Melanjutkan Perjalanan

1111 Kata
“Maaf, orang tua sepertimu bukan seleraku! Jangan terobsesi padaku!” Setelah mengatakan itu sambil memandang si pria Katarina kembali mengangkat kakinya, kali ini ia menambah kekuatan untuk menendang wajah pria itu, tendangan yang ia lepaskan langsung telak berhasil mengenainya, bahkan itu berhasil membuat cengkeram mengendur dan membuat pria itu mengerang kesakitan. “Masih juga belum lepas,” gerutu Katarina yang agak geram. “Lepaskan aku, bodoh!” Katarina melakukan tendangan lagi, tapi kali ini ia dibuat terkejut tatkala pria itu melukainya dengan cara menusukkan kuku tangannya pada betis Katarina. Merasakan tusukan itu, Katarina berdesis menahan sakit, ia menunduk melihat ke bawah bersamaan dengan ketika si pria meneguk darahnya. “Dia ... meminum darahku?” Katarina berucap dalam benaknya. Ia sama sekali tak percaya dengan apa yang dirinya lihat saat ini. “Apa kau vampir?!” seru Katarina yang hanya dibalas seringai oleh pria itu. “Ya ampun! Aku bisa anemia, s****n!” Katarina kembali mengangkat kakinya lalu sekuat mungkin menginjak menendang wajah si pria. Sayangnya, serangan yang dilakukannya tidak membuahkan hasil, selain seringai itu tidak lenyap dari wajah yang sudah tampak mengerikan karena diselimuti darah, cengkeraman tangan pria itu juga kuat. Pria itu melanjutkan minum darah ketika Katarina yang kesal kembali mencoba menghantamkan alas kakinya pada tangan atau d**a pria ini, sayang usahanya mendapatkan kegagalan. “Jangan seenaknya meminum darah seseorang!” teriak Katarina ketika ia melepaskan tendangan tepat pada wajah pria itu. Kali ini serangannya berhasil dikarenakan pria itu akhirnya melepaskan cengkeraman tangannya lalu tubuh itu jatuh bebas ditelan kegelapan jurang. “Akhirnya terlepas juga.” Katarina bergumam lega, ia masih tidak habis pikir dengan apa yang pria itu perbuat, bagaimana bisa dalam keadaan seperti itu sempat-sempatnya meminum darah orang lain. Dan apa itu? Kenapa si pria malah menyeringai? “Astaga, sakitnya.” Katarina agak meringis ketika merasakan sakit pada kakinya. Pria itu sudah terjatuh ke bawah sana, Katarina yang merasa kehilangan beban sesegera mungkin memanjat ke atas. Karena dirinya bukan manusia biasa, maka ia mampu memanjat dengan baik. Karena ia sudah merosot agak jauh, maka diperlukan waktu beberapa lama untuk tiba di atas, apalagi saat ini salah satu kakinya mendapatkan cedera. “Aku tak menyangka kalau pelarianku akan sedramatis ini. Apalagi disertai esper dan pria vampir gila.” Sambil berusaha memanjat, Katarina menggerutu disertai nada bicaranya yang sangat kesal. Ketika tiba di atas, Katarina duduk sebentar untuk melihat luka pada kakinya. Tampak di sana terdapat luka sayatan yang pendek tapi cukup dalam, pendarahan yang terjadi sudah berhenti, bukan karena darahnya habis diisap oleh pria tadi, tapi dikarenakan ia memulihkan diri dengan sendirinya. “Astaga, apa-apaan itu? Tiba-tiba saja menusuk betisku lalu meminum darah yang keluar. Aku tak menyangka kalau pria aneh itu melakukannya.” Katarina berbicara pada dirinya sendiri. Goresan itu tampak mulai menyusut, luka secara perlahan menutup dengan sendirinya. Ya, Katarina memiliki kemampuan regenerasi yang super cepat, hal itulah yang membuatnya dapat pulih setelah dirinya berguling di tebing. Ia bisa menyembuhkan luka yang tubuhnya alami dalam waktu yang terbilang cukup singkat. Mengingat dengan apa yang pria itu lakukan, perbuatan yang benar-benar abnormal dan begitu aneh, Katarina merasa bahwa pria yang meminum darahnya adalah seorang Esper juga, tapi kekuatan macam apa yang mengharuskan Espernya meminum darah orang lain? Itulah yang menjadi pertanyaannya. Meski begitu, Katarina tidak terlalu memedulikan pria aneh itu, ada kemungkinan besar bahwa beberapa waktu ke depan, ia akan secara tak sengaja melihat esper lain yang juga memiliki keanehan terhadap perilakunya. Ketika melihat lukanya sudah pulih, Katarina beralih memandang langit. Keadaan masih gelap, apabila tidak ada pengejar lain yang datang, maka ia akan aman bergerak dalam kegelapan. “Ini melelahkan, siapa sangka kalau yang kali ini malah Esper lain. Aku tak menyangka kalau mereka memiliki banyak Esper dari yang kuduga.” Ia bergumam pelan. Rasa lelahnya kian menambah berat pikirannya. Katarina kemudian melepaskan tas punggungnya, setelah itu melepaskan jaket kotor, lusuh, penuh darah dan penuh robekan itu. Ia mengganti atasan dan jaketnya di sana, ada bagusnya ia membawa tas yang berisi pakaian ganti. “Aku harus segera pergi dari sini.” Ia menggumam pelan sambil mengenakan jaket baru itu lalu sesegera mungkin beranjak berdiri. Semua kendaraan sudah masuk ke jurang, ia juga ragu apa mungkin ada kendaraan yang akan melintas di jalan alternatif ini, jalan ekstrem yang berbahaya. Karena kemungkinan ada kendaraan yang lewat sangat kecil, maka ia memutuskan untuk berjalan kaki. Setelah selesai mengenakan jaket dan tas punggungnya lagi, Katarina melipat jaket lamanya menjadi buntalan lalu melemparkan benda itu ke jurang. Ia menoleh ke sekitar seperti memastikan sesuatu yang dirinya sendiri tidak tahu apa yang dirinya pastikan. Katarina mengeluarkan senter kecil sebesar pergelangan tangannya lalu mulai melanjutkan perjalanan dengan langkah yang pelan dan santai. Kelelahan akibat pertarungan sebelumnya berusaha ia pulihkan dengan berjalan pelan. Senter bercahaya putih itu ia sorotkan ke sekitar di mana di jalanan utama itu hanya ada pepohonan dan jurang di sisi lainnya. Ia sudah bergerak cukup jauh, tidak mungkin menyerah dalam waktu yang dekat, ia tidak akan pernah membiarkan dirinya tertangkap oleh para pengejar itu apa pun yang terjadi. Rasanya perjuangan yang telah ia tempuh selama ini akan percuma, pengorbanan temannya akan sia-sia saja apabila semua berakhir di sini. Sepanjang perjalanan, Katarina memikirkan apa-apa yang terjadi. Ia tahu bahwa di dunia ini terdapat banyak Esper, bukan hanya pengguna kekuatan psikis saja, tapi masih ada jenisnya, kemungkinan besar ia akan menemukannya di kota-kota tertentu. Ia tidak akan berharap akan bertemu dengan pengguna ESP atau bisa disebut sebagai Esper lain dalam perjalanannya, ia lebih suka menjadi manusia biasa saja, lebih suka menyembunyikan kekuatannya. Alasannya adalah, setiap kekuatannya ia gunakan, maka akan selalu muncul masalah dan kejadian buruk di sekitar nya. Apabila ia boleh jujur, ia tidak menyukai kekuatan yang dimilikinya. Jalan raya itu tidak terus berada di sepanjang sisi jurang, setelah beberapa menit berjalan, pemandangan sisi kanan dan kiri yang bisa Katarina lihat adalah hutan lebat yang ditumbuhi oleh pohon-pohon berukuran besar dan menjulang. Belum sepuluh menit ia berjalan, senternya tak sengaja menyorot jalan setapak yang dibuat khusus untuk kendaraan kecil seperti sepeda motor, jalan yang membelah tanaman liar dan tanah itu ia perhatikan dengan saksama. “Jalan apa ini? Apa mungkin ini adalah jalan pintas?” Ia bergumam pada dirinya sendiri. “Jika tak salah, jalan utama di sekitar sini memang berliku dan agak memutar. Mungkin saja ini memang jalan pintas.” Selama beberapa detik lamanya ia memikirkan hal itu lalu ia langsung angkat bahu tak peduli. “Apa salahnya dicoba? Keadaanku tak mungkin lebih buruk lagi hanya karena melewati jalan ini.” Karena ketidakpedulian itu, Katarina memutuskan untuk mengambil langkah memasuki hutan dengan menyusuri jalan itu. Ia memiliki kekuatan super, ia memiliki keberanian, apa yang dirinya takutkan? Tidak ada hal buruk lain yang akan menimpanya selain berhasil ditangkap oleh para pengejarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN