Bab 7. Kembali Ke Bali

1200 Kata
"Fay?!" teriak seorang wanita paruh baya dari dalam rumahnya saat ia melihat kehadiran Fay di depan ambang pintu rumahnya dengan dua tas besar tergeletak di sisi kiri dan kanan kakinya. "Kau pulang, Gek?" wanita ini yang tak lain adalah Bibi Fay, adik dari ibunya, langsung terburu-buru menghampiri Fay. "Mengapa kau tidak menghubungi Me Nik kalau kau akan pulang hari ini?" lontarnya cemas. Fay menghela napas mendengar pertanyaan itu, "Aku ... sudah bercerai dengan Rey, Me Nik," terangnya kecut. Untungnya hari ini ia mendapatkan tiket penerbangan tercepat ke Bali bahkan tanpa delay sama sekali hingga ia bisa tiba lebih cepat di kampung halamannya ini. Bertemu dengan satu-satunya keluarganya yang masih tersisa dari pihak Ibunya. "Bercerai?" Loisa Abimana, anak bungsu dari Ida Ayu Oka Abimana dengan Lars yang berasal dari Belanda ini, menatap sang keponakan dengan raut terkejut. "Mengapa?" tanyanya lembut sambil membantu Fay membawa salah satu tas pakaiannya ke ruang tamu rumahnya. "Masuk, Gek! Hari ini pacar Me Nik tidak datang, jadi kau bisa tidur di sini." Sebagai salah seorang yang berasal dari keturunan kasta Brahma yang telah dihapus kastanya karena sang Ibu menikahi seorang pria asing yang berasal dari Belanda, kehidupan Loisa selama ini hampir mirip dengan kehidupan orang Bali lainnya. Namun, darah bangsawan Bali yang mengalir di tubuhnya—juga kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya dulu, membuat Loisa juga tidak bisa dipandang sebelah mata oleh orang di sekitarnya. Jadi, meski kasta keluarganya sudah dicabut, masih banyak saja penduduk yang menghormati dirinya dan juga keluarganya. "Apa Me Nik masih berhubungan dengan Fred?" tanya Fay sambil memperhatikan ruang tamu rumah sang Bibi, di mana sebagian barang peninggalan kedua orangtuanya tampak menghiasi setiap sudut ruang tamu ini. "Menurutmu ... selain Fred, pria mana lagi yang cocok untuk Me Nikmu ini?" Loisa mendecakkan lidahnya. "Dengar, Gek. Kau tidak bisa terlalu memilih pria, selama dia bisa mencintaimu dan bersedia memanjakanmu, itu sudah cukup." Fay melengos sambil tersenyum getir, merasakan hatinya seakan tersentil oleh ucapan sang Bibi. "Pria asing, ya? Mengapa aku merasa kalau keluarga kita ini seakan dikutuk dan hanya bisa berdekatan dengan pria asing?" cicitnya. Loisa menatap sang keponakan setelah ia meletakkan tas pakaian Fay di samping sofa. Tatapannya yang keibuan, memindai wajah keponakannya itu yang terlihat murung. "Sini, Gek!" ia lalu menarik tangan Fay dan membawa keponakannya itu untuk duduk bersamanya di sofa. "Sekarang ... ceritakan semua yang terjadi padamu kepada Me Nik," ujarnya, bertingkah layaknya seorang Ibu bagi Fay. Fay menatap wajah Bibinya itu kemudian menghela napas lelah. "Aku sudah mencoba bertahan selama tinggal bersamanya, Me Nik. Dengan semua sikap kasar Rey padaku." Tidak tahan lagi memendam semua rasa sakit yang selalu ia tahan selama tiga tahun kemarin, semua uneg-uneg Fay akhirnya ia keluarkan pada Bibinya. Tentang bagaimana Rey memperlakukan dirinya selama tiga tahun ia menjalani pernikahan dengan mantan suaminya itu, begitu juga tentang jebakan Rey semalam untuknya, hanya agar mantan suaminya itu memiliki alasan untuk bercerai dengannya. Loisa mendengarkan penjelasan sang keponakan dengan wajah tegang, kemarahan mengisi raut wajahnya. "b******n itu benar-benar tidak tahu diri!" ia langsung mencak-mencak saat Fay mengakhiri ceritanya. "Apa Ayahnya tidak pernah mengatakan padanya bahwa sebagian besar saham Perusahaan mereka adalah milik keluarga Abimana?" gerutunya. Fay tentu saja terkejut mendengar hal itu, karena kedua orang tuanya juga tidak pernah memberitahukan padanya kalau keluarga mereka memiliki saham di Perusahaan Rey. "Me Nik?" Loisa kembali menatap sang keponakan kemudian menganggukkan kepalanya. "Apa kau tahu mengapa Ayah Rey dan kedua orang tuamu menjodohkanmu pada b******n itu?" ketusnya, "Itu karena Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Rey sekarang dulunya dirintis oleh kedua orang tuamu bersama Ayahnya. Sayangnya, Ayah dan Ibumu tidak ingin menangani Perusahaan itu dan lebih senang bekerja di Jerman. Karena itu Ayah Rey diminta untuk mengembangkan Perusahaan itu. Begitu ceritanya," terangnya. "Lalu selama ini? Setelah kepergian Ayahnya, apakah Rey ada membagikan sebagian keuntungan Perusahaan pada keluarga kita?" "Itu masalahnya," tukas Loisa sambil mengerucutkan bibirnya, "Me Nik pikir, dia akan membagi dan memberikan semua keuntungan Perusahaannya selama tiga tahun ini padamu. Karena dulu, ketika Ayahnya masih hidup, keuntungan Perusahaan itu selalu ditransfer ke rekening Me Nik setelah Ayahmu pergi menyusul Ibumu. Dan dari uang itu, yang telah Me Nik tabung selama dua tahun—Me Nik pergunakan untuk membiayai kuliahmu di Jakarta. Lagipula, mana bisa kau hanya mengharapkan dari hasil menyewakan rumah peninggalan kedua orang tuamu saja." Fay mengangguk setuju, sebab ia sendiri sangat tahu berapa pertahun yang bisa ia dapatkan dari hasil menyewakan rumah peninggalan almarhum kedua orang tuanya. "Aku pikir Me Nik yang telah menambahkan jatah bulananku agar aku bisa kuliah," ujar Fay miris. Ia ingat, ia memang terlambat setahun untuk mendaftar kuliah karena ingin bekerja terlebih dahulu di Bali. Dan di saat Rey melamarnya, Fay akhirnya memutuskan untuk berkuliah di Jakarta sekaligus mencari kesempatan jika ia bisa kerja magang di sela-sela waktu kuliahnya yang kosong. Ijazahnya saja bahkan baru ia terima beberapa bulan yang lalu. "Tidak, Gek." Loisa menggeleng pelan, "Uang itu uang milik kedua orang tuamu yang telah dipersiapkan untukmu dan juga Rey. Mana Me Nik tahu kalau pria itu ternyata seorang b******n," timpalnya. Tidak ada yang bisa Fay tanggapi dari ucapan Bibinya itu, sebab ia sudah terlalu lelah jika ia harus terus membahas tentang Rey. Selain itu, saat ini yang ia inginkan hanyalah menenangkan dirinya. Hal itulah yang telah membuatnya memutuskan kembali ke kampung halamannya agar ia bisa menjauh dari Rey. Namun ia justru mendapatkan berita mengejutkan tentang Perusahaan yang sedang Rey pimpin saat ini, yang ternyata telah dibangun oleh Ayah Rey bersama kedua orang tuanya. "Menurut Me Nik, apakah Rey sengaja tidak lagi mengirimkan pendapatan bulanan Perusahaan pada Me Nik ataupun memberikannya padaku?" Kening Loisa sontak mengernyit, "Benar juga, mengapa Me Nik tidak memikirkannya sejauh itu?" ujarnya. "Tapi, Gek. Jika itu benar, maka kau harus menuntut hakmu pada b******n itu. Jangan biarkan pria b******k itu memakan semua yang seharusnya menjadi milikmu!" tukasnya menambahkan. Fay memikirkan ucapan sang Bibi. "Gek?!" desak Loisa sambil menggoyang lengan Fay demi menyadarkan keponakannya itu dari lamunannya. Membuat Fay tersentak dan reflek menatap wajahnya. "Kau dengar tidak, apa yang baru saja Me Nik katakan padamu tadi?" Fay menganggukkan kepalanya, "Aku dengar, Me Nik. Aku akan mengurus hal itu nanti, setelah pikiranku sedikit lebih tenang." "Huft!" Loisa menghembuskan napas gusar, "Jangan bilang kau masih mencintai mantan suamimu itu hingga tidak tega untuk meminta hakmu darinya," ocehnya. Fay hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang Bibi yang sedang merajuk padanya. Beginilah Loisa sejak kepergian kedua orang tuanya, tingkah Bibinya ini terkadang sedikit absurd. "Aku sudah tidak mencintainya lagi, Me Nik." Tentu saja ucapannya itu bohong, karena hingga saat ini Fay masih memiliki perasaan terhadap Rey. Ini yang membuatnya merasa sangat terluka ketika ia mengetahui kalau Rey telah sengaja menjebaknya dan tega melemparkan dirinya ke pelukan pria lain. Fay hanya berharap, seiring berjalannya waktu dan banyaknya luka yang telah ia terima dari mantan suaminya itu, kelak ia bisa menghapus jejak Rey dari dalam hatinya. Dan suatu hari nanti, ia pasti akan membalas mantan suaminya itu. Kini, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghancurkan semua yang menjadi kebanggaan Rey selama ini. 'Sebaiknya, dari mana aku memulai rencanaku nanti?' monolognya dalam hati, sambil memperhatikan wajah Bibinya. ** 1. Me Nik : dalam bahasa bali artinya adik perempuan ortu. 2. Gek : dalam bahasa bali adalah panggilan kesayangan untuk orang yang lebih muda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN