan akhirnya terlambat?” Dia mencebik kesal, berhenti dan menatap Hanna sejenak lantas berjalan lagi. “Haha, maaf-maaf. Tadi ada urusan pekerjaan sedikit. Lagipula kenapa kau tidak membiarkan aku saja yang menyetir?” “Kau pikir aku gila? Terakhir kali aku minta dijemput olehmu di malam saat aku mabuk. Kau berhasil mengantarkan kita ke kantor polisi karena menyetir di atas 110 km/jam.” Hanna hanya tertawa menanggapinya. Memang benar, terakhir kali ia menjemput Ae Ri, mereka sampai bermalam di kantor polisi dan esok harinya baru bisa bebas setelah salah seorang teman Ae Ri ke kantor polisi memberikan jaminan. Mereka harus menunggu lama karena waktu itu pacar Ae Ri ada syuting di luar kota. Selain itu gadis itu juga mabuk berat sehingga Hanna tak bisa menghubungi teman Ae Ri. Ia juga tak bisa meminta tolong pacar Ae Ri untuk meminta bantuan karena Hanna tak mempunyai kontaknya. Tentu saja hal itu juga karena disebabkan oleh keteledoran Hanna yang meninggalkan SIM Internasionalnya bersama dengan dompet di apartemen. Gadis itu melupakannya karena terlampau panik mendengar bahwa Ae Ri diganggu oleh laki-laki mabuk di klub. Saat sampai di sana, ia baru tahu bahwa ternyata itu juga adalah kebohongan gadis itu. Hanna pulang dengan kesal dan membawa mobil lebih ngebut lagi dari sebelumnya. Saat Hanna protes terhadap keusilan Ae Ri, dengan santainya dia berkata; “Kalau tidak begitu kau tidak akan pernah keluar kamar.” Dia tidak tahu saja kalau Hanna sering menyelinap keluar apartemen tanpa sepengetahuannya. Hanna selalu kembali persis sebelum dia sampai di apartemen mereka. Hanna yang kesal tetap memacu kan kendaraan melebihi batas, Ae Ri hanya tertawa melihat tingkah Hanna. Tiba-tiba saja, mobil yang mereka tumpangi dikejar oleh Polisi dan diteriaki menggunakan pengeras suara. Hanna kaget karena mendengar suara sirine polisi, kemudian menghentikan mobil. Polisi langsung menggiring mereka ke kantor polisi terdekat. Hanna benar-benar mati kutu saat diinterogasi waktu itu. Terlebih ia tak bisa menunjukkan SIM dan juga identitasnya sebagai warga asing yang datang untuk sebuah pekerjaan ke Korea Selatan. Bahkan polisi merasa curiga dan menginterogasi Hanna lebih lanjut terkait pekerjaan gadis itu secara terpisah dari Ae Ri yang sudah tertidur akibat mabuk. Mau tidak mau Hanna menelepon ke Amerika, meminta mereka menjelaskan situasi. Hanna kemudian dibebaskan dari pertanyaan mengenai pekerjaan saat petinggi kepolisian tergopoh-gopoh menemui mereka. Sebenarnya mereka juga menawarkan untuk membebaskan Hanna dan Ae Ri akibat pelanggaran yang ia lakukan. Tapi gadis itu menolak. "Saya melanggar dikarenakan urusan pribadi. Jadi biarkan semua berjalan sesuai prosedur. Terimakasih untuk tawarannya." Mereka mengangguk setuju. Akhirnya mereka bermalam di kantor polisi sampai menunggu teman Ae Ri datang keesokan paginya sebagai penjamin. Semenjak itu Ae Ri tak pernah mau lagi disopiri oleh Hanna. Selain itu Hanna juga jarang keluar kamar. Hanna ditarik ke sebuah ruangan bertuliskan Star One. 'Star One? Rasanya aku pernah mendengarnya.' Di dalam Hanna mendapati beberapa pria tengah didandani. Ada juga yang tengah melakukan pemotretan. Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hanna mendengar Ae Ri menghembuskan nafas lega setelah dia mengedarkan pandangannya. Namun hal tersebut juga tidak bertahan lama. “Kau pikir aku tidak tahu kalau kau telat nona Ae?” Sebuah suara yang menggelegar sukses mengejutkan telinga Hanna untuk kedua kalinya pagi ini. Bagaimana tidak kaget? Suara itu berbicara tepat di telinganya. Hanna mulai sedikit paham kenapa PD Nim sangat fenomenal. Ternyata suaranya bisa disandingkan dengan terompet sangkakala yang menurut kitab suci akan ditiupkan kelak di hari akhir. Dimana pada saat itu manusia akan menemui akhir dari perjalanan hidupnya di dunia menuju perjalan abadi yang konon akan menjadi penentu apakah kita akan berada di surga atau malah neraka. Semua orang yang ada di ruangan tak berani bergerak. Para model yang tengah difoto juga mendadak kaku, bahkan seorang kru yang tengah meniup potongan kertas sebagai efek untuk foto yang akan mereka ambil tak berani menarik mulutnya. Hanya seorang pria yang terbangun kaget akibat suara PD Nim, kemudian dengan santai kembali melanjutkan tidurnya seolah tak terganggu. Hanna kaget, tiba-tiba PD Nim itu sudah berdiri dihadapannya. Mengamati dari ujung kaki hingga rambut gadis itu yang disembunyikan dibalik beannie. “Wah, kau dapat barang bagus ini dari mana?” Tiba-tiba mimik PD Nim berubah yang menurut Hanna malah tambah menakutkan. Perasaan gadis itu tambah tidak enak. “Ini pacar barumu?” Ia menghadap pada Ae Ri yang hanya bengong tak berani merespon. “Kau tidak mau menjawabku?” Tiba-tiba nada suaranya naik lagi satu oktaf lengkap dengan air liurnya yang menyembur mengenai Ae Ri. “Bu... bukan PD Nim. Dia temanku.” 'Lagian siapa juga yang gila mau berpacaran sama perempuan seperti dia. Jika aku ditakdirkan sebagai pasangan penyuka sesama jenis aku akan mencari perempuan lain yang penuh kasih sayang,' pikir Ae ri. “Wah, bagus sekali. Kita pakai dia.” PD Nim tersenyum cerah. “Buat apa PD Nim?” Disaat itulah Hanna ingin mengutuk kepolosan temannya yang satu ini. “Kau masih bertanya untuk apa? Aku kan sudah mengirim pesan singkat di ponselmu itu. Model kita Nam Jung yang seharusnya menemani pemotretan Star One hari ini mengalami kecelakaan kecil di kamar mandi. Ia harus dilarikan ke rumah sakit. Jadi pemotretannya dibatalkan. Jangan-jangan kau tidak membaca pesanku lagi?” Mata PD Nim menatap penuh selidik kepada Ae ri. Aura mengancamnya kembali muncul. “Sa... saya lihat kok PD Nim, makanya saya bawa dia untuk menjadi pengganti. Tadi saya hanya salah paham dengan pertanyaan PD.” Dengan susah payah Ae Ri menelan ludahnya. Sialan, sudah jelas-jelas kalau dia sama sekali tidak membaca pesan dari PD Nim. Terlepas dari itu, bagaimana bisa alasan konyolnya itu ternyata benar-benar terjadi. “Sudahlah! Cepat dandani dia.” PD Nim berlalu. Seketika orang yang berada di ruangan menghembuskan nafas lega dan kembali melanjutkan aktifitas yang sempat tertunda. “Kau bilang tadi kalau itu hanya alasan yang melintas seketika di otakmu. Bagaimana mungkin itu benar-benar bisa terjadi. Kau seorang cenayang?” Hanna berbisik pada Ae ri. “Aku sendiri juga heran. Jangan-jangan Nam Jung benaran jatuh karena terkena kutukanku?” Ae Ri tampak tertawa tak berdaya seolah dia sudah berubah jadi gila karena kejadian yang baru saja dia alami. Hanna hanya menatap sinis gadis itu. "Sudahlah, yang terpenting kau sekarang harus ganti baju. Ikut aku.” Tanpa menunggu persetujuan Hanna, Ae Ri langsung menariknya ke jejeran pakaian yang mestinya dipakai oleh pria. “Kau gila, aku bahkan belum mengiyakan. Lagian bagaimana mungkin aku memakai pakaian pria.” Hanna menatap tajam Ae Ri. Suaranya yang sedikit keras berhasil mencuri perhatian beberapa pria yang tengah didandani di sebelahnya. “Ada masalah apa?” Tiba-tiba Hanna mendengar suara PD Nim di telinganya. “Anjir, setan, tuyul, kaget aku.” Seketika Hanna langsung latah mengumpat menggunakan bahasa Indonesia. Gadis itu memang sering keceplosan menggunakan bahasa lain saat kaget. Untung ia tidak memakai bahasa Korea atau bahasa Inggris. Bisa gawat kalau ada yang mengerti apa yang tengah dia ucapkan. “Kau ngomong apa? Kau mengumpatiku?” “Oh, eh tidak PD, saya hanya kaget tiba-tiba PD Nim sudah berada di sini. Saya kaget melihat wajah tampan PD Nim.” 'Astaga alasan apa yang aku pakai. Bisa-bisa aku bakalan ditendang seketika dari lantai 20 gedung ini,' umpat Hanna dalam hati. “Kau pandai sekali mengambil hati. Matamu memang pandai menilai.” Hanna hanya tersenyum kecut, sungguh respon yang tak terduga. “Jadi mengapa kau belum mengganti baju juga?” “Bukan begitu PD Nim. Saya hanya tidak bisa menggunakan baju-baju ini.” “Kenapa?” tanyanya datar. “Karena saya perempuan. Lagi pula baju-baju ini pasti tidak akan muat.” PD Nim menyelidik, memandangi Hanna dengan serius dari ujung kaki hingga ujung rambut. “Tenang saja, kau hanya perlu mengikuti instruksi dan memakainya. Ae Ri akan mengaturnya untukmu. Lagi pula, bukannya menarik seorang perempuan menjadi model baju laki-laki. Terlebih tampangmu sama sekali tak seperti perempuan.” Ingin sekali Hanna menonjok wajah laki-laki bertubuh tambun dihadapannya ini. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa tampang Hanna sama sekali tak seperti tampang perempuan. Padahal ia hanya memakai kacamata untuk menyembunyikan wajahnya. Gadis itu hanya tersenyum masam. Tak menunggu lagi, Ae Ri segera menariknya menuju ruang ganti dengan membawa beberapa pakaian. Setelah beberapa kali berganti-ganti pakaian, akhirnya diputuskan satu pakaian yang cocok dengan Hanna atau lebih tepatnya cocok dengan tema teman yang akan berfoto denganny. Atau lebih tepatnya, Hanna lah yang menjadi teman mereka. Hanna didandani dengan dandanan laki-laki. Rambut panjangnya disembunyikan dalam sebuah kain khusus yang memiliki warna yang sama dengan kulit kepalanya dan melekat erat sehingga tidak menimbulkan kesan aneh. Setelah itu, sebuah wig laki-laki bewarna putih dipakaikan di kepalanya. Warna yang sangat kontras dengan baju merah yang ia gunakan. Hanna sama sekali tidak mengerti model pakaian apa yang ia gunakan. Terlebih lagi konsepnya. Gadis itu tak terlalu paham mode. Ae Ri juga sedikit mendandaninya sementara Hanna hanya pasrah menerima perlakuannya. “Selesai.” Ae Ri tersenyum puas melihat hasil pekerjaannya. “Sekarang kau benar-benar terlihat seperti lelaki sejati.” Hanna bersungut-sungut mendengar ucapan sahabatnya itu. “Bagaimana cara kau mendefinisikan lelaki sejati itu? Aku tak yakin defenisi aslinya akan sesuai dengan apa yang kau pikirkan.” “Haha, kau paham sekali denganku. Ayo bersenang-senang, sayang.” “Kau pikir kita akan pergi ke sebuah pesta.” Hanna tak bisa menyembunyikan kekesalannya akibat baju yang membuat tubuhnya menjadi panas itu. “Jangan marah-marah nona, nanti keriputmu bertambah.” Takut Hanna akan menjambaknya, Ae Ri segera berlari ke arah seorang pemuda yang duduk paling pojok, melanjutkan pekerjaannya. 'Lihat saja nanti di rumah. Aku akan buat dia menyesal karena pernah dilahirkan di dunia ini.' “Hei, pemuda perempuan. Ayo ke sini. Sudah giliranmu.” PD Nim berteriak. 'Pemuda perempuan, panggilan baru darimana lagi itu?' pikirnya. Tanpa banyak tanya ia langsung menuju panggung kecil tempat pemotretan berlangsung. Berpose sesuai dengan yang diarahkan tanpa mengalami banyak kesulitan. Ia sudah biasa menyamar menjadi orang yang berbeda yang artinya ia juga harus mempelajari sifat dan gaya yang berbeda. Hanna juga tak asing dengan kamera sehingga ia tak mengalami banyak kesulitan yang berarti. Malah terlihat seperti model professional yang sudah terbiasa dengan kamera. Setelah melalui pemotretan yang menghabiskan waktu hampir dua jam dengan semua pakaian dan semua pemuda grup penyanyi yang ternyata adalah sebuah grup boy band terkenal, tidak hanya di Korea melainkan juga di dunia. Akhirnya ia bisa mengganti baju yang sedari tadi menyiksa karena sangat panas. Hanna merasa bahwa pemotretan itu berlangsung selama seharian dan ia sama sekali tak betah. Gadis itu memantapkan dalam hati bahwa ia tak ingin jadi artis ataupun model. “Kau mau kemana?” PD Nim berteriak begitu melihat Hanna akan membuka pintu. Ia sudah kembali memakai pakaian biasa. “Mau pulang PD Nim.” “Ae Ri belum selesai bekerja.” “Saya tidak berniat untuk menunggunya PD.” “Kau jangan pulang dulu. Kau bisa di sini. Bantu-bantu merias. Masih ada pemotretan lagi dan Ae Ri juga tak di sini. Asisten yang biasanya melakukan ini ada urusan dan kami tak bisa menemukan penggantinya. Kita tak bisa membuang-buang waktu begitu saja." "Tapi aku tidak bisa merias, PD." "Kau akan diajari oleh yang lain," putus pria itu. Tuhan. Cobaan apalagi ini. Aku hanya ingin segera keluar dari sini dan pergi makan. Perutku sudah lapar sedari tadi. Lagi pula, cecunguk yang satu itu kemana sih? Aku baru sadar bahwa dia tidak ada di ruangan ini. Jangan-jangan dia lupa kalau sudah membawaku ke sini. Meskipun enggan, akhirnya ia menurut saja pada PD Nim. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN