Gadis itu pun mengembuskan napasnya dengan pelan seraya kembali melangkah kaki menuju ruang makan, ia berpura-pura untuk tak melihat adanya sosok yang mengintip sedari tadi karena jika mereka tahu Rey memiliki kemampuan, maka dapat dipastikan bahwa mereka akan mengikuti Rey untuk menuntaskan keinginan mereka.
"Ma, apa jimat di rumah ini udah kadaluarsa?" tanya Rey sembari duduk di kursi.
Hana pun memalingkan pandangannya ke arah Rey. "Apa ada sesuatu?" tanya Hana. Ia sedikit terkejut karena memang dirinya tak bisa melihat keberadaan mahluk halus, walaupun ia adalah anak dari cenayang, tetapi Tuhan tak memberinya sebuah keistimewaan. Bukan hanya Hana, tetapi Ryan--adik Hana--juga tak bisa melihat. Kemampuan serta keistimewaan sang nenek tak diturunkan pada sembarangan orang, walau pun pada anak sendiri. Tuhan memberikan kemampuan yang sangat istimewa pada Reyna, satu-satunya cucu perempuan dari sang nenek cenayang.
"Ehm ... itu ada mahluk yang berhasil masuk ke halaman," jawab Rey seraya menguap nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Sepertinya memang sudah lama. Biar nanti, Mama saja yang ke rumah Nenek untuk minta jimat baru," ucap Hana, "kamu sudah libur sekolah, ya?" tanya Hana lagi.
"Iya, Ma. Mulai hari ini sampai dua minggu ke depan," jawab gadis itu, "oh, ya, Ma. Aku boleh, kan, jalan-jalan keluar. Pengen cari udara segar, capek mikir pelajaran terus," ujar Rey.
"Boleh saja. Asal kamu harus hati-hati dan ingat pesan Nenek," jawab Hana sembari tersenyum manis.
"Makasih, Mamaku," ucap Rey senang.
Keduanya pun kembali tersenyum. Seperti biasa, suasana tetap terasa ceria walaupun hanya ada mereka berdua di rumah besar ini.
***
Semilir angin menerpa tubuh Rey yang kini tertegun menatap gemericik air mengalir di hadapannya. Ini adalah tempat kesukaan Rey, tenang dan tak ada gangguan.
"Ah, rasanya begitu menyegarkan. Setelah terbelenggu oleh berbagai macam pelajaran, melihat air mengalir membuatku merasa bebas dan tenang," gumam gadis itu sembari tersenyum menikmati semilir angin yang membuat Rey merasa nyaman.
Setelah merasa puas memandangi sungai besar yang ada di sisi hutan dekat dengan rumah gadis itu. Rey pun memutuskan untuk berjalan pulang sembari menikmati indahnya pemandangan serta kicauan burung yang hidup di pinggir hutan ini, pemandangan hijau nan segar terpampang jelas di hadapan, tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Jarak hutan dengan rumah Reyna hanya berjarak cukup jauh, sehingga Rey memutuskan harus berjalan kaki untuk menuju ke terminal bus karena letak hutan ini berada di pinggir kota. Namun, saat gadis itu tengah berjalan di jalan setapak pinggir hutan, manik matanya menangkap sebuah pemandangan yang tidak biasa.
"Kenapa banyak sekali orang di sana?" tanya gadis itu heran karena memang sebelumnya sangat jarang ada orang berkumpul di area hutan ini.
Rasa penasaran Rey pun muncul, ia pun memutuskan untuk mendekat agar bisa mengetahui penyebab terjadinya kerumunan itu. Saat berjalan menuju kerumunan, ia mulai merasakan adanya keanehan yang terjadi di sekitar, manik mata Rey menatap ke arah sekeliling. Akan tetapi, dirinya masih belum menemukan adanya keganjilan di sana.
"Ada apa sebenarnya?" tanya gadis itu lirih, ia merasa risi karena suasananya terkesan suram.
Rey pun semakin dekat, dirinya segera melihat ke sumber perhatian orang berseragam polisi yang berkerumun di sisi jalan setapak itu.
Manik mata Rey membulat sempurna ketika melihat adanya sosok mayat yang tergantung dengan leher terikat tali tambang di atas pohon. Kondisi mayat terlihat begitu menyeramkan dengan kelopak mata terbuka, serta lidah yang menjulur keluar. Jelas sekali terlihat, bahwa sang mayat mengalami kesakitan yang luar biasa saat di akhir hayatnya.
"A-apa yang terjadi?" Rey sangat terkejut karena ini pertama kali dirinya melihat sosok mayat dalam keadaan mengenaskan. Walaupun terbiasa melihat arwah, tetapi melihat jasad manusia lebih menyeramkan untuknya.
Namun, tiba-tiba saja perhatian Rey teralihkan oleh sosok hitam di belakang mayat itu. Sosok dengan wujud hitam legam itu pun tersenyum ke arah Rey, sepertinya ia menyadari kehadiran Rey sebagai seorang yang istimewa.
"Siapa sosok itu? Kenapa dia seperti tengah menantang diriku?" gumam Rey penasaran.
Rey terlalu terpaku pada sosok di belakang mayat itu, hingga tak menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian orang di sekitarnya karena ia tiba-tiba saja masuk ke area garis polisi yang tentunya menjadi area terlarang bagi warga biasa.
"Kamu siapa?" tanya seorang pemuda dengan pakaian biasa.
Sontak Rey pun menoleh ke sumber suara. Pemuda bernama Alex itu mendekat sembari menatap Rey dengan tatapan menyelidik, hingga membuat Rey merasa risi dengan Alex.
Perhatian Rey kembali terfokus pada sosok di belakang jasad tergantung itu tanpa memedulikan Alex. Ia terkejut saat menyadari bahwa sosok hitam itu tengah mengarahkan tangan besarnya ke arah leher sang mayat, tak berapa lama kemudian, sosok hitam itu pun mencengkram erat leher mayat dan membuat Rey menjadi terkejut.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Rey lirih, dirinya begitu penasaran akan sosok hitam di balik mayat itu.
Rasa penasaran Rey semakin meningkat ketika ia menyadari bahwa sosok itu memiliki maksud tersendiri. Tanpa berpikiran panjang, Rey segera melangkah dengan cepat ke arah pohon, tempat di mana sosok.mayat itu tergantung.
"Hei, jangan kesana!" perintah dari Alex terkejut karena tiba-tiba saja Rey menuju ke area terlarang dengan melintasi garis polisi.
Rey sama sekali tak menghiraukan perintah dari Alex, ia tetap mendekat ke arah pohon itu. Kini, gadis itu menatap ke arah atas, tepat di mana sang mayat tergantung.
"Mustahil. Tak mungkin manusia bunuh diri pohon dengan ketinggian enam meter seperti ini. Bagaimana caranya ia memanjat sedangkan takut untuk bunuh diri itu pun terikat pada dahan utama." Rey membatin, ia kebingungan karena jelas sekali terlihat bahwa kematian ini bukanlah kasus bunuh diri.
Rey kembali menatap ke arah atas, kini dirinya terfokus pada sosok di belakang mayat yang masih saja menyeringai seakan-akan menantang Rey. Saat aku itu juga, Rey menyadari bahwa sosok hitam itulah yang menjadi penyebab dari kematian manusia itu. Ini bukanlah kasus bunuh diri biasa, melainkan kasus pembunuhan melalui mahluk gaib.
"Apa yang kamu lakukan?! Cepat pergi dari tempat ini!" perintah Alex sembari mencekal lengan Rey dan berusaha untuk mengajaknya pergi dari bawah pohon.
"Tidak!" Rey mengibaskan tangannya hingga terlepas dari pegangan Alex. "Biarkan aku di sini, sebentar saja," ucap Rey lagi.
"Alex, siapa gadis itu? Cepat bawa dia pergi dari sini!" perintah salah seorang pria paruh baya yang ada di sekitar pohon.
"Baik, Pak," jawab Alex dengan cepat. "Ayo ikut aku sekarang!" sentak Alex sembari kembali memegang tangan Rey dan membawanya pergi dari area terlarang walapaun Rey berusaha untuk menolak.
"Lepaskan aku! Ada yang ingin aku lihat," ucap Rey memberontak.
"Jangan ikut campur!" jawab Alex dengan tegas.
Alex tetap.membasa Rey dengan paksa hingga kini keduanya telah berada cukup jauh dari tempat terjadinya bunuh diri itu. Alex berusaha untuk membawa Rey lebih jauh lagi agar tidak menganggu penyelidikan yang ada.
"Lepaskan aku!" teriak Rey kencang sembari melepaskan tangannya dengan kasar dari Alex.
"Kamu tidak tahu apa-apa! Jadi jangan halangi aku!" seru gadis itu, tanpa mengenal lelah, dirinya hendak kembali ke area terlarang tadi.
Alex mengembuskan napasnya dengan kasar, ia cukup kesal dengan gadis yang ada di hadapannya ini. "Sungguh keras kepala," batinnya. Ia segera mencekal tangan gadis itu guna mencegahnya kembali membuat kerusuhan di tempat kejadian perkara.
"Cukup! Pergilah dari sini," sentak Alex.
"Tidak mau! Aku harus ke sana! Lepaskan aku!" teriak Rey tak mau kalah.
Gadis itu memberontak dengan kuat, tetapi Alex pun tak mau kalah hingga ia tetap memegang Rey.
"Ah! Lepaskan!" sentak Rey dengan kasar dan mendorong tubuh Alex dengan keras.
Sontak saja, Alex terkejut hingga ia tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya sendiri.
Aaaarrrggghhh! Bruk!
Keduanya pun terjatuh ke jalan setapak yang cukup curam. Tubuh Alex dan Rey pun berguling sebelum terhenti di rerumputan yang ada di bawah tanah curam itu. Akan tetapi ...
"Aaaarrrggghhh!" Rey berteriak kencang ketika ia membuka mata, wajah Alex adalah yang pertama dilihatnya.
Rey segera mendorong tubuh Alex karena kini tubuh Alex menimpa tubuhnya. Alex pun ikut terkejut, ia menatap gadis itu dengan tatapan penuh arti.
Wajah Rey merah padam, kedua tangannya mengusap bibir ranumnya. Akibat dari kejadian tadi, Alex tanpa sengaja mencium bibir Rey.
"s****n! Apa yang kamu lakukan?!" tanya Rey kesal karena ciuman pertamanya telah hilang.
"Ma-maaf ... a-aku tidak sengaja," ucap Alex dengan wajah panas, tak jauh berbeda dengan Rey, dirinya pun sangat terkejut atas kejadian yang membuatnya tak sengaja mencium gadis cerewet itu.
"Maaf? Cuma itu?!" tanya Rey dengan manik mata melotot. Ia sangat kesal dengan pemuda yang ada di hadapannya, sehingga Rey meraih ranting pohon di sekitarnya dan memikul tubuh Alex.
"Tak ada maaf untukmu! Rasakan ini! Dasar m***m!" seru Rey.
"Ampun! Ampun! Aku minta maaf, sakit! Jangan pukul aku lagi!" pinta Alex sembari menghadang pukulan dari Rey.
"Tidak! Aku tidak akan memaafkanmu karena kamu orang yang lancang mencuri ciuman pertamaku!" jawab gadis itu tanpa menghentikan pukulannya.
Alex nampak terkejut dengan jawaban gadis itu. Ia segera memegang ranting yang Rey gunakan untuk memukul dirinya. "Oke, aku minta maaf, tadi itu benar tidak sengaja," ujar Alex dengan suara lirih.
"Hah! Maaf saja tidak akan cukup!" ujar Rey marah sembari melepaskan ranting itu dengan kasar.
"Kalau begitu? Cium lagi saja aku, biar kita impas," ujar Alex.