bc

Terjerat Cinta Mantan

book_age18+
7.8K
IKUTI
56.6K
BACA
arranged marriage
dominant
drama
intersex
like
intro-logo
Uraian

Adrea harus menerima pil pahit karena di ceraikan oleh suaminya tanpa alasan yang jelas. Ketika Adrea berusaha mengubur kenangan pahitnya dalam dalam, mantan suaminya, Kenan, justru hadir kembali seolah membuktikan dirinya kini sangat mencintai Adrea. Mampukah Adrea memaafkan masa lalunya? Atau lebih memilih lembaran baru dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih baik di matanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Adrea POV. Aku Adrea Sauquina, seorang gadis yang sangat mencintai ibu ku. Sampai suatu saat ibuku meminta ku untuk menikah dengan seorang pria pilihannya. Aku tidak mengenal pria itu. Tapi tidak ada pilihan lain untuk ku, ibu ku orang tua yang aku miliki satu satunya, kebahagiaanya yang terpenting untuk ku. Aku menerima perjodohan itu. Kenan POV. Aku anak tunggal pria dari sebuah keluarga yang cukup kaya raya, menjalani hidup ku dengan penuh kecukupan, mengurus perusahaan besar milik keluarga itu menyenangkan untuk ku. Sampai orang tua ku menjodohkan ku dengan seorang gadis yang sama sekali tidak ku kenal. Ini menyebalkan! aku tidak menyukai perjodohan itu tapi aku tak dapat menolaknya, orang tua ku bersikukuh untuk menjodohkan ku. Yasudah, aku malas bersitegang dengan mereka, dan aku pun menerima perjodohan itu. Gadis itu bernama Adrea, parasnya cukup cantik, tapi terlalu pasaran. Aku bahkan bisa mendapatkan wanita seperti itu hanya dalam satu malam, kesan pertama ku bertemu dengannya, biasa saja. Sampai pernikahan kita berlangsung, aku mencoba menerimanya. Tapi tidak mencintainya! Dia istri yang cukup baik tapi hubungan kita hanya sebatas "Hubungan intim" dengannya, aku jarang berbicara padanya. Selama 2 tahun aku menikah dengannya. Sungguh ini pernikahan yang menjenuhkan, aku bosan melihatnya, bahkan aku menyuruhnya untuk menunda kehamilannya. Sampai pada titik aku benar-benar ingin lepas dengannya. Pernikahan membuat ku tidak bebas, ini memuakan terlebih dengan wanita yang tidak ku cintai. "Aku ingin kita bercerai." aku menyerahkan surat cerai yang sudah ku urus malam itu. Adrea yang sedand di duduk ranjang terlihat sangat terkejut. tangannya yang gematar mencoba mengambil surat tersebut dan membaca isinya. "Kenapa? apa salah ku?" suaranya terdengar bergetar di telinga ku. Aku membuang pandangan ku, saat mata bulatnya seperti akan menangis."Kamu tidak salah apa pun, aku hanya tidak bisa mencintai mu." jawab ku enteng. Adrea terdiam, aku tau saat ini dia pasti berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. Aku tidak perduli. "Aku sudah bicara pada orang tua ku, mereka setuju, ini hidupku, aku tidak ingin di atur lagi." kembali aku ucapkan kata kata yang mungkin terdengar lebih menyakitkan di telinganya. Adrea tetap terdiam. "Baiklah, kita bercerai." Adrea menjawabnya. Itu jawaban yang sangat menyenangkan untuk ku. Akhirnya aku bisa lepas darinya. Perceraian ini menyenangkan untuk ku!! Flashback, Adrea POV. Hari ini adalah di mana hari aku akan bertemu dengan calon suami ku. Ibu dan aku sudah menenunggunya di rumah. Sampai tak lama keluarganya tiba di kediaman ku. Aku berdiri dari duduk ku, memberi salam pada keluarga tersebut. Mata ku terpaku melihat sosok pria dengan tinggi dan tubuh yang kekar, wajahnya sangat rupawan. Dia pria yang hampir sempurna di mataku. Tapi tatapanya sangat dingin pada ku. Kenan Dhananjaya calon suami ku. Sampai pernikahan itu berlangsung, semua berjalan lancar sampai akhir acara. Selesai acara Kenan membawa ku ke rumah yang sudah di persiapkannya, dia tidak ingin menginap di hotel. Rumah yang cukup besar dan rapih. Kenan bergegas membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. Selesai mandi Kenan bersandar di ranjang. Entahlah, aku merasa dia sangat dingin pada ku. "Aku mandi dulu," ucapku. "Heeemmm.. " sahutnya dengan nada malas dan tetap menatap layar handphonenya. Tak lama aku selsai mandi. Kenan masih sibuk dengan handphonenya. Aku berjalan perlahan ke arah ranjang dan duduk di sampingnya. Dia sama sekali tak menghiraukan ku. Sudahlah, lebih baik aku tidur saja. Fikir ku. Aku merebahkan tubuhku di ranjang dan membelakanginya, ku pejamkan mata ku perlahan. Baru saja aku terlelap, tiba tiba aku merasa ada tangan yang melingkar di pinggang ku, dengan cepat aku menoleh. "Kenan? dia memeluk ku??!!" batin ku terkejut. "Kamu belum tidur?" ucapku gugup. "Belum," bisiknya di telingaku. Aku terdiam kaku, saat tangannya memeluk erat pinggang ku, dan perlahan menyingkap piyama ku, mengelus lembut perut rata ku. Aku merasakan desiran hebat di d**a ku, ini pertama kalinya tubuhku di sentuh, syukurlah dia sudah menjadi suami ku. Kenan membalikan tubuhku, pandangan kita saling bertemu, mata tajamnya seolah menghipnotis ku, saat bibir lembabnya mulai menyentuh bibir ku, melumatnya lembut, bibir ku masih tertutup rapat, rasanya sungguh canggung, ini ciuman pertama ku! Kenan memperdalam ciumannya, saat lidah kasarnya menelusup masuk ke dalam, aku mengikuti permainannya decakan ciuman itu terasa begitu terdengar menghiasi suasana kamar yang hening. Tangan nakalnya mulai membuka kancing piayama ku, menulusup ke d**a dan merabanya lembut, tubuhnya ku begetar hebat merespon setiap sentuhannya. Kenan menyudahi ciumannya, beralih ke leher jenjang ku, membuat tanda kepemilikan berulang kali di sana, mata ku terpejam saat dia menciumi setiap inci tubuhku dan menikmati bagian dadaku. "Ahh.. " desah ku sudah tak dapat lagi ku tahan, Kenan melirik ke arah ku wajah ku merah padam karena malu, Dia tersenyum simpul dan kembali menciumi tubuh ku yang membuat aku semakin merasakan aliran darah ku memanas saat ini. Sampai Kenan melakukan penyatuan itu. "Sakit!!" pekik ku saat merasakan dia melakukannya sedikit kasar. Kenan tak berucap dan kembali mencium bibir ku, perlahan rasa sakit itu menghilang dan menyisakan kenikmatan di antara kami berdua. Tubuh kekarnya jatuh dalam peluk ku, saat penyatuan itu di akhirnya, peluh membasahi wajah tampannya dengan nafas yang tak beraturan dia ambruk dalam peluk ku. Aku telah memberikan segalanya malam ini pada suami ku dan aku mencintainya. Aku membuka mata ku, saat sinar matahari mulai memasuki ventilasi kamar. Ku kenakakan kembali pakaian ku, bergegas mandi dan menyiapkan sarapan pagi itu. Setelah selesai aku kembali ke kamar, melihat Kenan yang masih terlelap. "Mas," ucap ku pelan dan menepuk lengannya. Kenan perlahan membuka matanya."Ada apa?" tanyanya dengan suara seraknya. "Sudah pagi, kamu enggak ke kantor?" "Iya, aku mandi dulu." Kenan beranjak dari ranjang dan bergegas mandi. Tak lama aku yang sedang mempersiapkan alat makan, melihat Kenan yang menuruni anak tangga. "Sarapan dulu mas," ucapku lembut. "Tidak usah, aku buru buru." ketusnya tanpa menoleh ke arahku dan terus berjalan menuju arah pintu. Aku terdiam, melihat makanan yang sudah tersaji banyak di meja makan, tapi jangankan Kenan menyantapnya, melirik masakanku pun tidak. Aku hanya melihat punggung belakangan yang terus berjalan, sampai tiba-tiba Kenan menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah ku. Aku tersenyum tipis. "Apa dia mau menyantap sarapan buatan ku?" batin ku senang. "Semalam ada yang lupa aku berikan pada mu," ucapnya saat berdiri di hadapan ku. "Apa? apa yang ingin dia berikan semalam? apa kah hadiah? seperti layaknya pengantin baru yang lain?" batin ku kembali dengan perasaan yang senang. "Apa?" tanyaku dengan senyum tipis yang terus mengembang. "Ini," Kenan mengambil sesuatu dari saku jasnya. Mata ku mendelik kaget melihat benda yang ku terima darinya. "Pil kontrasepsi?" ucapku tidak percaya. Kenan mengangguk."Iya, semalam aku lupa memberikannya pada mu, jadi minumlah sekarang, aku tidak ingin kau hamil." ucapnya yang langsung berbalik badan dan hendak meninggalkan ku. "Kenapa? kenapa tidak ingin aku hamil?" pertanyaan ku menghentikan langkah kakinya. Kenan kembali menghampiri ku, wajahnya terlihat tenang tanpa rasa bersalah, padahal perkataannya sungguh sangat menusuk hati ku. "Aku belum siap punya anak." ucapnya kembali yang langsung meninggalkan ku yang hanya diam mematung. Aku meremas pil kontrasepsi yang berada di genggaman ku, tubuh mungil ku duduk terkulai di kursi makan. "Apa ini? ternyata ini hadiah yang dia berikan pada ku? bukan setangkai mawar atau benda yang indah, tapi pil kontrasepsi.. untuk menunda kehamilan ku." Mata ku mulai memerah, aku tidak ingin menangis!! aku yakin Kenan akan bersikap baik pada ku!! *** Sore hari aku kembali memasak sampai semua makanan tersaji rapih di meja makan. Aku tersenyum, menunggu Kenan pulang dari kantornya sore hari. Detik demi detik berlalu terus ku lirik jam dingin yang terpasang di sudut ruangan tapi Kenan tak juga pulang sampai malam menjelang aku hanya menyandarkan kepala ku di meja makan. Terdengar suara pintu terbuka, aku melebarkan mata ku yang sempat mengantuk. Kenan pulang! "Mas, kok malam banget pulangnya?" bergegas aku menghampirinya dan mencium tangan suami ku. "Kamu belum tidur?" "Belum, aku belum ngantuk." semoga saja Kenan tak menyadari mata ku yang mulai sayu menahan kantuk. "Oh," sahutnya singkat yang langsung menuju ke arah tangga. "Mas, kamu enggak mau makan?" berharap Kenan melirik makanan yang tersaji di meja makan. "Aku sudah makan bersama teman teman ku," sahutnya tanpa menoleh dan tetap melangkahkan kakinya ke arah tangga. "Mas," kembali aku menghentikan langkah kakinya. "Kenapa lagi?" "Aku sudah masak, aku.. ingin kamu mencicipi masakan ku," Aku sedikit menunduduk, aku yakin pasti Kenan tak menghiraukan permintaan ku. Tap Tap Tap. Terdengar suara langkah kakinya mendekat ke arah ku dan aku segera mendongkakan wajah ku. Kenan berjalan menuju meja makan mengambil sendok dan mencicipi sedikit sup buatan ku. Di letakakannya kembali sendok tersebut dan berjalan menghampiri ku yang masih diam di tempat. "Aku sudah mencicipinya, jangan ganggu aku lagi, aku lelah." bisiknya di telinga ku dan berlalu pergi. Mata ku kembali memerah, sungguh saat ini aku ingin menangis kenapa bisa dia bersikap seperti itu pada ku? sepertinya aku harus punya banyak kesabaran untuknya. Hari hari berikutnya aku tetap berusaha melayaninya, membuatkan sarapan dan makan malam untuknya walaupun Kenan tidak pernah menyantap masakan ku. Saat di ranjang Kenan bersikap sedikit lebih manis pada ku, dan kami berhubungan intim selayaknya pasangan yang saling mencintai. Ya, hanya sebatas hubungan intim. Tapi aku bersyukur dia bisa bersikap manis walau hanya untuk hal itu. Di waktu waktu setelahnya dia jarang bicara pada ku, atau bahkan tersenyum.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Ensnared by Love

read
104.3K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.7K
bc

Married By Accident

read
224.6K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.3K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
76.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
58.1K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook