5. Siapa Dia?

1524 Kata
Tidak biasanya ketika ada tamu, Kartika menolak kedatangannya. Sashi merasa semakin curiga saat ini. Kartika langsung memberikan kode pada pegawai tersebut untuk keluar dari ruangannya. Wajah Kartika sangat tegang saat ini. "Aku pamit, ya, Tik." Sashi langsung beranjak dari duduk dan keluar tanpa menunggu jawaban Kartika. Apa yang dilakukan oleh Sashi membuat Kartika panik. Ia takut jika sahabat baiknya melihat siapa sosok tamu itu. Sial! Langkah Sashi sangat cepat dan membuat pegawai itu melongo. "Dia siapa, Bu?" tanya sang pegawai yang merasa penasaran dengan sosok Sashi yang baru saja keluar dari ruangan Kartika. "Kamu itu! Besok lagi kirim pesan aja kalo ada tamu yang cari aku. Dia itu tamu pentingku," kata Kartika sambil menunjuk ke arah Sashi yang kini punggungnya menghilang dari pandangan Kartika. Sashi sangat penasaran siapa sosok laki-laki yang datang menemui Kartika. Bukan tanpa sebab Sashi mendadak curiga, Kartika seperti menyembunyikan sesuatu. Sashi pun segera ke lobby pabrik ini, tempat di mana setiap tamu akan duduk di sana. Nihil, laki-laki yang disebutkan tadi tidak ada. Sashi mencari ke semua arah hingga matanya tertuju pada sosok laki-laki menggunakan jas hitam. Sashi pun mengejar sosok itu dengan cepat. Akan tetapi, tepukan Kartika mengejutkannya. Napas Kartika terengah karena mengejar sahabat baiknya itu. "Sash! Ponsel kamu ketinggalan," kata Kartika sambil menyerahkan benda pipih usang pada sang sahabat. Sashi jelas terkejut melihat kedatangan Kartika yang sangat cepat. Sosok laki-laki itu mendadak hilang. Bukankah Aditya menggunakan jas hitam seperti sosok tadi? Entahlah, ada banyak jas hitam, tetapi mendadak hati Sashi tidak nyaman. "Makasih, Tik. Aku pamit pulang dulu, ya." Sashi mengatakan dengan nada dingin saat ini. Hanya ada satu rencana saja yang berhasil. Sashi sama sekali tidak merampungkan design gambarnya. Kartika tampak tidak enak hati pada sahabat baiknya itu. Sangat jarang mereka bisa bertemu, atau lebih tepatnya, Sashi seolah menutup diri dari kehidupan luar. "Oke. Mau aku antar atau gimana?" tanya Kartika yang sampai saat ini masih tampak canggung. "Nggak usah, aku langsung ke rumah aja," kata Sashi sangat santai karena tidak menyembunyikan sesuatu. Siapa laki-laki itu masih menjadi misteri bagi Sashi. Sebenarnya bukan sifat Sashi untuk ingin tahu urusan orang lain. Hanya saja, entah mengapa perasaannya tidak enak saat ini. Sashi kali ini sengaja tidak pulang, hanya alasan saja kepada Tika. Ada salah satu kafe yang letaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya. Kafe dengan gaya lama itu memberikan ketenangan luar biasa bagi Sashi. Kafe Yasmin, salah satu kafe yang ada di dekat pabrik Shife ini. Sashi pun sering datang ke tempat ini. "Mbak Sashi? Tumben datang pas udah mau sore ini?" tanya April--salah satu karyawati di kafe ini. "Iya, Mbak. Pengen aja, setalah seharian cari perangkap tikus," kata Sashi tidak sepenuhnya berbohong saat ini. "Oh, ya? Mari silakan duduk. Mau makan atau minum saja? Biar saya langsung siapkan." April sangat ramah pada Sashi sejak lama. "Aku makan dan minum, Mbak. Laper banget," kata Sashi yang memang merasa sangat lapar saat ini. April tahu apa makanan dan minuman kesukaan Sashi. Tidak butuh waktu lama, ia segera melayani Sashi. Kafe ini memang lumayan sepi saat hari menjelang sore. Ada kalanya ramai hanya saat jam makan siang dan makan malam saja. "Makasih, Mbak April," kata Sashi saat April menghidangkan makanan dan minuman kesukaan Sashi. "Sama-sama, Mbak," kata April yang sambil tersenyum ramah pada pelanggan setia kafe ini. Sashi tidak langsung makan, kali ini harus menghubungi sang suami. Hatinya mendadak tidak enak karena melihat sosok laki-laki memakai jas hitam mirip sang suami. Lantas, apakah dugaan dalam hati Sashi benar? Entahlah, karena Sashi tidak bisa memastikan apa yang dilakukan sang suami saat ini. Dering ponsel yang ketiga kalinya diangkat oleh Aditya saat Sashi menghubunginya. Ada suara orang lain saat panggilannya diangkat oleh Aditya. Sashi merasa tidak asing dengan suara itu. Sultan--pemilik suara bariton itu tampak sedang bercakap-cakap seolah membahas sebuah proyek. Sashi segera mematikan panggilan telepon itu karena takut mengganggu pekerjaan sang suami. Ada sedikit kelegaan dalam hati Sashi saat ini. Setidaknya sang suami ada di kantor dan sedang bekerja. Ia pun langsung menyantap makan siang yang sudah sangat terlambat itu. Tidak apa, setelah makan siang, barulah Sashi akan kembali mengerjakan design untuk perlombaan itu. Hari bahkan sudah gelap dan Sashi tidak menyadarinya. Design itu selesai dan sangat indah. Sashi pun segera memfoto dan menyimpannya dengan rapi ke dalam email pribadinya. Ia sengaja mempunyai dua alamat email untuk menjaga kerahasiaan setiap design gambarnya. Sementara itu, Aditya datang ke rumah orang tua Sashi dengan tujuan untuk menjemput sang istri. Laki-laki bermuka dua itu sedang masuk perangkap macan yang sedang lapar. Sultan jelas akan marah besar saat ini. Sesuai dengan rencana, papa sambung Sashi akan membahas tentang keuntungan bagi hasil usaha Aditya. "Datang juga kamu," kata Sultan dengan sinis dan ketus. "I-iya, Pa. Saya mau jemput Sashi. Apa istri saya ada di kamarnya?" tanya Aditya yang memang tidak tahu jika sang istri tidak datang ke rumah ini. "Nanti dulu. Nggak usah buru-buru mau ketemu Sashi." Sultan menghentikan langkah Aditya dengan ucapan bernada tinggi. "Saya nggak usah basa-basi, ya? Mana bagi hasil dari keuntungan usaha itu? Apa sudah dikirim ke rekening saya?" tanya Sultan dengan nada dingin dan tidak bersahabat sama sekali. Aditya kali ini gelagapan untuk menjawab pertanyaan sepele itu. Uang itu sudah habis untuk foya-foya dan baru sekarang papa mertuanya bertanya. Astaga! Otak Aditya tidak bisa memikirkan jawaban apa pun saat ini. Berbohong? Tidak, bukan solusi untuk menjawab pertanyaan dari Sultan. Suana ruang tamu mendadak hening seketika. Sudah pukul sembilan malam dan kemungkinan Amelia sudah beristirahat saat ini. Aditya membalikkan tubuhnya dan berusaha tenang. Akan tetapi, tatapan penuh intimidasi dari Sultan membuatnya gugup. "Maaf, Pa, uang itu saya pakai." Kejujuran Aditya itu membuat Sultan tersenyum sinis. "Ada aliran uang yang masuk ke salah satu rekening perempuan. Saya tahu banyak siapa wanita itu." Seperti tersambar petir, mendadak tubuh Aditya menegang seketika. Perubahan gestur tubuh Aditya membuat Sultan puas. Salah satu trik untuk menjebak laki-laki muda yang hanya memanfaatkan kebaikan putri sambungnya itu. Bukan Sultan menutup mata dengan semua ulah keluarga besar Aditya pada Sashi. Hanya saja, ia sengaja mengulur waktu agar Sashi bisa menyadarinya. "Benar, ada aliran dana itu. Untul kolega baru bisnis saya. Saya mengirimkan uang itu kepada pekerja lepas untuk mendesign perumahan. Saya tidak mampu