3. Kos Flora

1704 Kata
Flora menyibukkan dirinya dengan bermain ponselnya, Jeffran juga demikian, dia sibuk bermain piano dan drum dari aplikasi yang tersedia di ponsel pintarnya, Flora meliriknya dan tanpa sengaja melihat kuku-kuku pada jemari Jeffran. "Jeffran kuku!" Jeffran menoleh sebentar dan sempat terdiam mencoba mencerna maksud ucapan Flora hingga akhirnya dia sadar maksud Flora. Jeffran melihat kuku-kuku di jari tangannya yang panjang dan sedikit kotor, dengan cepat Jeffran meletakan ponselnya kemudian mengepalkan tangannya, berniat menyembunyikan kukunya dari atensi Flora. Dia bahkan sudah sempat berdiri namun dengan sekali tarikan oleh Flora, p****t Jeffran akhirnya kembali bersentuhan dengan sofa. Tatapan tajam Flora membuat Jeffran bergidik ngeri, "Lo tunggu sini, gue ambil alat potong kuku dulu. Lo kabur, balik– balik gue bikin lo pincang," ujar Flora. Jeffran hanya bisa diam dan menurut. Perempuan yang kini sedang sibuk membongkar isi tasnya karena mencari jimat kesayangannya—alat gunting kuku—yang kini terkubur oleh buku dan alat lukis di tasnya, perempuan ini memang selalu sensitif perihal kebersihan diri terutama kuku. Jeffran sering terkena semprotan pedas dari mulut Flora setiap kali ia tertangkap basah karena kukunya panjang, dan yang dilakukan Flora selanjutnya adalah memotongkan kuku Jeffran. Flora duduk di ujung sofa, dan Jeffran duduk di ujung sofa satunya. Flora memberikan kode pada Jeffran agar dia menaikan kakinya ke atas sofa, dengan bermalas-malasan Jeffran menaikan kakinya, Flora langsung menariknya dan meletakan satu kakinya ke atas pahanya, "Lelet!" omelnya. Jeffran sampai meringis karena Flora menarik kakinya sedikit kasar. "Kenapa kaki dulu? Kenapa gak tangan dulu?" tanya Jeffran. Flora menatap pria itu sebentar, "Kaki lo bau, mending gue eksekusi kuku kaki lo dulu baru tangan!" "Heh sembarangan maneh kalau ngomong, sini gue selepet lo pakai kolor sama kaos kakinya Javier! Biar kena sawan sekalian!" protes Jeffran, Flora tak mengubrisnya dan fokus memotong kuku jari kaki Jeffran. Jeffran sebenarnya sengaja melakukan hal ini karena dia sangat menyukai treat Flora pada saat dia memotongkan kukunya, karena terkesan bersih dan rapi, bahkan Flora memberikan minyak kuku untuk kukunya Jeffran sehingga kukunya lebih bersih dan mengkilat, katanya serasa menipedi di salon mahal. "Besok lo kaya gini lagi, bener bener gue bikin bengkok jari lo!" Jeffran menelan salivanya sendiri, ancaman Flora selalu tak main-main. Perempuan yang memang memiliki kemampuan dalam judo itu selalu berhasil membuat bulu kuduk Jeffran berdiri. "Tangan sini, deketan!" Jeffran mendekat ke arah Flora dan menyodorkan tangannya pada Flora. Flora yang melihat kondisi kuku Jeffran hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian Flora langsung memukul jari Jeffran dengan gunting kuku layaknya guru pada jaman dahulu memukul jari tangan siswanya dengan rotan karena kuku siswanya yang panjang. "Ampun bu guru," celetuk Jeffran, Flora mendengkus kemudian melanjutkan aktifitasnya untuk membersihkan kuku Jeffran yang terlihat sedikit kotor. "Punya pacar kalau bisa di manfaatin juga, manfaatin buat bantuin lo jaga kebersihan diri! Kaga lo doang yang di manfaatin itu nenek lampir!" *** "Flo mana bang? Kok ilang?" tanya Javier yang baru saja sampai dengan kedua tangannya memegang kantung plastik berisi minuman yang baru dia beli. "Tadi pergi sih, dia bilang taruh aja minumnya di kulkas atau lo minum aja." "Pergi kemana?" "Ya gak tau, dia habis dapat telfon terus pergi gitu." Javier mengeluarkan ponselnya mengecek apakah Flora mengiriminya pesan, dan ternyata benar, ada sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi chatingnya. "Santai aja sih, Jav. Flo udah gede, gak akan ilang. Lagian siapa juga yang mau culik dia?" Javier hanya berdecak mendengar ucapan kakak kandungnya itu lalu meletakan minumannya di meja. Jeffran menghampirinya dan mengambil satu minumannya. "Soal pameran dan pertunjukan seni di kampus, lo bisa kan bicara baik-baik sama, Flo? Ajak dia kerja bareng. Jav, ini saatnya lo tunjukin ke mami sama papi kalau lo juga bisa punya prestasi. Flo, dia pasti bisa bantu lo." Javier masih diam, tak mengubris ucapan Jeffran, dia mengambil minumnya dan Flora kemudian berjalan ke arah pintu keluar. "Mau kemana?" "Ke Flora," balasnya singkat lalu pergi keluar apartemen. *** Javier, laki–laki tampan ini duduk cukup lama di depan bangku yang ada di depan kamar kos Flora, dia benar– benar menunggu Flora kembali ke kosnya. Dia sudah mengirimi banyak pesan spam pada Flora namun tidak satu pun di balas oleh Flora. Javier hanya duduk dengan tenang di bangku di depan kamar kos Flora sambil memainkan ponselnya, di temani oleh boba drink yang sudah mulai tidak berasa manis lagi karena es batu di dalamnya sudah meleleh dan bercampur dengan minumannya. Javier duduk sambil fokus bermain game. Setiap ada suara gerbang terbuka dia akan mengalihkan pandangannya, siapa tau Flora sudah kembali, namun selalu nihil, hingga akhirnya dia melihat sebuah kaki di hadapannya. "Lo ngapain disini?" satu kalimat yang terlontar dari bibir perempuan yang sejak tadi dia tunggu itu langsung membuatnya mendonggakan kepalanya dan menatap Flora, perempuan itu. "Nunggu lo, nih Xibobi lo, tapi udah gak dingin sih," ujarnya. Flora menghela napasnya, sudah tidak bisa berkata- kata lagi melihat kelakuan sahabatnya itu, tidak kakak, tidak adik, semuanya sama di mata Flora, sama – sama random dan absurd. "Masuk," ujar Flora. "Gue? Boleh masuk?" Flora mengangguk sambil membuka pintu kamar kosnya, dengan semangat Javier memasuki kamar kos Flora. Javier langsung duduk di sebuah karpet berbulu yang ada di kamar Flora dan menyandarkan punggungnya pada tempat tidur Flora. "Jangan di minum lagi, beli yang baru. Gue traktir. Gue mandi dulu, lo pesen aja, sekalian pesen makan." Usai mengucapkan kalimat tersebut, Flora langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Javier kemudian membuang Xibobi miliknya dan Flora, dia menuruti kata Flora untuk memesan makanan dengan jasa pengantaran online. "Floooo, gue mau kopi janji palsu ya?" teriak Javier. Flora dari dalam kamar mandi mennaggapi "Iya pesen aja, tapi jangan yang kopi, lo udah minum kopi hari ini, pesen yang ada susunya dah, jangan pure kopi." "Iyaaa." Tepat saat Flora selesai membersihkan dirinya dan mengenakan pakaian santainya, Javier masuk ke dalam kamarnya usai dari luar untuk mengambil pesanan mereka. Javier meletakan beberapa kantung plastik makanan mereka ke meja lipat yang telah disiapkan oleh Flora. "Kenapa lo tadi pergi gak ngabarin gue dulu?" tanya Javier sambil membantu Flora membuka bungkus makanannya. Flora menatap Javier sebentar, kemudian kembali fokus pada makanannya dan menjawab pertanyaan Javier, "Gue ke tempat biasanya Jav, kan gue udah chat lo tadi kan?" "Iya, tapi kan bisa Flo lo telfon gue aja biar gue yang anterin, karena kan tadi lo ke apartemen bang Jeff juga bareng gue," ujar Javier. "Jav, kita pakai mobil gue tadi kalau lo lupa. Lo numpang di mobil gue kalau lo lupa!" seru Flora. Javier hanya cengegesan mendengat penuturan Flora. Flora kini sibuk mengaduk makanannya dan menyendokannya ke dalam mulutnya. Sejak siang dia belum memasukan apapun kedalam perutnya, wajar jika dia makan dengan lahap terlebih setelah aktivitasnya seharian. "Lo belum makan ya tadi sebelum pergi?" pertanyaan Javier dijawab dengan gelengan oleh Flora. Tangan Javier terulur mengambil selembar tisu kemudian mengusap sudut bibir Flora dengan mengunakan tisu untuk menghapus jejak makanannya. "Celemotan banget, pantesan bang Jeffran suka ngeledek lo bocil." "Ya udah sih, lagi makan di kos sendiri." "Ck, tetep dong jaga image gitu, lo makan bareng sama cowok ganteng!" celetuk Javier. Flora hanya menatap Javier malas sebelum akhirnya melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, Javier dengn tahu diri untuk membereskan sisa makanannya karena ini bukan tempatnya. Kemudian mereka duduk di balkon kamar kos Flora yang memang terletak di lantai dua. Javier mengeluarkan satu batang rokoknya dan menyalakan rokok tersebut. "Mau gak, Flo?" tanya Javier. Karena dia tahu jika Flora juga terkadang merokok, meskipun tidak sesering Javier. Flora menarik satu batang dan menyalakannya. "Udah sebulan gue gak ngerokok sih, Jav. Tapi gue temenin deh kali ini," ujar Flora. "Ck, bilang aja lo emang mau!" Flora terkekeh. Mereka tahu diri untuk merokok di luar kamar, bukan di dalam kamar. "Ayah lo apa kabar, Flo?" tanya Javier. Flora meniupkan asap rokoknya kemudian dia mematikan rokoknya, menurutnya tidak nyaman merokok dengan membahas keadaan ayahnya. "Lo gak niat ngasih rokok lo ke gue kan, Jav? Makanya lo bahas ayah gue." "Dih, sembarangan. Gue nanya karena gue udah lama gak denger kabar om Faris." "Ya gitu, masih sama. Mungkin makin parah sakitnya. Bahkan ibu udah sering nyuruh gue buat siap-siapin mental aja, kapan aja ayah bisa ninggalin gue sama ibu, Jav. Penyakit ayah itu berpotensi menyebabkan kematian juga," jawab Flora. "Perihal kematian, kapan pun memang manusia diminta untuk siap, Flo. Karena kita nggak akan tau kapan dia datang tapi dia sudah pasti akan datang. Mau lo yang mati atau siapapun itu, kita dituntut untuk siap," balas Javier. "Lo siap buat mati?" tanya Flora. "Gue? Enggak lah! Belum. Gue cuma ngomong aja tadi." Flora tersenyum masam. Dia seharusnya tau bahwa Javier memang tidak bisa di ajak bicara serius. Javier tetaplah Javier. "Lo mandi sana, Jav. Udah malam nih, mau balik sekarang juga gerbang kos gue udah di kunci. Kunci gue kan ilang." Javier melotot tak percaya. "Kenapa lo baru bilang, Flo? Gue gimana baliknya?" seru Javier. Wajahnya terlihat cukup panik namun hal itu justru membuat Flora tertawa terbahak-bahak. "Gue baru inget dan belum sempat buat duplikat kuncinya lagi. Udah lo mandi aja sana, kalau gak mau mandi cuci muka dah, gue ada sikat gigi baru lo bisa sikat gigi," ujar Flora kemudian masuk ke dalam kamarnya. Javier langsung mematikan rokoknya dan mengikuti Flora masuk ke kamarnya. "Terus gue tidur dimana, Flo? Gue baliknya gimana?" "Tidur di emperan kos gue!" "Flo! Elahh lo bercanda mulu dah hidupnya!" "Tidur di sini! Gue ada kasur lipat lo tenang aja, gak sejahat itu gue biarin lo tidur di lantai. Udah sana ganti baju lo! Bajunya Jeffran ada disini, ada celana pendeknya dia juga." Javier kembali terkejut mendengar ucapan Flora. "Hah? Kok bisa baju abang gue disini? Flo? Lo gak macem-macem sama abang gue kan? Flo, sumpah ya! Inget keadaan ayah lo! Jangan berbuat zina lo!" Flora memukul Javier beberapa kali agar diam. "Sembarangan lo! Gue masih waras! Abang lo kadang numpang mandi disini, nunggu jam ganti kuliah disini, karena deket ke kampus katanya, dia juga beberapa kali sih nginep disini, tapi kita gak macem- macem! Dia tidur di bawah, gue di kasur! Kadang dia nginep disini pas gue balik ke rumah gue, makanya gue juga sering nginep di apartemen kalian kalau kalian balik ke rumah, gantian gitu saling bantu saling jaga. Udah lo gak usah negatif pikirannya!" tutur Flora panjang kali lebar kemudian mengambilkan baju milik Jeffran yang tertinggal di kosnya untuk diberikan ke Javier. "Sana bersihin badan lo."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN