Khayra berdiri di depan gerbang rumah Dinda dengan jantung yang berdetak pelan namun berat. Langit malam menggantung muram di atas kepalanya, awan kelabu menutup sebagian bintang, membuat suasana terasa semakin sepi dan dingin. Ia melirik arlojinya. Pukul delapan lewat beberapa menit. Jalanan sekitar perumahan tampak sunyi, hanya sesekali terdengar suara kendaraan melintas jauh di ujung blok. Ia menatap rumah itu. Gelap. Tak ada satu pun lampu menyala. Halaman rumah sepi, dan tirai-tirai jendela tertutup rapat. Tapi entah kenapa, insting Khayra mengatakan rumah itu tak benar-benar kosong. Ada sesuatu yang mengendap di sana—entah hanya firasat atau kenyataan yang menanti untuk terungkap. Perlahan, ia mengeluarkan ponselnya. Jempolnya ragu menekan kontak bernama "Dinda", tapi akhirnya ia m

