Sontak saja perkataan Alex tadi membuat Rey membelalakkan matanya. Wajahnya semakin merah padam, rasa kesalnya pun semakin membara. "Dasar m***m! Beraninya kamu berbicara seperti itu!"
"Apa aku salah lagi?" tanya Alex.
Rey mengepalkan tangannya. Jika membunuh itu diperbolehkan, mungkin saat ini sudah terjadi kasus pembunuhan dengan motif ciuman balas dendam.
"Dasar m***m! Kamu pembawa s**l bagiku!" ujar Rey sangat marah. Ia segera berdiri dan melangkah pergi.
Setelah beberapa langkah, gadis itu pun menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Alex. "Awas kalau kau muncul di hadapanku. Kujambak rambutmu," ancam gadis itu.
Rey melangkah dengan perasaan tak karuan. Ia meninggalkan Alex sendirian di bawah tanah curam itu, kini pikirannya berantakan karena kejadian tadi. Ia bahkan melupakan tujuan awalnya untuk mendekat ke arah pohon tempat gantung diri itu terjadi.
Jarak hutan dengan jalan raya berjarak 500 meter saja. Rey pun memutuskan untuk mempercepat langkahnya agar bisa sampai ke jalan raya sebelum akhirnya mencari halte bus di pinggir kota.
Selama di perjalanan, Rey tak henti-hentinya menggerutu. Ia sangat kesal karena ciuman pertama yang akan ia berikan pada laki-laki paling ia cintai itu malah dicuri begitu saja. "Dasar manusia s****n! Kalau dia setan, sudah aku bakar dia," gerutu Rey, "gara-gara dia, aku gagal melihat sosok mahluk itu. Pasti ada mahluk itu memiliki maksud tersendiri, sehingga ada di sana. Biasanya, orang yang bunuh diri akan dikelilingi oleh peri kecil pembawa siulan kematian. Akan tetapi, jelas aku melihat tidak ada peri kematian itu di sana."
Peri kecil pembawa siulan kematian adalah sosok jin dengan wujud kecil layaknya peri. Sosok jin itu berwana hitam dengan sayap di punggungnya, sehingga pada cenayang menyebutnya sebagai peri. Sosok peri kematian itu akan mengelilingi seseorang yang gairah hidupnya melemah, ia akan mempengaruhi manusia dengan siulan kematian yang membuat manusia akan semakin membulatkan tekad untuk mengakhiri hidupnya.
"Semuanya masih terlalu misterius bagiku," gumam Rey bingung.
Ia duduk di bangku halte bus sembari menunggu adanya bus yang lewat. Tak ada orang di sana, hanya ada Rey seorang. Semakin lama, suasana semakin suram, aura dari dunia lain pun mulai menyelimuti sekitar. Akan tetapi, Rey tak menyadari hal itu karena kini dirinya tak bisa fokus akibat dari kejadian bersama dengan pemuda tadi.
Dua puluh menit pun berlalu, tetapi bus yang ditunggu masih juga belum muncul. Kian lama, Rey pun merasa resah, ia mulai menyadari adanya keanehan yang terjadi.
"Kenapa bus-nya belum datang juga, ya?" gumam gadis itu sembari beranjak dari tempat duduk.
Ia menatap ke arah kanan dan kiri untuk menghilangkan ketidaknyamanan dirinya. Tak lama kemudian, rasa dingin mulai menyebar di sekitar tengkuk, sedangkan bebauan khas dedemitan tercium samar di sekitar.
"Ah, s**l. Ini pasti gara-gara pemuda s****n itu. Aku jadi lupa menutup auraku," rutuk Rey kesal.
Ia menatap sekitar dengan waspada, berharap akan ada bus yang datang dan membawanya pergi dari tempat ini karena beberapa mahluk lain sudah berkumpul di halte bus.
Dari arah kejauhan terdengar suara klakson bus tua. Sontak, suara itu membuat senyum tipis di wajah Rey, gadis itu pun mendekat ke sisi halte agar dirinya bisa segera pergi dari tempat ini.
Bus yang datang adalah bus tua, terlihat dari model dan juga catnya yang telah pudar dimakan usia. Akan tetapi, Rey tak pun pilihan lain, jika tidak naik bus ini, maka ia akan dikerumuni oleh banyak makhluk.
Saat memasuki bus ini, manik mata Rey menatap ke seluruh bagian dalam bus. Ada beberapa orang duduk di bangku yang berbeda, tetapi Rey kembali merasakan adanya kejanggalan.
Gadis itu pun memutuskan untuk tidak memedulikan, ia berjalan ke arah bangku paling belakang. Semakin lama, aura yang ditimbulkan terasa suram. Rey menundukkan kepalanya ketika aura suram semakin kuat. "s****n, di halte dan di bis tak ada bedanya. Semua aura ini terasa sangat kuat," batin gadis itu merutuk, ia bingung harus bagaimana karena semuanya serba salah.
"Maju kena, mundur kena."
Perlahan, gadis itu mengangkat wajahnya. Ia melihat ke arah depan, ada banyak orang duduk di bangku depan Rey. Akan tetapi, Rey tak percaya begitu saja dengan kedua matanya.
Sebuah ponsel berwarna hitam ia keluarkan dari saku celana, tanpa berbasa-basi lagi, Rey membuka aplikasi kamera yang ada di dalam ponsel tersebut.
Benar dugaan Rey, sebagian dari para penumpang ini bukanlah manusia. Empat dari delapan tujuh orang tak terlihat di dalam ponsel Rey yang menandakan bahwa empat orang itu adalah jelmaan dari arwah penasaran.
Degh!
"Gawat! Auranya semakin kuat," batin Rey panik.
Perlahan, tetapi pasti. Bola mata Rey berubah warna menjadi biru terang yang tentu saja membuat orang akan langsung mengenali perbedaan gadis itu.
"Aku harus bagaimana? Arwah-arwah itu tak boleh melihat warna mataku," gumam Rey.
Rey segera menundukkan kepalanya agar orang dan arwah di sekitarnya tidak menyadari perubahan warna matanya. Akan tetapi, bagi sosok arwah itu adalah hal yang mustahil karena tak mungkin menyembunyikan aura cenayang yang begitu kuat dari tubuh seorang cenayang.
Bola mata Rey yang berubah warna menjadi pertanda bahwa ada sosok arwah dengan aura yang sangat kuat di sekitarnya. Aura dapat terasa sangat kuat ketika arwah itu sendiri memiliki keinginan yang sangat kuat, bisa saja balas dendam atau pesan yang belum tersampaikan.
Aura juga semakin kuat ketika sosok arwah itu berada di wilayahnya sendiri. Begitu juga dengan sosok yang ada di antara penumpang lain, sepertinya kematian mereka berkaitan dengan bus ini karena ini adalah kekuasaan mereka.
Tes! Tes!
Bercak darah terlihat menetes di lantai bus. Sontak hal itu membuat Rey menjadi terkejut. "Da-darah apa ini?" tanyanya sedikit gugup.
Kian lama, darah menetes semakin deras hingga membanjiri lantai bus serta membasahi sepatu yang Rey kenakan.
Rey berusaha keras untuk tidak mengangkat wajahnya karena ia sadar, apa yang tengah menunggunya. Tepat di sudut mata, Rey melihat sepasang kaki yang menghadap ke arahnya, sedangkan di hadapannya muncul kembali sepasang kaki dengan ukuran yang lebih besar.
Rey tak bisa menahannya lagi. Perlahan, ia pun mengangkat wajahnya.
"Aaaarrrggg--"
Kedua tangan Rey membekap mulutnya sendiri. Ia terkejut dengan apa yang ada di hadapannya kini.
Sesering apa pun Rey melihat arwah, tetapi dirinya tak pernah terbiasa dengan wujud seram nan mengerikan itu.
Manik mata Rey membulat sempurna ketika melihat penampakan di hadapannya. Sosok lelaki berada sangat dekat dengan Rey, wujudnya tampak mengerikan karena sekujur tubuhnya dipenuhi oleh darah yang terus menetes, sedangkan sebagian kepalanya telah hancur tergerus oleh aspal jalanan.
Sosok lelaki itu menatap ke arah Rey, ia seperti hendak mengatakan sesuatu pada gadis itu. Akan tetapi, ia tak kuasa karena alamnya tak mengizinkannya berbicara.
Selain sosok lelaki, di dalam bus terdapat beberapa arwah lagi, diantaranya seorang wanita paruh baya dengan keadaan yang gak jauh berbeda dari sosok lelaki tadi, begitu juga dengan dua anak kecil yang usianya tak jauh berbeda. Kemungkinan, mereka adalah satu keluarga yang meninggal karena suatu kejadian yang melibatkan bus ini.
Geerrrrmm ...
Arwah lelaki itu menggeram. Sontak Rey terkejut dan menatap ke arahnya. Namun, sayang, bola mata Rey menatap langsung ke arah wajah sang arwah lelaki itu.
Tiba-tiba saja, Rey merasa di sekitarnya menjadi sangat sunyi. Kedua telinga terasa tertutup oleh air hingga ia mulai merasakan perpindahan tubuhnya dari dimensi manusia ke dimensi lain.
Kilauan terang membuat manik mata Rey silau, ia membuka mata dan ...
"Hal ini terjadi lagi ...." Rey berucap dengan lirih, sangat lirih.