Mengejar Khayra

1718 Kata

Adam mondar-mandir di lorong rumah sakit. Hatinya gelisah, pikirannya kacau. Ia baru saja selesai menerima telepon dari Pak Kyai tentang kabar Khayra yang meninggalkan rumah diam-diam malam tadi. Kini, ponselnya masih berada dalam genggaman, jari-jarinya menggenggam erat seolah benda itu bisa memberinya jawaban. Nafasnya pendek-pendek, tubuhnya masih kelelahan usai jaga malam dan operasi darurat, tapi tidak ada yang lebih melelahkan dari kecemasan yang kini menggantung di dadanya. Dengan cepat, ia menghubungi Wirdan. Suaranya pelan, tapi penuh tekanan. “Bang, Khayra keluar dari tempat persembunyian. Pak Kyai bilang dia pergi diam-diam tengah malam, dan sampai sekarang gak ada yang tahu dia ke mana.” Hening sebentar di ujung sana sebelum Wirdan menjawab. “Hah? Serius, Dam? Kenapa gak ada

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN