"Mr. Lucas?"
Lucas reflek memutar kepalanya ke arah pria yang baru saja menegurnya itu yang tak lain adalah Rey. Pria itu tampak beranjak dari kursi untuk menyambut dirinya.
Di sisi lain, dengan profesional Jerome maju ke samping Lucas untuk menemani sang atasan.
"Mr. Rey, sudah lama menunggu?" sapanya pada Rey dengan menggunakan bahasa Indonesia seraya mengulurkan tangannya pada pria itu.
Sementara Lucas sendiri hanya berdiri tegak, masih menatap ke arah Rey dengan wajah datar.
"Tumben Anda meminta bertemu hari ini, apakah Anda sedang terburu-buru?" Jerome melanjutkan berbicara pada Rey dengan nada bercanda. Dan meski terselip kalimat sindiran di balik kata-kata yang ia ucapkan, tampaknya lawan bicaranya sama sekali tidak menyadarinya dan hanya menyambut ucapannya itu dengan tertawa kecil.
"Maaf, Mr. Lucas, Asisten Jerome. Saya tahu rasanya ini sedikit tidak etis karena telah meminta untuk bertemu hari ini setelah saya memberikan hadiah untuk Mr. Lucas semalam," ujar Rey sungkan.
Sebelum ia melanjutkan kembali kata-katanya, terlebih dahulu ia mengajak Lucas dan Jerome untuk duduk bersamanya.
Yuni, yang diminta untuk menemani Rey hari ini—ikut beranjak dari kursi saat ia melihat kedatangan Lucas. Dan ketika Rey mengajak pria itu beserta asistennya untuk duduk bersama mereka, ia pun melangkah menghampiri kedua pria itu lalu mengulurkan tangannya dengan ramah.
Jerome menyambut uluran tangan Yuni secara formal, tapi tidak dengan Lucas yang justru memasang wajah dingin terhadap wanita itu hingga Jerome terpaksa berbisik pada atasannya itu agar Lucas bisa mengesampingkan perasaan pribadinya terlebih dahulu.
Sejak semalam, Lucas sudah menjelaskan padanya bahwa atasannya itu tidak terlalu menyukai Yuni yang diperkenalkan Rey pada mereka sebagai sekretaris pria itu. Terlebih hari ini setelah sang atasan mengetahui apa yang telah Rey lakukan pada istrinya termasuk kedekatan pria itu dengan sekretarisnya sendiri. Hal ini menambah perasaan tidak suka Lucas terhadap Yuni semakin bertambah besar.
Alasannya sangat simpel, itu karena Lucas La Treimoille berasal dari keluarga yang sangat menghormati pasangannya. Ayah dan Ibunya tidak pernah berselingkuh.
Meskipun terlihat dingin dan arogan, bahkan memberikan kebebasan pada Lucas untuk bermain-main di luar sana dengan wanita mana pun selama putra mereka ini belum menikah—nyatanya kedua orang tua Lucas telah membuat peraturan yang harus putra mereka ini patuhi.
Kelak, jika Lucas telah memutuskan ingin memperistri seorang wanita, atasannya ini sudah tidak diperbolehkan lagi berhubungan dengan wanita lain selain istrinya.
Ini yang membuat Lucas kerap bersikap sinis pada rekan bisnisnya yang ia tahu sudah menikah tetapi masih memiliki hubungan terlarang dengan orang lain di luar sana. Menurut atasannya itu, jika pasangan mereka saja bisa mereka tipu, bukankah hal yang sama juga bisa terjadi pada rekan bisnis mereka?
"Saya harap Mr. Lucas menyukai hadiah yang telah saya berikan semalam," celetuk Rey membuka percakapan, setelah ia melihat Lucas telah duduk dengan nyaman di kursi.
Jerome menterjemahkan ucapan Rey itu pada sang atasan yang hanya menanggapinya dengan satu anggukan kecil. Usai menjelaskan pada Lucas, ia lalu berbicara pada Rey.
"Tuan Lucas menyukainya, Mr. Rey. Oh ya, seingat saya, bukankah semalam Anda membawa istri Anda ke pesta?"
Rey melirik ke arah Yuni sesaat kala menerima pertanyaan itu.
"Saya memang membawanya, tetapi istri saya pulang lebih awal karena merasa tidak enak badan, Asisten Jerome. Oleh karena itu ...."
"Saya mengerti," sambut Jerome, berusaha tersenyum pada Rey yang terlihat salah tingkah. "Maaf jika saya menanyakan tentang Nyonya Danendra, karena pagi ini kebetulan Tuan juga menanyakan hal ini pada saya. Tentang mengapa Anda tidak memperkenalkan istri Anda pada calon rekan bisnis Anda." Ia lalu diam sejenak, diam-diam melirik ke arah Lucas yang memasang wajah tanpa ekspresi.
Menyadari apa yang Jerome lakukan itu dan seakan mengerti atas maksud lirikan Asistennya itu, Lucas pun mengangkat salah satu alisnya sebagai isyarat ia ingin mempertimbangkan kerjasamanya dengan Rey terlebih dahulu.
Jerome mengangguk pelan, kemudian kembali berbicara pada Rey. "Begini, Mr. Rey. Saya dan Tuan ingin mempelajari proposal penawaran Anda dulu selama beberapa hari. Nanti, saya akan menghubungi Sekretaris Anda tentang keputusan Tuan Lucas. Apa Anda tidak keberatan?"
Yuni tampak tidak setuju dan memberikan tatapan penuh arti pada Rey agar Rey mendesak Lucas supaya pria ini mau menyetujui penawaran mereka. Tapi Rey tidak sependapat dengan kekasihnya itu dan justru memberi waktu pada Lucas juga Jerome.
"Tidak masalah." Rey mengangkat bahu dengan santai, "Ini memang salah saya yang sedikit terburu-buru. Seharusnya saya membiarkan Tuan Lucas menikmati harinya terlebih dahulu hari ini bersama wanita yang telah saya kirimkan padanya," ujarnya sembari tersenyum tipis.
Sekali lagi Jerome menterjemahkan hasil percakapannya dengan Rey pada Lucas. Ia juga menyelipkan ucapan Rey tentang kondisi istrinya semalam.
"Itu tidak benar," tukas Lukas dengan nada tak senang. "Bukankah semalam kau telah melihatnya sendiri dengan matamu jika dia telah memerintahkan pada seorang pelayan untuk membawa pergi seorang wanita dari ruangan pesta? Aku juga melihat dia menyerahkan sebuah kartu pada pelayan itu, kartu yang mirip dengan kartu kamar yang telah diberikannya padaku sebelum kita meninggalkan pesta tadi malam. Aku tebak, wanita itu kemungkinan adalah istrinya. Dia memanfaatkannya, Jerome!"
Jerome sangat tahu bahwa Lucas sangat keras kepala dan tidak menyukai orang yang sengaja berbohong padanya.
"Aku telah menjelaskan pada Mr. Rey, Tuan Lucas. Bahwa kita akan mempelajari proposal penawarannya terlebih dahulu."
"Bagus." Lucas mengangguk setuju, "Setelah beberapa hari, kau hubungi saja Sekretaris plus selingkuhannya itu bahwa kita belum bisa bekerja sama dengan Perusahaannya."
Jerome menganggukkan kepalanya, namun ia tidak mengatakan tentang penolakan Lucas pada Rey, ucapannya pada pria itu masih sama seperti penjelasannya sebelumnya.
Yuni sama sekali tidak menyukai keputusan Rey, begitu juga tatapan tajam Lucas yang tertuju padanya—tapi ia hanya diam, sekaligus merasa bingung tentang mengapa Lucas terlihat seolah membenci dirinya. Padahal, semalam ia yang telah memilihkan wanita untuk menyenangkan pria itu.
Percakapan kemudian dilanjutkan dengan membahas hal-hal santai sambil menikmati wine. Setelah hampir satu jam, Lucas pun mengajak Jerome untuk pergi dan mengakhiri pertemuan itu.
Tak lama, di dalam mobil yang membawa mereka kembali ke hotel tempat Lucas menginap, Lucas secara tiba-tiba meminta Jerome untuk menghubungi pihak hotel tempat ia telah menghabiskan malam bersama Fay tadi malam.
Jerome menuruti permintaan dari atasannya itu dengan patuh.
"Jadi ... Nyonya Fay Abimana telah meninggalkan kamarnya? Jam berapa?" tanyanya pada seseorang melalui headset yang telah ia pasang di telinganya.
"Sekitar pukul 11.40, Tuan," sahut suara dari seberang sana.
"Apa Nyonya Fay ada mengatakan sesuatu sebelum pergi?"
"Tidak, Tuan. Dia hanya mengembalikan kunci kamar ke Lobi, kemudian langsung pergi dengan tergesa-gesa."
"Baiklah, terima kasih." Jerome pun mengakhiri panggilannya.
"Bagaimana?" lontar Lucas tak sabar, saat ia melihat Asistennya telah memutuskan panggilannya.
Jerome melirik ke arah kaca spion mobil yang terdapat di hadapannya, pada bayangan Lucas yang terpantul di kaca tersebut. "Nyonya Fay sudah keluar dari Hotel, Tuan Lucas."
"Sial!" Lucas memukul pahanya dengan kepalan tangannya. "Andai saja pagi ini aku terus bersamanya sampai dia terjaga, mungkin akhirnya aku bisa berbicara padanya untuk lebih mengenalnya. b******k!" gerutunya geram.
Jerome mengamati wajah sang atasan melalui kaca spion mobil.
"Sekarang aku tidak tahu bagaimana harus menemuinya apalagi jika dia tetap tidak ingin menghubungimu. Entah apa yang telah wanita itu pikirkan tentang diriku," lanjut Lucas.
"Tapi, Tuan. Tuan, 'kan bisa saja menemuinya secara tiba-tiba seakan Tuan tidak sengaja berada di tempat yang sama dengannya?"
"Hmm, bagaimana jika Rey mengurungnya di rumah mereka? Lalu apa alasanku untuk menemuinya?" sungut Lucas.