membayar arsitek karena akan menyita banyak dana." Entah kecerdasan dari mana dan sukses keluar dari mulut Aditya saat ini. "Begitukah?" tanya Sultan dengan nada sangat meremehkan Aditya saat ini. Aditya mengembuskan napas perlahan untuk meredakan emosi dalam d**a. Bukan satu atau dua kali ini Sultan meremehkannya. Saat tidak ada Sashi, laki-laki paruh baya itu akan menunjukkan sifat aslinya. Sashi tentu tidak tahu akan hal ini. "Ya, kalo Papa, memang tahu aliran dana itu atas nama siapa, boleh kok bertanya langsung pada orangnya. Saya tidak keberatan sama sekali," kata Aditya berusaha tenang saat ini. "Baiklah. Nanti saya akan temui wanita itu. Bisa saja saya akan menggunakan jasa dia untuk membantu Aron di perusahaan. Aron butuh seorang arsitektur," kata Sultan sengaja menjebak Aditya saat ini. "Silakan saja, Pa. Asal harga cocok pasti bisa dinego kok. Sashi ada di kamar?" tanya Aditya karena sudah tidak betah menghadapi Sultan saat ini. "Oh, maaf, tadi Sashi tidak jadi ke rumah ini. Dia bilang mau menemui Kartika, ya, sudah saya antar saja ke pabrik Shife." Sultan menjawab tanpa wajah dosa sama sekali. "Apa?!" Aditya tampak kaget dan segera meninggalkan rumah mertuanya itu. Aditya memacu mobil menuju ke pabrik Shife. Ia sangat takut jika ada sesuatu yang terjadi. Entahlah, hatinya tidak tenang saat ini. Berulangkali ia mengumpat karena kekacauan hari ini. Sultan memang benar-benar lawan yang sulit ditaklukan. Aditya tidak sadar jika Sultan merekam obrolan mereka. Tujuannya, agar suatu saat bisa dijadikan bukti. Ada aliran dana terselubung untuk seorang wanita. "Sialan kamu, Sultan. Kalo aku sudah sukses, pasti kutendang Sashi juga keluarga besarmu!" Aditya berteriak dengan kencang sambil melajukan mobilnya. Nihil, pabrik Shife tampak gelap dan tidak ada aktivitas apa pun. Hanya beberapa penjaga saja yang ada. Karyawan dan karyawati pabrik hanya diizinkan menerima tamu saat jam kerja saja. Salah satu aturan yang dibuat oleh Sashi dan sudah disepakati dalam kontrak kerja. "Maaf, Pak, apa saya bisa bertemu dengan Kartika?" tanya Aditya dengan wajah panik. "Mohon maaf, Pak, beliau sudah pulang sejak sore tadi," jawab salah satu petugas keamanan yang berjaga. Aditya pun mengembuskan napas kasar. Rasanya tidak mungkin jika Sashi pergi ke rumah Kartika. Lantas di mana keberadaan sang istri? Aditya sangat panik sekarang. Sementara itu, Sashi sudah sampai di rumah sejak dua jam yang lalu. Beruntung, rumah masih tampak sepi. Santika belum pulang, entah di mana keberadaannya, Sashi tidak peduli. Sashi memasak mie instan untuk makan malam. Setelah beberapa saat, akhirnya Sashi tertidur dengan pulas, tentu setelah menyimpan semua barang-barangnya dengan aman. Ia tidak mau ada penghuni rumah ini yang tahu keberadaan benda-benda penting itu. Setelah beberapa saat, Sashi terjaga karena mendengar ada suara orang berbisik. Ia berusaha membuka mata meski sangat berat. 'Siapa yang berani menyelinap masuk?' Sashi berbicara dalam hati sambil beranjak dari kasur perlahan. Sashi mengambil sapu yang belum dikembalikan lagi ke tempat semula dan berada di ujung kamar ini. Ia membuka pintu kamar perlahan. Ia bersyukur, pintu kamar tidak macet seperti biasa. Tanpa pikir panjang, ia langsung memukul sosok yang hanya tampak punggung meski tanpa penerangan yang cukup. "Kena kamu!" Pukulan Sashi membuat orang itu memekik kesakitan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN