Part 5 - Welcome!

1845 Kata
Byunggyu datang lagi! Oh tidak! Bomin segera menutupi wajahnya. Pura-pura tidur. Tapi tentu kita semua tahu, Byunggyu terlalu pintar untuk bisa ditipu oleh Bomin. "Bu, aku tahu kau hanya pura-pura tidur. Sampai kapan kita akan berada di sini? Aku harus pulang dan sekolah!" Byunggyu. Ia mengguncangkan tubuh ibunya dengan kesal. Oh, jangan salahkan Byunggyu bila ia kesal. Mereka sudah dua hari berada di Jeju. Dan Byunggyu bukanlah orang yang mudah untuk lari dari tanggung jawab. Ia memiliki tanggung jawab atas tugasnya sebagai ketua OSIS, dan ia tak bisa meninggalkannya begitu saja. "Tenanglah! Kita pasti akan pulang sebentar lagi, saat Nenek Nayoung kalang kabut mencari Nayoung." ucap Bomin malas. Masih berbaring di ranjangnya. "Sebenarnya apa masalah Nayoung? Setidaknya beritahu aku agar aku bisa tenang!" Byunggyu semakin kesal. Bomin bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila dan menghadap ke arah Byunggyu. Ia tahu Byunggyu tak akan diam sebelum rasa penasarannya hilang. "Sebut saja kita sedang membantu Nayoung untuk lari dari kenyataan. Nayoung sahabatmu bukan? Kau ingin membantunya kan? Jadi tutup mulutmu dan nikmati liburan ini. Aku serius bila kau bertanya tentang hal ini lagi, aku akan memotong uang jajanmu!" ancam Bomin. Byunggyu terdiam. Arrrgghh! Kenapa Nayoung dan Bomin memiliki sesuatu untuk mengancamnya? Kalau begini ia tak bisa berbuat apapun untuk membuka mulut ibunya. *** Taeoh menemani Yookyung ke pasar. Namjoo juga ikut. Tak rela bila Taeoh dan Yookyung berduaan. Tapi sepertinya itu keputusan yang salah. Taeoh terus terfokus untuk mengajak Yookyung berbicara. Namjoo pun diabaikan. Kedua tangan Taeoh dan Yookyung penuh dengan belanjaan mereka. Namjoo benar-benar merasa dirinya tak dianggap di sini. "Abaikan saja aku! Abaikan hingga aku diambil orang!" sindir Namjoo. Tapi memang dasar Taeohnya yang tidak peka, ia masih terus berusaha mengajak Yookyung berbicara. Tapi tentu saja Yookyung menjawabnya dengan tulisan. Oh baiklah! Namjoo tak tahan lagi! Taeoh benar-benar tega mengabaikan dirinya yang manis dan imut ini! Ia berhenti mengikuti Taeoh dan Yookyung. Terdiam di tempat. Mengabaikan suasana pasar yang ramai. Ia ingin melihat apakah Taeoh sadar bahwa dirinya hilang atau tidak. Tenang saja, Namjoo anak yang cerdas. Ia hafal jalanan untuk pulang ke rumah Eunjin. Ia menatap punggung Taeoh yang menjauh. Namjoo menghentakkan kakinya kesal. Bahkan sepupu tampannya itu tak sadar bila Namjoo hilang? "Menyebalkan!" teriak Namjoo kesal. Ia menatap ke sekelilingnya. Ia tak ingin pulang. Jadi ia melangkahkan kaki kecilnya keluar dari kawasan pasar. Yookyung benar-benar heran kenapa Taeoh bersikeras ingin bicara padanya. Ibunya saja yang selama ini bersamanya tak bisa mengajak Yookyung berbicara, apalagi Taeoh yang baru ia kenal selama dua hari? Yookyung menoleh ke belakang! Tunggu! Sepertinya ada yang kurang! Ia segera menuliskan sesuatu di buku catatannya lalu menunjukkannya pada Taeoh. "Namjoo dimana?" Taeoh yang membaca catatan Yookyung pun ikut menoleh ke belakang. Astaga! Ia baru menyadarinya! Kemana kurcaci itu pergi? "Tadi dia ada di belakangku!" ucap Taeoh panik. Yookyung menepuk dahinya. Bagus! Sekarang adik sepupu mereka hilang. Semua ini karena Taeoh! Andai saja tadi Taeoh tak mengabaikan Namjoo, Namjoo tak akan hilang begini! Yookyung menatap Taeoh sinis dan berjalan mendahului pemuda itu untuk mencari Namjoo. "Hei! Yookyung-ah kau mau kemana?" *** Namjoo berjalan tak tentu arah. Ia ingin memberi hukuman pada Taeoh agar pemuda itu tak mengabaikannya lagi. Namjoo tak peduli bila nanti Taeoh dimarahi oleh ayah dan ibunya. Yang jelas ia tak ingin pulang sampai malam. Kaki kecilnya berhenti di sebuah lapangan bola. Ia duduk di pinggir lapangan itu. Memeluk lututnya dan terisak pelan. Hei, dia seorang anak kecil. Sungguh wajar baginya bila ia sedih karena ini. Ia hanya seorang anak berumur 7 tahun yang haus akan kasih sayang Taeoh. Hanya Taeoh yah, bukan yang lain. Tiba-tiba Namjoo merasakan seseorang menepuk punggungnya. Ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke belakang. Ia melihat seorang bocah seumurannya yang wajahnya agak familiar menatapnya dengan pandangan cemas. "Kau tak apa Namjoo-ya? Kau... bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya bocah itu. Kening Namjoo berkerut. Ia berdiri dan mengibaskan rambutnya dan menghapus air matanya untuk Kembali ke dirinya yang biasa. Bocah tadi hanya bisa terpana melihat ekspresi Namjoo yang berubah dalam sekejap mata. Dari rapuh menjadi sombong, ckckck. "Kau siapa? Kenapa tahu namaku? Aku tak mengenalmu jadi tolong jangan sok akrab denganku!" ketus Namjoo. Namjoo adalah seorang gadis yang penuh harga diri. Ia belajar dari novel-novel milik ibunya, kesedihan itu tak boleh ditunjukkan pada orang lain. Karena itu Namjoo sering menutupi kesedihannya dengan keketusannya. "Kau tak mengenalku? Jahatnya! Padahal kita sekolah di sekolah yang sama. Kita bahkan berada di kelas yang sama." bibir bocah lelaki itu mengerucut lucu. Namjoo menatap wajah bocah itu. Memang wajahnya yang seperti anak perempuan itu sedikit familiar. Tapi tetap saja Namjoo tak tahu namanya. Ia tak hafal nama siapapun selain nama Changwoo, sahabatnya. Menurutnya menghapal nama seseorang itu benar-benar merepotkan. "Aku Han Lixuan! Apa sangat sulit bagimu untuk mengingatku?" gerutu Lixuan. Ah! Namjoo ingat sekarang! Sang pangeran! Bukan pangeran Namjoo yah! Pangeran Namjoo hanya Taeoh. Lixuan adalah pangeran di sekolahnya. Semua teman-temannya sangat menyukai Lixuan. Tapi Namjoo tentu saja tak suka. Ia tak suka anak laki-laki yang berwajah seperti perempuan. "Baiklah sekarang aku ingat. Sudah kan? Aku pergi dulu!" Namjoo berniat mengakhiri acara kabur-kaburannya. Kruyuuukkkkk.... Maafkan Namjoo yang mengingkari janjinya tapi ia benar-benar lapar. Tadi pagi ia hanya makan dua piring nasi dan masih perlu dua piring lagi agar ia kenyang. Ia tak membawa uang jadi akan lebih baik bila ia menunda dulu acara kaburnya. "Kau lapar?" Lixuan terkekeh geli, "Bagaimana kalau makan siang di villaku? Para pelayanku sangat pandai memasak." tawarnya. Kruyukkk... Perutnya berbunyi lagi. Oh tidak! Ia benar-benar tergiur dengan tawaran Lixuan. Tanpa sadar Namjoo mengangguk dan membuat Lixuan menyeringai. "Baiklah! Ayo ikut denganku! Kakakku sudah menunggu di mobil." ajak Lixuan. Lixuan dan Namjoo melangkah menuju mobil bocah itu. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Namjoo. "Aku awalnya hanya berjalan-jalan dan menemani Kakakku. Villa tempat aku dan kakakku tinggal ada di dekat sini," jelas Lixuan, "Bagaimana denganmu?" tanyanya. "Pertanyaanmu itu, untuk apa aku dilapangan ini atau untuk apa aku ada di Jeju?" tanya Namjoo. "Pertanyaan kedua." jawab Lixuan singkat. "Aku disini untuk membantu teman kakakku untuk lari dari kenyataan." jawab Namjoo polos. Mau jawab apa lagi? Itu jawaban yang diberikan ibunya saat ia bertanya pada ibunya kemarin. "Kau tahu," Lixuan terdiam sebentar. "Aku juga berada di sini untuk lari dari kenyataan." Lixuan tersenyum miris. Mereka sampai di mobil Lixuan, bocah laki-laki itu membukakan pintu untuk Namjoo agar gadis kecil itu bisa naik. Namjoo terkejut melihat ada pemuda tampan di mobil itu. Mungkin itu kakak Lixuan yang ia bicarakan. "Kak, ini gadis yang sering kuceritakan padamu!" Lixuan tersenyum girang. Mata kakak Lixuan memindai wajah Namjoo membuat Namjoo risih. Lixuan sering menceritakan apa saja pada kakaknya? Apa mengenai Namjoo yang suka menyiram gurunya dengan tinta spidol? Atau tentang Namjoo yang memiliki hobi menempelkan permen karet di dinding ruang kepala sekolah? Kakak Lixuan tersenyum. 'Ah tampannya!' batin Namjoo. Astaga apa ini? Namjoo menampar dirinya sendiri, sadar kalau dirinya memuji pria lain selain Taeoh. Lixuan dan kakaknya terkekeh memperhatikan tingkah Namjoo yang menurut mereka lucu. "Hai Namjoo-ya, aku kakaknya Luhan. Namaku Han Xieyu." *** Byunggyu, Taeoh dan Woossok berpencar. Mencari Namjoo ke seluruh sudut desa tapi tidak bisa menemukannya. Taeoh menelpon Byunggyu dan Wooseok karena hingga sore ia masih belum bisa menemukan Namjoo. Mereka sudah lelah dan akhirnya berkumpul di taman tempat anak-anak di desa itu biasa bermain. "Bagaimana kalau ia diculik?" gumam Taeoh khawatir. "Memangnya ada orang yang ingin menculik Namjoo? Adikku itu sangat merepotkan, m***m dan licik." ucap Byunggyu. "Penculik tak akan ada waktu menguji kepribadian seseorang saat menculik," komentar Wooseok, "Lagipula otak dan organ dalam Namjoo pasti mahal bila dijual." "Kenapa kau tak bilang dari awal? Kukira Namjoo tak memiliki harga sama sekali. Wuaa seharusnya kujual saja dia sejak dulu." Byunggyu mencoba bercanda agar Taeoh tak terlalu khawatir. Baiklah, sebenarnya mereka bingung harus menjelaskan apa nanti pada Bomin. Tiba-tiba ponsel di saku Wooseok bergetar. Wooseok mengambilnya. Dahinya mengernyit melihat siapa yang menelponnya. "Siapa?" tanya Byunggyu. "Gaeun," jawab Wooseok. Ia segera mengangkatnya. "Halo?" Byunggyu menggerutu dalam hati. Wooseok ditelpon oleh Gaeun? Sebenarnya apa hubungan Gaeun dengan Wooseok? Mengapa Gaeun menelpon Wooseok dan bukannya dirinya? "Gaeun bilang Namjoo sudah pulang," Wooseok menatap Byunggyu dan Taeoh, "Ia pulang bersama dua orang pria." Byunggyu dan Taeoh saling berpandangan. Masalah apa lagi yang diperbuat oleh adik mereka itu? *** Namjoo merasa benar-benar kenyang. Lixuan menjamunya sampai ia lupa waktu. Yah, walaupun Namjoo sedikit bingung, sebenarnya siapa Lixuan? Mengapa pelayannya banyak sekali. "Kita sudah sampai di rumah pamanmu." ucap Xieyu. "Kalian ingin mampir?" tanya Namjoo. Lixuan menatap kakaknya penuh harap. Xieyu terkekeh. Ia tahu adiknya itu masih ingin bersama Namjoo. "Baiklah." Namjoo terkejut. Padahal ia hanya basa-basi seperti novel ibunya. Bisa habis dia diintrogasi nanti! Tapi sudahlah, Namjoo kasihan kalau harus mengusir dua orang yang baik padanya ini. "Ibu! Ayah! Aku pulang!" Namjoo teriak dan menarik tangan Lixuan masuk ke pekarangan rumah Junso. Ia heran mengapa tak ada kakaknya yang menyambutnya dengan kata 'berisik!' atau yang lainnya. Rumah Junso terasa sepi. "Astaga dari mana saja kau?" Nayoung keluar dari rumah dan berkacak pinggang menatap Namjoo. Nayoung beralih menatap bocah di belakang Namjoo. Tunggu! Wajah bocah itu familiar! "Kau!" Lixuan dan Nayoung saling tunjuk dengan mata yang membelalak. Bomin yang mendengar bahwa Namjoo telah pulang pun keluar dari rumah. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat wajah Lixuan. "Nayoung-ah! Bukannya ia bocah bangsawan yang ingin nenekmu jodohkan denganmu!" Bomin berteriak histeris. Keadaan semakin memburuk saat Xieyu juga masuk. Ah sebenarnya ada apa ini? Namjoo benar-benar tak mengerti! Lixuan dijodohkan dengan Nayoung? Astaga! Ini benar-benar rumit dan sulit dimengerti. *** Atas permintaan Lixuan, Namjoo dikurung dalam kamar. Ini pembicaraan serius antar orang dewasa. Oh Lixuan kecil, apakah ia tak sadar bahwa di cerita ini ia mendapat peran sebagai bocah? Byunggyu dan Taeoh duduk di sebelah Bomin. Ikut mendengarkan pembicaraan ini. Yeah, awalnya mereka terkejut dengan fakta bahwa Nayoung dijodohkan dengan anak-anak. Tapi mereka akan diam dulu untuk sementara waktu. Lagipula para tetua sedang membicarakannya bukan? "Baiklah, jadi kau adalah orang yang dijodohkan dengan Nayoung? Bukannya kau masih terlalu muda untuk dijodohkan?" tanya Byungjin. "Awalnya Oh Nayoung adalah gadis yang dijodohkan denganku. Tapi aku menolak dan Lixuan yang menggantikanku." jawab Xieyu. Nayoung melotot mendengar jawaban Xieyu. Jadi ini biang keladinya? Yang membuat ia dijodohkan dengan anak kecil? "Tapi sekarang tidak lagi. Aku tidak akan menikah dengan Nayoung noona." ucap Lixuan percaya diri. "Mengapa kau percaya diri begitu?" tanya Taeil. "Karena aku akan menikah dengan Namjoo. Dan sekarang aku akan melamarnya di depan kalian. Kuharap kalian menerimaku, ayah mertua dan ibu mertua." Lixuan membungkuk di depan Bomin dan Byungjin. Semua terdiam. Semua tercengang mendengar lamaran anak kecil seperti ini. "Astaga, Namjooku ..." Brukk.. Bomin pingsan dan membuat semua semakin panik. "Namjoo dilamar! Panggil ambulans! Panggil ambulans!" teriak Wooseok panik. "Halo! Cepat cari tahu tentang keluarga Han Lixuan! Aku butuh data keluarga mereka secepatnya atau kau akan kupecat! Ini menyangkut masa depan putriku!" Byungjin malah menelpon sekertarisnya untuk mencari tahu tentang keluarga Lixuan. Lixuan dan Xieyu hanya bisa melongo melihat kekacauan yang ada di depan mereka. Oh selamat datang di keluarga absurd kami! Lixuan dan Xieyu. *** Makassar, 21 Mei 2016
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN