"Apa terasa sakit?" Kaki kecil itu berlari pelan, menghampiri sahabatnya yang kini diselimuti oleh jejak-jejak darah di bagian wajah. "Kau tidak perlu terus berbohong, demi menyembunyikan kesalahanku," ujarnya bersamaan dengan asap putih yang mengepul di bibir anak lelaki tersebut. Yang ditanya pun justru tersenyum miring, kemudian mengusap darah di sudut bibir menggunakan punggung tangan. "Kau adalah yang terlemah. Kematian merupakan suatu hiburan bagi mereka." "Jika seperti itu, maka kematian akan menjadi pilihanku, daripada hidup menderita di bawah penjara bawah tanah." "Apa kau akan tetap bertahan di sini? Aku bahkan selalu berpikir, tentang bagaimana caranya kabur tanpa ketahuan sedikit pun." Anak lelaki berambut cokelat yang terlihat babak belur itu, berusaha berdiri kemudian berj

